Musnad Imam Asy-Syafi’i Bab. 5 (Bagian Pembahasan Tentang Kewajiban Jum‘at) – No.286 s.d 295 (4/6)

MUSNAD IMĀM ASY-SYĀFI‘Ī
 
Diterjemahkan Oleh:
HaditsSoft (Grup)
 
Diterbitkan Oleh:
HaditsSoft

 
(Belum ada catatan kakinya di HaditsSoft yang kami miliki)

مسند الشافعي ٢٨٦: أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنِيْ مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ حَلْحَلَةَ، عَنْ أَبِيْ نُعَيْمٍ وَهْبَ بْنِ كَيْسَانَ، عَنْ حَسَنِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ أَنَّ عُمَرَ، كَانَ يَقْرَأُ فِيْ خُطْبَتِهِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ: إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ حَتَّى بَلَغَ: {عَلِمَتْ نَفْسٌ مَا أَحَضَرَتْ} [التكوير: 14] ثُمَّ يَقْطَعُ السُّوْرَةَ.

Musnad Syāfi‘ī 286: Ibrāhīm bin Muḥammad mengabarkan kepada kami, Muḥammad bin ‘Amr bin Ḥalḥalah menceritakan kepadaku dari Abū Nu‘aim Wahb bin Kaisān, dari Ḥasan bin Muḥammad bin ‘Alī bin Abī Thālib bahwa ‘Umar sering membaca surah “Idzasy-syamsu kuwwirat” sampai dengan firman-Nya “Alimat nafsum mā ahdharat” dalam khutbahnya di hari Jum‘at, kemudian menghentikan bacaan surahnya. 292

مسند الشافعي ٢٨٧: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيْهِ، أَنَّ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَرَأَ بِذلِكَ عَلَى الْمِنْبَرِ.

Musnad Syāfi‘ī 287: Mālik mengabarkan kepada kami dari Hisyām bin ‘Urwah. dari ayahnya bahwa ‘Umar r.a. pernah membaca hal tersebut di atas mimbar. 293

مسند الشافعي ٢٨٨: أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنِيْ إِسْحَاقُ بْنُ عَبْدِ اللهِ، عَنْ أَبَانَ بْنِ صَالِحٍ، عَنْ كُرَيْبٍ مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ خَطَبَ يَوْمًا فَقَالَ: «إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ وَ نَسْتَهْدِيْهِ وَ نَسْتَنْصِرُهُ، وَ نَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَ مَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ، مَنْ يُطِعِ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ فَقَدْ رَشَدَ، وَ مَنْ يَعْصِ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ فَقَدْ غَوَى حَتَّى يَفِيْءَ إِلَى أَمْرِ اللهِ».

Musnad Syāfi‘ī 288: Ibrāhīm bin Muḥammad mengabarkan kepada kami, Isḥāq bin ‘Abdillāh menceritakan kepadaku dari Abān bin Shāliḥ, dari Kuraib mantan budak Ibnu ‘Abbās, dari Ibnu ‘Abbās r.a. bahwa pada suatu hari Nabi s.a.w. melakukan khutbah. Di dalamnya beliau bersabda: “Sesungguhnya segala puji hanya milik Allah. Kami memohon pertolongan kepada-Nya, memohon ampun kepada-Nya, memohon petunjuk kepada-Nya, dan memohon pertolongan kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kami dan juga dari keburukan semua amal kami. Barang siapa yang mendapat petunjuk dari Allah, niscaya tidak ada yang dapat menyesatkannya; dan barangsiapa disesatkan oleh-Nya, niscaya tidak ada yang dapat memberi petunjuk kepadanya. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muḥammad adalah hamba dan Rasūl-Nya. Barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasūl-Nya, sesungguhnya ia telah memperoleh petunjuk; dan barang siapa yang durhaka terhadap Allah dan Rasūl-Nya, maka sesungguhnya ia telah sesat hingga ia kembali kepada perintah Allah (bertaubat).” 294

مسند الشافعي ٢٨٩: أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنِيْ عَمْروٌ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ خَطَبَ يَوْمًا فَقَالَ فِيْ خُطْبَتِهِ: ” أَلَا إِنَّ الدُّنْيَا عَرَضٌ حَاضِرٌ يَأْكُلُ مِنْهَا الْبَرُّ وَ الْفَاجِرُ، أَلَا وَ إِنَّ الْآخِرَةَ أَجَلٌ صَادِقٌ يَقْضِيْ فِيْهَا مَلِكٌ قَادِرٌ، أَلَا وَ إِنَّ الْخَيْرَ كُلَّهُ بِحَذَافِيْرِهِ فِي الْجَنَّةِ، أَلَا وَ إِنَّ الشَّرَّ كُلَّهُ بِحَذَافِيْرِهِ فِي النَّارِ، أَلَا فَاعْمَلُوْا وَ أَنْتُمْ مِنَ اللهِ عَلَى حَذَرٍ، وَ اعْلَمُوْا أَنَّكُمْ مَعْرُوْضُوْنَ عَلَى أَعْمَالِكُمْ، {فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ، وَ مَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ} [الزلزلة: 8].”

Musnad Syāfi‘ī 289: Ibrāhīm bin Muḥammad mengabarkan kepada kami, ‘Amr menceritakan kepadaku bahwa Nabi s.a.w. pernah berkhutbah di suatu hari. Di dalam khutbahnya itu beliau bersabda: “Ingatlah, sesungguhnya dunia ini merupakan kesenangan sementara, orang yang shāliḥ dan orang yang durhaka sama-sama memakannya. Ingatlah, sesungguhnya akhirat itu merupakan janji yang benar, Raja yang Maha Kuasa akan melakukan peradilan padanya. Ingatlah, sesungguhnya semua kebaikan itu secara keseluruhan berada di dalam surga. Ingatlah, sesungguhnya semua kejahatan itu secara keseluruhan berada di dalam neraka. Ingatlah, beramallah kalian, sedangkan kalian penuh perasaan berada di dalam pengawasan Allah. Dan ketahuilah bahwa kelak akan ditampilkan di hadapan kalian semua amal perbuatan kalian. Barang siapa yang melakukan suatu kebaikan barang sebiji sawi, niscaya ia akan melihatnya. Dan barang siapa yang melakukan suatu kejahatan barang sebiji sawi, niscaya ia akan melihatnya pula. (QS. az-Zalzalah:8)” 295

مسند الشافعي ٢٩٠: أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيْزِ بْنُ رُفَيْعٍ، عَنْ تَمِيْمِ بْنِ طَرَفَةَ، عَنْ عَدِيِّ بْنِ حَاتِمٍ قَالَ: خَطَبَ رَجُلٌ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَالَ: مَنْ يُطِعِ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ فَقَدْ رَشَدَ، وَ مَنْ يَعْصِهِمَا فَقَدْ غَوَى. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: «اسْكُتْ، فَبِئْسَ الْخَطِيْبُ أَنْتَ». ثُمَّ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: ” مَنْ يُطِعِ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ فَقَدْ رَشَدَ، وَ مَنْ يَعْصِ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ فَقَدْ غَوَى، وَ لَا تَقُلْ: مَنْ يَعْصِهِمَا.”

Musnad Syāfi‘ī 290: Ibrāhīm bin Muḥammad mengabarkan kepada kami, ‘Abd-ul-‘Azīz bin Rufai‘ menceritakan kepada kami dari Tamīm bin Tharafah, dari ‘Adī bin Ḥātim, ia mengatakan: Seorang lelaki berkhutbah di depan Nabi s.a.w., lalu berkata: “Barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasūl-Nya, sesungguhnya dia telah mendapat petunjuk; dan barang siapa yang durhaka terhadap keduanya, maka sesungguhnya dia telah sesat.” Rasūlullāh s.a.w. menegurnya: “Diamlah kamu, seburuk-buruk khatīb adalah kamu.” Kemudian Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasūl-Nya, sesungguhnya dia telah memperoleh petunjuk; dan barang siapa yang durhaka terhadap Allah dan Rasūl-Nya, sesungguhnya dia telah sesat. Janganlah kamu mengatakan: ‘Dan barang siapa yang durhaka terhadap keduanya.

مسند الشافعي ٢٩١: أَخْبَرَنَا مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنِ ابْنِ الْمُسَيِّبِ، عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: “إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ: أَنْصِتْ، وَ الْإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ.”

Musnad Syāfi‘ī 291: Mālik bin Anas mengabarkan kepada kami dari Ibnu Syihāb, dari Ibn-ul-Musayyab, dari Abū Hurairah bahwa Rasūlullāh s.a.w. pernah bersabda: “Apabila engkau katakan kepada temanmu: Diamlah ketika imam sedang berkhutbah, berarti engkau telah berbuat lagha (sia-sia).” 297

مسند الشافعي ٢٩٢: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ أَبِي الزِّنَادِ، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: “إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ: أَنْصِتْ، وَ الْإِمَامُ يَخْطُبُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فَقَدْ لَغَوْتَ.”

Musnad Syāfi‘ī 292: Mālik mengabarkan kepada kami dari Abū-z-Zinād, dari al-A‘raj, dari Abū Hurairah bahwa Rasūlullāh s.a.w. pernah bersabda: “Apabila engkau katakan kepada temanmu “Diamlah ” di saat imam sedang berkhutbah pada hari Jumat, berarti engkau telah melakukakan perbuatan yang sia-sia.” 298

مسند الشافعي ٢٩٣: أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، عَنْ أَبِي الزِّنَادِ، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ بِمِثْلِ مَعْنَاهُ، إِلَّا أَنَّهُ قَالَ: «لَغَيْتَ» قَالَ ابْنُ عُيَيْنَةَ: لَغَيْتَ لُغَةُ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ.

Musnad Syāfi‘ī 293: Sufyān mengabarkan kepada kami dari Abū-z-Zinād, dari al-A‘raj, dari Abū Hurairah r.a., dari Rasūlullāh s.a.w. dengan redaksi yang semisal dan sema‘na, hanya di dalamnya ditambahkan Laghaita (Engkau telah berbuat hal yang sia-sia). Lafazh Laghaita ini menurut Ibnu ‘Uyainah adalah dialek Abū Hurairah r.a.. 299

مسند الشافعي ٢٩٤: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ أَبِي النَّضْرِ، مَوْلَى عُمَرَ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ، عَنْ مَالِكِ بْنِ أَبِيْ عَامِرٍ أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ كَانَ يَقُوْلُ فِيْ خُطْبَتِهِ، وَ قَلَّمَا يَدَعُ ذلِكَ إِذَا خَطَبَ: إِذَا قَامَ الْإِمَامُ أَنْ يَخْطُبَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَاسْتَمِعُوْا وَ أَنْصِتُوْا، فَإِنَّ لِلْمُنْصِتِ الَّذِيْ لَا يَسْمَعُ مِنَ الْحَظِّ مِثْلَ مَا لِلسَّامِعِ، فَإِذَا قَامَتِ الصَّلَاةُ فَاعْدِلُوا الصُّفُوْفَ، وَ حَاذُوْا بِالْمَنَاكِبِ، فَإِنَّ اعْتِدَالَ الصُّفُوْفِ مِنْ تَمَامِ الصَّلَاةِ. ثُمَّ لَا يُكَبِّرُ عُثْمَانُ حَتَّى يَأْتِيَهُ رِجَالٌ قَدْ وَكَّلَهُمْ بِتَسْوِيَةِ الصُّفُوْفِ فَيُخْبِرُوْنَهُ بِأَنْ قَدِ اسْتَوَتْ، فَيُكَبِّرَ.

Musnad Syāfi‘ī 294: Mālik mengabarkan kepada kami dari Abū-n-Nadhr mantan budak ‘Umar bin ‘Ubaidillāh, dari Mālik bin Abī ‘Āmir: Bahwa ‘Utsmān bin ‘Affān r.a. dalam khutbahnya mengucapkan kalimat berikut, jarang sekali ia meninggalkan kalimat ini bila hendak melakukan khutbahnya: “Apabila imam berdiri untuk melakukan khutbahnya di hari Jum‘at, maka dengarkanlah dengan perhatian yang penuh, karena sesungguhnya pahala orang yang memperhatikannya sekalipun tidak mendengarnya sama dengan orang yang mendengarkannya dengan penuh perhatian. Dan apabila shalat telah diiqamatkan, maka ratakanlah shaf-shaf dan luruskanlah pundak- pundak, karena sesungguhnya meratakan shaf merupakan bagian dari kesempurnaan shalat.” Kemudian ‘Utsmān tidak melakukan takbīrnya sebelum datang kepadanya kaum lelaki yang telah ditugaskan secara khusus untuk merapikan shaf-shaf, lalu memberitahukan kepada ‘Utsmān bahwa shaf-shaf telah rapi, maka barulah ‘Utsmān bertakbīr. 300

مسند الشافعي ٢٩٥: أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنْ هِشَامٍ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: «إِذَا عَطَسَ الرَّجُلُ وَ الْإِمَامُ يَخْطُبُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَشَمِّتْهُ».

Musnad Syāfi‘ī 295: Ibrāhīm bin Muḥammad mengabarkan kepada kami dari Hisyām, dari al-Ḥasan, dari Nabi s.a.w., beliau bersabda: “Apabila seseorang bersin di saat imam sedang berkhutbah pada hari Jumat, maka “tasymit”kanlah dia.”301