Mustadrak 101 Bagaimana Caranya al-Qur’an Dipelajari?

Al-MUSTADRAK
(Judul Asli: Al-Mustadraku ‘alash-Shahihain)
Oleh: Imam al-Hakim

Penerjemah: Ali Murtadho
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

47 – كَيْفُ يُتَعَلَّمُ الْقُرْآنُ ؟

1-47. Bagaimana Caranya al-Qur’ān Dipelajari?

101 – حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ سَلْمَانَ الْفَقِيْهُ، ثَنَا هِلَالُ بْنُ الْعَلَاءِ الرَّقِّيُّ، ثَنَا أَبِيْ، ثَنَا عَبيْدُ اللهِ بْنُ عَمْرٍو، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَبِيْ أُنَيْسَةَ، عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ عَوْفٍ الشَّيْبَانِيِّ قَالَ: سَمِعْتُ ابْنَ عُمَرَ، يَقُوْلُ: “لَقَدْ عِشْنَا بُرْهَةً مِنْ دَهْرِنَا وَ إِنَّ أَحْدَنَا يُؤْتَى الْإِيْمَانَ قَبْلَ الْقُرْآنِ، وَ تَنْزِلُ السُّوْرَةُ عَلَى مُحَمَّدٍ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّمَ – فَيَتَعَلَّمُ حَلَالَهَا وَ حَرَامَهَا، وَ مَا يَنْبَغِيْ أَنْ يُوْقَفَ عِنْدَهُ فِيْهَا كَمَا تَعَلَّمُوْنَ أَنْتُمُ الْقُرْآنَ”، ثُمَّ قَالَ: ” لَقَدْ رَأَيْتُ رِجَالًا يُؤْتَى أَحَدُهُمُ الْقُرْآنَ فَيَقْرَأُ مَا بَيْنَ فَاتِحَتِهِ إِلَى خَاتِمَتِهِ مَا يَدْرِيْ مَا أَمْرُهُ وَ لَا زَاجِرُهُ، وَ لَا مَا يَنْبَغِيْ أَنْ يُوْقَفَ عِنْدَهُ مِنْهُ يَنْثُرُهُ نَثْرَ الدَّقَلِ”.

هذَا حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ، وَ لَا أَعْرِفُ لَهُ عِلَّةً وَ لَمْ يُخْرِجَاهُ.

101/101. Aḥmad bin Salmān al-Faqīh menceritakan kepada kami, Hilāl bin al-‘Alā’ ar-Raqqī menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepada kami, ‘Ubaidullāh bin ‘Amr menceritakan kepada kami dari Zaid bin Abū Unaisah, dari Qāsim bin ‘Auf asy-Syaibānī, dia berkata: Aku mendengar Ibnu ‘Umar berkata: “Kami hidup pada masa kami (dalam waktu yang lama) dan orang yang termuda di antara kami telah diberi iman sebelum al-Qur’ān. Lalu surah-surah diturunkan kepada Muḥammad s.a.w., dan dia mempelajari yang halal dan yang haram serta semua yang layak untuk berhenti padanya (dengan melihat dan memahami maksudnya), sebagaimana yang telah kalian ketahui pada al-Qur’ān.

Dia lanjut berkata: “Aku melihat beberapa orang yang salah seorang dari mereka yang diberi al-Qur’ān membaca surah al-Fātiḥah sampai (surat) terakhir, tapi dia tidak tahu mana yang merupakan perintah dan mana yang merupakan larangan, serta mana saja yang layak untuk berhenti padanya. Dia menebarnya seperti menebarkan kurma-kurma buruk, (yaitu hanya sekadar membaca tanpa memperhatikan dan merenungi maknanya).” (1621).

Hadits ini shaḥīḥ sesuai syarat al-Bukhārī dan Muslim. Aku tidak mengetahui ada ‘illat-nya. Tapi keduanya tidak meriwayatkannya.

Catatan:

  1. (162). Adz-Dzahabī berkata dalam at-Talkhīsh: “Hadits ini sesuai syarat al-Bukhārī dan Muslim. Selain itu, hadits ini tidak ber-‘illat.”

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *