Musnad Imam Asy-Syafi’i Bab. 8 (Pembahasan Tentang Zakat) – No.446 s.d 464 (7/7)

MUSNAD IMĀM ASY-SYĀFI‘Ī
 
Diterjemahkan Oleh:
HaditsSoft (Grup)
 
Diterbitkan Oleh:
HaditsSoft

 
(Belum ada catatan kakinya di HaditsSoft yang kami miliki)

مسند الشافعي ٤٤٦: أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيْدٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِيْ سَلَمَةَ، عَنْ أَبِيْ عَمْرِو بْنِ حِمَاسٍ، أَنَّ أَبَاهُ قَالَ: مَرَرْتُ بِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَ عَلَى عُنُقِيْ أَدَمَةٌ أَحْمِلُهَا، فَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَلَا تُؤَدِّيْ زَكَاتَكَ يَا حِمَاسُ؟ فَقُلْتُ: يَا أَمِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ، مَا لِيْ غَيْرَ هذِهِ الَّتِيْ عَلَى ظَهْرِيْ وَ آهِبَةٌ فِي الْقَرَظِ. فَقَالَ: ذَاكَ مَالٌ فَضَعْ. قَالَ: فَوَضَعْتُهَا بَيْنَ يَدَيْهِ فَحَسِبَهَا فَوَجَدَهَا قَدْ وَجَبَتْ فِيهَا الزَّكَاةُ، فَأَخَذَ مِنْهَا الزَّكَاةَ.

Musnad Syāfi‘ī 446: Sufyān mengabarkan kepada kami, Yaḥyā bin Sa‘d menceritakan kepada kami dari ‘Abdullāh bin Salamah, dari Abū ‘Amr bin Ḥimās bahwa ayahnya pernah mengatakan: Aku pernah bertemu dengan Khalīfah ‘Umar bin Khaththāb r.a. ketika aku sedang memikul kulit di pundakku, lalu ‘Umar bertanya: “Tidakkah engkau menunaikan zakatnya, hai Ḥimās?” Aku menjawab: “Wahai Amīr-ul-Mu’minīn! Aku tidak mempunyai apapun selain dari yang ada pada punggungku sekarang ini, dan berlembar-lembar kulit yang masih di dalam qarazh (obat penyamak)nya.” Maka ‘Umar berkata: “Itu semuanya adalah harta, maka letakkanlah.” Ḥimās melanjutkan kisahnya: Lalu aku meletakkan semuanya di hadapan ‘Umar dan ia menghitungnya, ternyata ia menemukannya sebagai harta yang wajib dizakati, maka ia mengambil zakat sebagiannya. 450

مسند الشافعي ٤٤٧: أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ، حَدَّثَنَا ابْنُ عَجْلَانَ، عَنْ أَبِي الزِّنَادِ، عَنْ أَبِيْ عَمْرِو بْنِ حِمَاسٍ، عَنْ أَبِيْهِ، مِثْلَهُ.

Musnad Syāfi‘ī 447: Sufyān bin ‘Uyainah mengabarkan kepada kami, Ibnu ‘Ajlān menceritakan kepada kami dari Abū-z-Zinād, dari Abū ‘Amr bin Ḥimās, dari ayahnya tentang hadits yang semisal. 451

مسند الشافعي ٤٤٨: أَخْبَرَنَا الثِّقَةُ، عَنْ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ قَالَ: «لَيْسَ فِي الْعَرْضِ زَكَاةٌ إِلَّا أَنْ يُرَادَ بِهِ التِّجَارَةُ».

Musnad Syāfi‘ī 448: Orang yang terpercaya mengabarkan kepada kami dari ‘Ubaidillāh bin ‘Umar, dari Nāfi‘, dari Ibnu ‘Umar r.a., ia berkata: “Tidak ada kewajiban zakat pada barang, kecuali jika dimaksudkan untuk diperjualbelikan.” 452

مسند الشافعي ٤٤٩: أَخْبَرَنَا مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ، عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيْدٍ، عَنْ رُزَيْقِ بْنِ حَكِيْمٍ، أَنَّ عُمَرَ بْنَ عَبْدِ الْعَزِيْزِ، كَتَبَ إِلَيْهِ: أَنِ «انْظُرْ، مَنْ مَرَّ بِكَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ فَخُذْ مِمَّا ظَهَرَ مِنْ أَمْوَالِهِمْ مِنَ التِّجَارَاتِ مِنْ كُلِّ أَرْبَعِيْنَ دِيْنَارًا دِيْنَارًا، فَمَا نَقَصَ فَبِحَسَابِهِ حَتَّى يَبْلُغَ عِشْرِيْنَ دِيْنَارًا، فَإِنْ نَقَصَتْ ثُلُثَ دِيْنَارٍ فَدَعْهَا وَ لَا تَأْخُذْ مِنْهَا شَيْئًا».

Musnad Syāfi‘ī 449: Mālik bin Anas mengabarkan kepada kami dari Yaḥyā bin Sa‘īd, dari Ruzaiq bin Ḥakīm bahwa ‘Umar bin ‘Abd-il-‘Azīz pernah berkirim surat kepadanya: “Periksalah orang yang berlalu di depanmu dari kalangan kaum Muslimīn, lalu pungutlah (zakat) dari sebagian harta perdagangan mereka yang terlihat, yaitu dari tiap-tiap 40 dinar sebanyak 1 dinar. Untuk harta yang jumlahnya kurang (dari itu), maka menurut perhitungannya hingga sampai batas 20 dinar. Jika jumlahnya kurang sepertiga dinar (dari 20 dinar), maka biarkanlah barang perdagangan tersebut, dan jangan kamu pungut zakat darinya sedikitpun.” 453

مسند الشافعي ٤٥٠: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيْدَ، أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ كَانَ يَقُوْلُ: «هذَا شَهْرُ زَكَاتِكُمْ، فَمَنْ كَانَ عَلَيْهِ دَيْنٌ فَلْيُؤَدِّ دَيْنَهُ حَتَّى تُحَصَّلَ أَمْوَالُكُمْ فَتُؤَدُّوْنَ مِنْهَا الزَّكَاةَ».

Musnad Syāfi‘ī 450: Mālik mengabarkan kepada kami dari Ibnu Syihāb, dari Sā’ib bin Yazīd bahwa ‘Utsmān bin ‘Affān r.a. pernah berkata: “Ini adalah bulan zakat kalian, maka barangsiapa yang mempunyai beban utang, hendaklah ia membayar utangnya lebih dahulu hingga harta itu murni bagi kalian, setelah itu kalian bayarkan zakatnya.” 454

مسند الشافعي ٤٥١: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيْدٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى بْنِ حَبَّانَ، عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ عَائِشَةَ، زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَنَّهَا قَالَتْ: “مَرَّ عَلَيَّ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ بِغَنَمٍ مِنَ الصَّدَقَةِ فَرَأَى فِيْهَا شَاةً حَافِلًا ذَاتَ ضَرْعٍ فَقَالَ عُمَرُ: مَا هذِهِ الشَّاةُ؟ فَقَالُوْا: شَاةٌ مِنَ الصَّدَقَةِ. فَقَالَ عُمَرُ: مَا أَعْطَى هذِهِ أَهْلُهَا وَ هُمْ طَائِعُوْنَ، لَا تَفْتِنُوا النَّاسَ، لَا تَأْخُذُوْا حَزَرَاتِ الْمُسْلِمِيْنَ، نَكِّبُوْا عَنِ الطَّعَامِ”.

Musnad Syāfi‘ī 451: Mālik mengabarkan kepada kami dari Yaḥyā bin Sa‘īd, dari Muḥammad bin Yaḥyā bin Ḥibbān, dari al-Qāsim bin Muḥammad, dari ‘Ā’isyah r.a.—istri Nabi s.a.w.— ia mengatakan: Pernah dihadirkan di hadapan ‘Umar bin Khaththāb ternak kambing hasil dari zakat, maka ia melihat ada seekor kambing yang bertetek besar lagi banyak air susunya. Lalu ia bertanya: “Kambing ini dari mana?” Mereka menjawab: “Kambing zakat.” ‘Umar berkata: “Pemiliknya pasti memberikan kambing ini dengan perasaan tidak rela. Janganlah kalian memfitnah orang-orang, janganlah kalian memungut harta pilihan kaum Muslimīn, tinggalkanlah kambing yang gemuk-gemuk (jangan diambil sebagai zakat).” 455

مسند الشافعي ٤٥٢: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيْدٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى بْنِ حَبَّانَ، أَنَّهُ قَالَ: أَخْبَرَنِيْ رَجُلَانِ، مِنْ أَشْجَعَ أَنَّ مُحَمَّدَ بْنَ مَسْلَمَةَ الْأَنْصَارِيَّ، كَانَ يَأْتِيْهِمْ مُصَدِّقًا فَيَقُوْلُ لِرَبِّ الْمَالِ: «أَخْرِجْ إِلَيَّ صَدَقَةَ مَالِكَ، فَلَا يَقُوْدُ إِلَيْهِ شَاةً فِيْهَا وَفَاءٌ مِنْ حَقِّهِ إِلَّا قَبِلَهَا».

Musnad Syāfi‘ī 452: Mālik mengabarkan kepada kami dari Yaḥyā bin Sa‘īd, dari Muḥammad bin Yaḥyā bin Ḥibbān, ia mengatakan: Dua orang lelaki Bani Asyja‘ pernah mengabarkan kepadaku bahwa Muḥammad bin Maslamah al-Anshārī sering datang kepada mereka sebagai ‘āmil zakat, lalu ia berkata kepada pemilik harta: “Keluarkanlah olehmu zakat hartamu.” Maka tidak sekali-kali diserahkan kepadanya seekor kambing yang memenuhi syarat dari haknya, melainkan ia menerimanya. 456

مسند الشافعي ٤٥٣: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ دِيْنَارٍ قَالَ: سَمِعْتُ عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ، وَ هُوَ يُسْأَلَ عَنِ الْكَنْزِ، فَقَالَ: «هُوَ الْمَالُ الَّذِيْ لَا تُؤَدَّى مِنْهُ الزَّكَاةُ».

Musnad Syāfi‘ī 453: Mālik mengabarkan kepada kami dari ‘Abdullāh bin Dīnār, ia mengatakan: Aku pernah mendengar ‘Abdullāh bin ‘Umar ketika ditanya tentang harta simpanan, maka ia menjawab: “Harta simpanan adalah harta yang tidak ditunaikan zakatnya.” 457

مسند الشافعي ٤٥٤: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ دِيْنَارٍ، عَنْ أَبِيْ صَالِحٍ السَّمَّانِ، عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ، أَنَّهُ كَانَ يَقُوْلُ: “مَنْ كَانَ لَهُ مَالٌ لَمْ يُؤَدِّ زَكَاتَهُ مُثِّلَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شُجَاعًا أَقْرَعَ لَهُ زَبِيْبَتَانِ يَطْلُبُهُ حَتَّى يُمْكِنَهُ، يَقُوْلُ: أَنَا كَنْزُكَ”.

Musnad Syāfi‘ī 454: Mālik mengabarkan kepada kami dari ‘Abdullāh bin Dīnār, dari Abū Shāliḥ as-Sammān, dari Abū Hurairah, bahwa ia berkata: “Barang siapa yang mempunyai harta yang tidak ia tunaikan zakatnya maka akan diserupakan baginya di hari Kiamat seperti ular botak yang mempunyai dua noktah dan terus mengejarnya hingga dapat menangkapnya, lalu ia berkata: “Akulah harta simpananmu”.” 458

مسند الشافعي ٤٥٥: أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، عَنْ دَاوُدَ بْنِ أَبِيْ هِنْدَ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ جَرِيْرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: «إِذَا أَتَاكُمُ الْمُصَدِّقُ فَلَا يُفَارِقَنَّكُمْ إِلَّا عَنْ رِضًا».

Musnad Syāfi‘ī 455: Sufyān mengabarkan kepada kami dari Dāūd bin Abī Hindun, dari asy-Sya‘bī, dari Jarīr bin ‘Abdullāh r.a., ia mengatakan: Rasūlullāh s.a.w. pernah bersabda: “Apabila datang kepada kalian pengumpul (pemungut) zakat, maka jangan sekali-kali dia berpisah dari kalian kecuali dia dalam keadaan ridhā (puas). ” 459

مسند الشافعي ٤٥٦: أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ أَبِيْ حُمَيْدٍ السَّاعِدِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: اسْتَعْمَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ رَجُلًا مِنَ الْأَسْدِ يُقَالُ لَهُ ابْنُ اللُّتْبِيَّةِ عَلَى الصَّدَقَةِ، فَلَمَّا قَدِمَ قَالَ: هذَا لَكُمْ وَ هذَا أُهْدِيَ لِيْ، فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ عَلَى الْمِنْبَرِ فَقَالَ: ” مَا بَالُ الْعَامِلِ نَبْعَثُهُ عَلَى بَعْضِ أَعْمَالِنَا فَيَقُوْلُ: هذَا لَكُمْ وَ هذَا لِيْ، فَهَلَّا جَلَسَ فِيْ بَيْتِ أَبِيْهِ أَوْ بَيْتِ أُمِّهِ فَيَنْظُرَ أَيُهْدَى إِلَيْهِ أَمْ لَا، وَ الَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَا يَأْخُذُ مِنْهَا شَيْئًا إِلَّا جَاءَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَحْمِلُهُ عَلَى رَقَبَتِهِ، إِنْ كَانَ بَعِيْرًا لَهُ رُغَاءٌ أَوْ بَقَرَةٌ لَهَا خُوَارٌ أَوْ شَاةٌ تَيْعَرُ”. ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى رَأَيْنَا عُفْرَةَ إِبْطَيْهِ ثُمَّ قَالَ: «اللَّهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ؟ اللَّهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ».

Musnad Syāfi‘ī 456: Sufyān mengabarkan kepada kami dari az-Zuhrī, dari ‘Urwah bin Zubair, dari Abū Ḥumaid as-Sā‘idī r.a., ia berkata: Nabi s.a.w. mengangkat seorang lelaki dari kalangan Bani Asad yang dikenal dengan nama Ibnul Luthbiyyah sebagai āmil zakat. Ketika kembali, ia berkata: “Ini untuk kalian, dan ini merupakan hadiah yang diberikan kepadaku.” Maka Nabi s.a.w. berdiri di atas mimbar, lalu bersabda: Apakah gerangan yang dialami oleh āmil, kita mengutusnya untuk menyelesaikan sebagian pekerjaan kita, lalu ia mengatakan: Ini bagian kalian dan ini bagianku. Mengapa ia tidak tinggal saja di rumah ayah dan ibunya, lalu menunggu apakah ada yang memberi hadiah kepadanya atau tidak? Demi Tuhan yang jiwaku berada dalam genggaman kekuasaan-Nya, tidak sekali-kali seseorang mengambil sesuatu dari harta zakat kecuali kelak di hari Kiamat ia datang membawanya dengan memikulnya di atas pundaknya. Jika yang diambilnya itu berupa unta, maka unta itu akan mengeluarkan suara rughā-nya; atau sapi, maka sapi itu akan mengeluarkan suara lenguhannya; atau kambing, maka kambing itu akan mengeluarkan suara embikannya.” Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya hingga kami dapat melihat kulit kedua ketiaknya yang putih, lalu beliau bersabda: “Ya Allah, bukankah aku telah menyampaikan. Ya Allah, bukankah aku telah menyampaikan.”460

مسند الشافعي ٤٥٧: أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيْهِ، عَنْ أَبِيْ حُمَيْدٍ السَّاعِدِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: بَصُرَ عَيْنِيْ، وَ سَمِعَ أُذُنِيَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ، وَ سَلُوْا زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ، يَعْنِيْ مِثْلَهُ.

Musnad Syāfi‘ī 457: Sufyān bin ‘Uyainah mengabarkan kepada kami dari Hisyām bin ‘Urwah, dari ayahnya, dari Abū Ḥumaid as-Sā‘idī r.a., ia berkata:“Mataku melihat dan telingaku mendengar Rasūlullāh s.a.w., ya‘ni mengatakan hal yang sama dengan hadits di atas. Tanyakanlah kepada Zaid bin Tsābit.” Ya‘ni: Hadits semisalnya. 461

مسند الشافعي ٤٥٨: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ صَفْوَانَ الْجُمَحِيُّ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيْهِ، عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: «لَا تُخَالِطُ الصَّدَقَةُ مَالًا إِلَّا أَهْلَكْتَهُ».

Musnad Syāfi‘ī 458: Muḥammad bin ‘Utsmān bin Shafwān al-Jumaḥī mengabarkan kepada kami dari Hisyām bin ‘Urwah, dari ayahnya, dari ‘Ā’isyah r.a. bahwa Rasūlullāh s.a.w. pernah bersabda: “Tidak sekali-kali zakat bercampur dengan suatu harta, melainkan zakat pasti menghancurkannya.” 462

مسند الشافعي ٤٥٩: أَخْبَرَنَا مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ أَبِيْهِ، أَنَّهُ قَالَ لِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ: “إِنَّ فِيْ، هذَا الظَّهْرِ نَاقَةً عَمْيَاءَ، فَقَالَ: أَمِنْ نَعَمِ الْجِزْيَةِ أَمْ مِنْ نَعَمِ الصَّدَقَةِ؟ فَقَالَ أَسْلَمُ: مِنْ نَعَمِ الْجِزْيَةِ. قَالَ: إِنَّ عَلَيْهَا مِيْسَمَ الْجِزْيَةِ.

Musnad Syāfi‘ī 459: Mālik bin Anas mengabaikan kepada kami dari Zaid bin Aslam, dari ayahnya bahwa ia pernah berkata kepada ‘Umar bin Khaththāb: “Sesungguhnya di antara ternak ini terdapat unta yang buta.” ‘Umar bertanya: “Apakah ternak ini berasal dari ternak jizyah atau ternak zakat?” Aslam menjawab: “Dari ternak jizyah.” Aslam berkata pula: “Sesungguhnya pada ternak ini terdapat cap jizyah.” 463

مسند الشافعي ٤٦٠: أَخْبَرَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ، عَنِ ابْنِ طَاوُسٍ، عَنْ أَبِيْهِ قَالَ: اسْتَعْمَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ عُبَادَةَ بْنَ الصَّامِتِ عَلَى الصَّدَقَةِ فَقَالَ: «اتَّقِ اللهَ يَا أَبَا الْوَلِيْدِ، لَا تَأْتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِبَعِيْرٍ تَحْمِلُهُ عَلَى رَقَبَتِكَ لَهُ رُغَاءٌ، وَ بَقَرَةٌ لَهَا خُوَارٌ، وَ شَاةٌ تَيْعَرُ لَهَا ثُؤَاجٌ». فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَ إِنَّ ذَا لِكَذَا؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: «إِيْ وَ الَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ، إِلَّا مَنْ رَحِمَ اللهُ». قَالَ: وَ الَّذِيْ بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَا أَعْمَلُ عَلَى اثْنَيْنِ أَبَدًا

Musnad Syāfi‘ī 460: Ibnu ‘Uyainah mengabarkan kepada kami dari Thāwūs, dari ayahnya, ia mengatakan: Rasūlullāh s.a.w. mengangkat ‘Ubādah bin Shāmit menjadi ‘āmil zakat, maka beliau s.a.w. bersabda: “Bertaqwālah kepada Allah, hai Abū Walīd, jangan sampai engkau datang di hari Kiamat dengan membawa unta yang kamu panggul di pundakmu, sedangkan ia mengeluarkan suaranya, atau sapi yang mengeluarkan suaranya, atau kambing yang mengeluarkan suara embikannya.” Lalu Ubādah berkata: “Wahai Rasūlullāh! Apakah hal tersebut memang demikian?” Rasūlullāh s.a.w. menjawab:Ya, demi Tuhan yang jiwaku berada dalam genggaman kekuasaan-Nya, kecuali orang yang dibelaskasihani oleh Allah.Ubādah berkata: “Demi Tuhan yang mengutusmu dengan hak, aku akan melakukan tugas ini tanpa imbalan apapun untuk selamanya.” 464

مسند الشافعي ٤٦١: أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ، عَنِ ابْنِ عَجْلَانَ، عَنْ سَعِيْدِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا الْقَاسِمِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُوْلُ: «وَ الَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ، مَا مِنْ عَبْدٍ يَتَصَدَّقُ بِصَدَقَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ، وَ لَا يَقْبَلُ اللهُ إِلَّا طَيِّبًا، وَ لَا يَصْعَدُ إِلَى السَّمَاءِ إِلَّا طَيِّبٌ، إِلَّا كَأَنَّمَا يَضَعُهَا فِيْ يَدِ الرَّحْمنِ، فَيُرَبِّيْهَا لَهُ كَمَا يُرَبِّيْ أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ، حَتَّى أَنَّ اللُّقْمَةَ لَتَأْتِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَ إِنَّهَا لِمِثْلُ الْجَبَلِ الْعَظِيْمِ». ثُمَّ قَرَأَ: {أَنَّ اللهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَ يَأْخُذُ الصَّدَقَاتِ} [التَّوْبَة: 104].

Musnad Syāfi‘ī 461: Sufyān bin ‘Uyainah mengabarkan kepada kami dari Ibnu ‘Ajlān, dari Sa‘īd bin Yasār, dari Abū Hurairah r.a., ia mengatakan: Aku pernah mendengar Abū-l-Qāsim s.a.w. bersabda: “Demi Tuhan yang jiwaku berada dalam genggaman kekuasaan-Nya, tidak sekali-kali seorang hamba mengeluarkan sedekah dari penghasilan yang halal —dan Allah tidak mau menerima kecuali yang halal serta tidak akan naik ke langit kecuali yang halal— melainkan seakan-akan ia menyerahkannya ke haribaan Tuhan Yang Maha Pemurah, lalu Allah membesarkannya untuk dia sebagaimana seseorang di antara kalian membesarkan anak kudanya, sehingga sesuap makanan benar-benar akan datang di hari Kiamat, bentuknya seakan-akan seperti gunung yang besar.” Kemudian Nabi s.a.w. membacakan firman-Nya:Bahwa Allah menerima tobat hamba-hambaNya dan menerima zakat. ” (Qs. At-Taubah [9]: 104) 465

مسند الشافعي ٤٦٢: أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، عَنْ أَبِي الزِّنَادِ، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: «مَثَلُ الْمُنْفِقِ وَ الْبَخِيْلِ كَمَثَلِ رَجُلَيْنِ عَلَيْهِمَا جُبَّتَانِ، أَوْ جَنَّتَانِ مِنْ لَدُنْ ثُدِيِّهِمَا إِلَى تَرَاقِيْهِمَا، فَإِذَا أَرَادَ الْمُنْفِقُ أَنْ يُنْفِقَ سَبَغَتْ عَلَيْهِ الدِّرْعُ أَوْ مَرَّتْ حَتَّى تُجِنَّ بَنَانَهُ وَ تَعْفُوَ أَثَرَهُ، وَ إِذَا أَرَادَ الْبَخِيْلُ أَنْ يُنْفِقَ قَلَصَتْ وَ لَزِمَتْ كُلُّ حَلْقَةٍ مَوْضِعَهَا حَتَّى تَأْخُذَ بِعُنُقِهِ أَوْ تَرْقُوَتِهِ فَهُوَ يُوَسِّعُهَا وَ لَا تَتَّسِعُ»

Musnad Syāfi‘ī 462: Sufyān mengabarkan kepada kami dari Abū-z-Zinād, dari al-A‘raj, dari Abū Hurairah r.a., ia mengatakan bahwa Rasūlullāh s.a.w. telah bersabda: “Perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya dan orang yang kikir sama dengan dua orang lelaki yang memakai jubah atau memakai baju besi dari kedua telapak kaki hingga ke lehernya Apabila orang yang berinfak hendak menginfakkan hartanya, maka bajunya itu terasa melebar atau longgar, hingga jari-jemarinya tertutupi dan jejak-jejaknya terhapus olehnya. Tetapi apabila orang yang kikir hendak menginfakkan hartanya, bajunya itu menyempit dan setiap belahannya menempel ketat pada tempatnya masing-masing, hingga mencekik leher atau tenggorokkannya; dia berupaya untuk melonggarkannya, tetapi bajunya itu tidak mau longgar.”466

مسند الشافعي ٤٦٣: أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنِ الْحَسَنِ بْنِ مُسْلِمٍ، عَنْ طَاوُسٍ، عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مِثْلَهُ، أَلَا إِنَّهُ قَالَ: فَهُوَ يُوَسِّعُهَا وَ لَا تَتَوَسَّعُ.

Musnad Syāfi‘ī 463: Sufyān mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij, dari al-Ḥasan bin Muslim, dari Thāwūs, dari Abū Hurairah r.a., dari Nabi s.a.w. dengan redaksi hadits yang semisal, hanya di dalamnya disebutkan bahwa Nabi s.a.w. bersabda: “Dan dia (orang bakhil) berupaya ingin melonggarkan bajunya, tetapi bajunya tidak mau longgar.”467

مسند الشافعي ٤٦٤: أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيْهِ، عَنْ أُمِّهِ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِيْ بَكْرٍ قَالَتْ: أَتَتْنِيْ أُمِّيْ رَاغِبَةٌ فِيْ عَهْدِ قُرَيْشٍ، فَسَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: أَصِلُهَا؟ قَالَ: «نَعَمْ».

Musnad Syāfi‘ī 464: Sufyān dari Hisyām dari ‘Urwah dari bapaknya dari Ibunya, Asmā’ binti Abī Bakar, ia berkata: “Ibuku pernah mendatangiku, dan ia adalah wanita yang menyukai masa kejahiliyahan, lalu aku bertanya kepada Rasūlullāh s.a.w.: “Apakah aku boleh menyambung silaturrahmi?” beliau menjawab: “Ya.468