120 – أَخْبَرَنِيْهِ أَبُوْ بَكْرِ بْنُ إِسْحَاقَ الْفَقِيْهُ، فِيْمَا قَرَأْتُ عَلَيْهِ مِنْ أَصْلِ كِتَابِهِ، أَنَا مُحَمَّدُ بْنُ غَالِبٍ، ثَنَا عَمْرُو بْنُ عَوْنٍ، ثَنَا خَالِدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ، عَنِ الْعَلَاءِ بْنِ الْمُسَيَّبِ، عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ أَبِيْهِ قَالَ: سُئِلَ النَّبِيُّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّمَ – : أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً؟ قَالَ: “الْأَنْبِيَاءُ، ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ، فَإِذَا كَانَ الرَّجُلُ صُلْبَ الدِّيْنِ يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى قَدْرِ دِيْنِهِ، فَمَنْ ثَخُنَ دِيْنُهُ ثَخُنَ بَلَاؤُهُ، وَ مَنْ ضَعُفَ دِيْنُهُ ضَعُفَ بَلَاؤُهُ”.
وَ هذَا حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ.
وَ شَاهِدُهُ مَا:
120/120. Abū Bakar bin Isḥq al-Faqīh mengabarkannya kepadaku berdasarkan apa yang telah aku baca dalam buku aslinya, Muḥammad bin Ghālib mengabarkan kepada kami, ‘Amr bin ‘Aun menceritakan kepada kami, Khālid bin ‘Abdullāh menceritakan kepada kami dari al-‘Alā’ bin al-Musayyib, dari Mush‘ab bin Sa‘d, dari ayahnya, dia berkata: Nabi s.a.w. pernah ditanya: “Siapakah manusia yang paling berat cobaannya?” Beliau menjawab: “Para nabi, kemudian orang-orang yang memiliki keutamaan, (kemudian) orang-orang yang memiliki keutamaan. Apabila seseorang kuat agamanya, maka dia akan dicoba sesuai dengan kualitas keagamaannya. Bagi yang agamanya kuat maka akan berat pula cobaannya, dan bagi yang lemah agamanya maka cobaannya juga lemah.” (1811).
Hadits ini shaḥīḥ atas (sesuai) syarat al-Bukhārī dan Muslim, tapi keduanya tidak meriwayatkannya. Syāhid-nya adalah hadits: