Mustadrak 128 Orang Mu’min Adalah Lurus Hati Dan Dermawan, Sedangkan Orang Durhaka Adalah Penipu Dan Bakhil (1/5)

Al-MUSTADRAK
(Judul Asli: Al-Mustadraku ‘alash-Shahihain)
Oleh: Imam al-Hakim

Penerjemah: Ali Murtadho
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

Rangkaian Pos: Mustadrak Kitab 1 Bab 57

57 – الْمُؤْمِنُ غِرٌّ كَرِيْمٌ، وَ الْفَاجِرُ خِبٌّ لَئِيْمٌ

1-57. Orang Mu’min Adalah Lurus Hati Dan Dermawan, Sedangkan Orang Durhaka Adalah Penipu Dan Bakhil.

128 – حَدَّثَنَا أَبُو الْحَسَنِ أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْعَنْبَرِيُّ، ثَنَا عُثْمَانُ بْنُ سَعِيْدٍ الدَّارِمِيُّ.

[ ص: 208 ] وَ حَدَّثَنِيْ أَبُو الطَّيِّبِ طَاهِرُ بْنُ يَحْيَى الْبَيْهَقِيُّ بِهَا مِنْ أَصْلِ كِتَابِهِ، ثَنَا خَالِيْ الْفَضْلُ بْنُ مُحَمَّدٍ الشَّعْرَانِيُّ، قَالَا: ثَنَا أَحْمَدُ بْنُ جَنَابٍ الْمِصِّيْصِيُّ، ثَنَا عِيْسَى بْنُ يُوْنُسَ، عَنْ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ، عَنِ الْحَجَّاجِ بْنِ فُرَافِصَةَ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِيْ كَثِيْرٍ، عَنْ أَبِيْ سَلَمَةَ، عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّمَ – : “الْمُؤْمِنُ غِرٌّ كَرِيْمٌ، وَ الْفَاجِرُ خِبٌّ لَئِيْمٌ”.

تَابَعَهُ أَبُوْ شِهَابٍ عَبْدُ رَبِّهِ بْنُ نَافِعٍ الْحَنَّاطُ، وَ يَحْيَى بْنُ الضُّرَيْسِ، عَنِ الثَّوْرِيِّ فِيْ إِقَامَتِهِ هذَا الْإِسْنَادِ.

فَأَمَّا حَدِيْثُ أَبِيْ شِهَابٍ:

128/128. Abul-Ḥasan Aḥmad bin Muḥammad al-‘Anbarī menceritakan kepada kami, ‘Utsmān bin Sa‘īd ad-Dārimī menceritakan kepada kami,

Abuth-Thayyib Thāhir bin Yaḥyā al-Baihaqī menceritakan kepadaku dari kitab aslinya, pamanku al-Fadhl bin Muḥammad asy-Sya‘rānī menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Aḥmad bin Janāb al-Mishshīshī menceritakan kepada kami, ‘Īsā bin Yūnus menceritakan kepada kami dari Sufyān ats-Tsaurī, dari Ḥajjāj bin Furāfishah, dari Yaḥyā bin Abī Katsīr, dari Abū Salamah, dari Abū Hurairah, dia berkata: Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Orang mu’min adalah lurus hati dan derwaman, sedangkan orang durhaka adalah penipu dan bakhil.” (1891).

Hadits ini diperkuat oleh Ibnu Syihāb ‘Abd-ur-Rabbih bin Nāfi‘ al-Ḥannāth dan Yaḥyā bin Dhurais dari ats-Tsaurī, sehingga menjadikan sanad ini lurus (shaḥīḥ).

Adapun hadits Abū Syihāb adalah:

Catatan:

  1. (189). Adz-Dzahabī berkata dalam at-Talkhīsh: “Ḥajjāj merupakan seorang ‘ābid (ahli ibadah), dan dia tidak mengapa. Hadits ini juga diriwayatkan oleh ‘Abd-ur-Razzāq dari Bisyr bin Rāfi‘, dari Yaḥyā. Selain itu, hadits ini sesuai syarat al-Bukhārī dan Muslim.”
    Al-Munawī berkata dalam al-Faidh: “Al-Ḥakīm berkata: “Ḥajjāj merupakan seorang ‘ābid, seorang periwayat yang tidak mengapa.”
    Al-Mundzirī berkata: “Abū Dāūd tidak menilainya dha‘īf. Para periwayatnya tsiqah selain Bisyr bin Rāfi‘, dan dia dinilai tsiqah?????.”
    Ibn-ul-Jauzī berkata: “Dia dalamnya terdapat Bisyr bin Rāfi‘.”
    Ibnu Ḥibbān berkata: “Dia (Bisyr) banyak meriwayatkan hadits-hadits maudhū‘”, yang seakan-akan telah dia sengaja, akan tetapi dia meriwayatkan dari jalur lain yang tidak bermasalah dengannya.”
    Al-Qazwinī menganggapnya maudhū‘, tapi Ibnu Ḥajar membantahnya dengan mengatakan bahwa dia tidak turun dari derajat ḥasan (seraya berkomentar dengan panjang lebar).

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *