Mustadrak 154 Allah Maha Dermawan Dan Menyukai Kedermawanan (4/5)

Al-MUSTADRAK
(Judul Asli: Al-Mustadraku ‘alash-Shahihain)
Oleh: Imam al-Hakim

Penerjemah: Ali Murtadho
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

Rangkaian Pos: Mustadrak Kitab 1 Bab 63

154 – حَدَّثَنَا أَبُوْ بَكْرِ بْنُ إِسْحَاقَ الْفَقِيْهُ، أَنْبَأَ مُحَمَّدُ بْنُ أَيُّوْبَ، ثَنَا أَبُو الرَّبِيْعِ الزَّهْرَانِيُّ، وَ أَحْمَدُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ، قَالَا: ثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، عَنِ الصَّقْعَبِ بْنِ زُهَيْرٍ.
وَ حَدَّثَنِيْ مُحَمَّدُ بْنُ صَالِحِ بْنِ هَانِئٍ – وَ اللَّفْظُ لَهُ – ثَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ أَبِيْ طَالِبٍ، ثَنَا أَبُوْ قُدَامَةَ، ثَنَا وَهْبُ بْنُ جَرِيْرٍ، ثَنَا أَبِيْ قَالَ: سَمِعْتُ الصَّقْعَبَ بْنَ زُهَيْرٍ، يُحَدِّثُ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: أَتَى النَّبِيَّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّمَ – أَعْرَابِيٌّ عَلَيْهِ جُبَّةٌ مِنْ طَيَالِسَةٍ مَكْفُوْفَةٍ بِالدِّيْبَاجِ، فَقَالَ: إِنَّ صَاحِبَكُمْ هذَا يُرِيْدُ رَفْعَ كُلِّ رَاعٍ وَ ابْنِ رَاعٍ، وَ يَضَعُ كُلَّ فَارِسٍ وَ ابْنَ فَارِسٍ، فَقَامَ النَّبِيُّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّمَ – مُغْضَبًا فَأَخَذَ بِمَجَامِعِ ثَوْبِهِ فَاجْتَذَبَهُ وَ قَالَ: “أَلَا أَرَى عَلَيْكَ ثِيَابَ مَنْ لَا يَعْقِلُ”، ثُمَّ رَجَعَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ، فَجَلَسَ، فَقَالَ: “إِنَّ نُوْحًا لَمَّا [ ص: 218 ] حَضَرَتْهُ الْوَفَاةُ دَعَا ابْنَيْهِ فَقَالَ: إِنِّيْ قَاصٌّ عَلَيْكُمَا الْوَصِيَّةَ: آمُرُكُمَا بِاثْنَيْنِ وَ أَنْهَاكُمَا عَنِ اثْنَيْنِ: أَنْهَاكُمَا عَنِ الشِّرْكِ وَ الْكِبْرِ وَ آمُرُكُمَا بِلَا إِلهَ إِلَّا اللهُ، فَإِنَّ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضَ وَ مَا فِيْهِمَا لَوْ وُضِعَتْ فِيْ كِفَّةِ الْمِيْزَانِ وَ وُضِعَتْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ فِي الْكِفَّةِ الْأُخْرَى كَانَتْ أَرْجَحَ مِنْهُمَا، وَ لَوْ أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضَ وَ مَا فِيْهِمَا كَانَتْ حَلْقَةً فَوُضِعَتْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ عَلَيْهِمَا لَقَصَمَتْهُمَا، وَ آمُرُكُمَا بِسُبْحَانَ اللهِ وَ بِحَمْدِهِ فَإِنَّهُمَا صَلَاةُ كُلِّ شَيْءٍ وَ بِهَا يُرْزَقُ كُلُّ شَيْءٍ”.
هذَا حَدِيْثٌ صَحِيْحُ الْإِسْنَادِ وَ لَمْ يُخَرِّجَا لِلصَّقْعَبِ بْنِ زُهَيْرٍ فَإِنَّهُ ثِقَةٌ قَلِيْلُ الْحَدِيْثِ.
سَمِعْتُ أَبَا الْحَسَنِ عَلِيَّ بْنَ مُحَمَّدِ بْنِ عُمَرَ يَقُوْلُ: سَمِعْتُ عَبْدَ الرَّحْمنِ بْنَ أَبِيْ حَاتِمٍ يَقُوْلُ: سَأَلْتُ أَبَا زُرْعَةَ، عَنِ الصَّقْعَبِ بْنِ زُهَيْرٍ فَقَالَ: ثِقَةٌ، وَ هُوَ أَخُو الْعَلَاءِ بْنِ زُهَيْرٍ، وَ هذَا مِنَ الْجِنْسِ الَّذِيْ يَقُوْلُ إِنَّ الثِّقَةَ إِذَا وَصَلَهُ لَمْ يَضُرَّهُ إِرْسَالُ غَيْرِهِ.

154/154. Abū Bakar bin Isḥāq al-Faqīh menceritakan kepada kami, Muḥammad bin Ayyūb memberitakan (kepada kami), Abur-Rabī‘-iz-Zahrānī dan Aḥmad bin Ibrāhīm menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Ḥammād bin Zaid menceritakan kepada kami dari Shaq‘ab bin Zuhair.

Muḥammad bin Shāliḥ bin Hāni’ menceritakan kepadaku – dengan redaksinya – Ibrāhīm bin Abī Thālib menceritakan kepada kami, Abū Qudāmah menceritakan kepada kami, Wahb bin Jarīr menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepada kami, dia berkata: Aku pernah mendengar Shaq‘ab bin Zuhair menceritakan dari Zaid bin Aslam, dari ‘Athā’ bin Yasār, dari ‘Abdullāh bin ‘Amr, dia berkata: Pernah seorang ‘Arab Badui mendatangi Nabi s.a.w. dengan memakai jubah luar yang disulam dengan sutra. Dia berkata: “Sesungguhnya teman kalian ini ingin meninggikan setiap penggembala dan anaknya, serta ingin merendahkan setiap penunggang kuda dan anaknya.” Nabi s.a.w. lalu berdiri, kemudian duduk, lantas bersabda: “Sesungguhnya Nuh a.s. ketika sekarat, dia memanggil dua putranya dan berkata: “Aku akan memberikan wasiat kepada kalian berdua. Aku perintahkan kalian untuk melakukan dua hal dan melarang kalian melakukan dua hal. Aku melarang kalian berbuat syirik dan sombong, dan aku memerintahkan kalian untuk (membaca kalimat) lā ilāha illallāh, karena seandainya langit dan bumi beserta isinya ditaruh di timbangan, sementara kalimat lā ilāha illallāh ditaruh di timbangan yang lain, maka kalimat lā ilāha illallāh akan lebih berat dari keduanya. Seandainya langit dan bumi beserta isinya itu suatu lingkaran, lalu kalimat lā ilāha illallāh ditaruh di atasnya, maka kalimat lā ilāha illallāh pasti dapat menghancurkannya. Aku juga memerintahkan kalian untuk (membaca) subḥānallāhi wa biḥamdih, karena itu merupakan shalatnya (ibadahnya) segala sesuatu, dan karena dia (subḥānallāhi wa biḥamdih) segala sesuatu diberi rezeki.” (2151).

Sanad hadits ini shaḥīḥ. Al-Bukhārī dan Muslim tidak meriwayatkan dari Sha‘qab bin Zuhair, karena meskipun dia tsiqah tapi dia sedikit haditsnya.

Aku mendengar Abul-Ḥasan bin ‘Alī bin Muḥammad bin ‘Umar berkata: Aku mendengar ‘Abd-ur-Raḥmān bin Abī Ḥātim berkata: Aku pernah bertanya kepada Abū Zur‘ah tentang Sha‘qab bin Zuhair, lalu dia menjawab: “Dia adalah periwayat tsiqah, dan dia adalah saudara al-‘Alā’ bin Zuhair.”

Ini termasuk jenis pendapat yang mengatakan bahwa apabila periwayat tsiqah meriwayatkan hadits secara maushūl maka yang diriwayatkan orang lain secara mursal tidak membahayakannya.

Catatan:

  1. (215). Adz-Dzahabī berkata dalam at-Talkhīsh: “Sanad-nya shaḥīḥ. Sha‘qab merupakan periwayat tsiqah. Ibnu ‘Ajlān meriwayatkan dari Zaid bin Aslam secara mursal.”

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *