146 – أَخْبَرَنَا أَبُوْ بَكْرٍ أَحْمَدُ بْنُ سَلْمَانَ الْفَقِيْهُ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ مُكْرَمِ الْبَزَّارِ، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ، حَدَّثَنَا كَثِيْرُ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ سَالِمٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّمَ: “لَا يَنْبَغِيْ لِلْمُؤْمِنِ أَنْ يَكُوْنَ لَعَّانًا”.
قَالَ سَالِمٌ: وَ مَا سَمِعْتُ ابْنَ عُمَرَ لَعَنَ شَيْئًا قَطُّ.
فَأَمَّا حَدِيْثُ أَبِيْ هُرَيْرَةَ
146/146. Abū Bakar Aḥmad bin Salmān al-Faqīh mengabarkan kepada kami, Ḥasan bin Mukram al-Bazzār menceritakan kepada kami, ‘Utsmān bin ‘Umar menceritakan kepada kami, Katsīr bin Zaid menceritakan kepada kami dari Sālim, dari Ibnu ‘Umar, dia berkata: Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Tidak layak seorang muslim menjadi pengutuk.”
Sālim berkata: “Aku tidak pernah mendengar Ibnu ‘Umar mengutuk (melaknat) apa pun.” (2071).
Hadits ini diriwayatkan secara musnad oleh beberapa Imām dari Katsīr bin Zaid. Harits ini juga diriwayatkan secara mauqūf dari Katsīr bin Ziyād oleh Ḥammād bin Zaid secara menyendiri.
Al-Bukhārī dan Muslim tidak meriwayatkannya dari Katsīr bin Zaid, padahal dia seorang syaikh dari Madīnah, dari suku Aslam. Nama panggilannya adalah Abū Muḥammad. Sepengetahuanku, dia tidak dinilai cacat dalam periwayatannya. Alasan al-Bukhārī dan Muslim meninggalkannya adalah hadits sedikit.
Hadits ini memiliki beberapa syāhid dengan redaksi yang berbeda-beda dari Abū Hurairah, Abud-Dardā’, dan Samurah bin Jundub. Hadits-hadits yang serupa statusnya shaḥīḥ sesuai syarat al-Bukhārī dan Muslim.
Hadits Abū Hurairah adalah: