Musnad Imam Asy-Syafi’i Bab. 4 (Bagian Pembahasan Tentang Kepemimpinan) – No.214 s.d 234 (1/2)

MUSNAD IMĀM ASY-SYĀFI‘Ī
 
Diterjemahkan Oleh:
HaditsSoft (Grup)
 
Diterbitkan Oleh:
HaditsSoft

 
(Belum ada catatan kakinya di HaditsSoft yang kami miliki)

  1. Bagian Pembahasan Tentang Kepemimpinan.

مسند الشافعي ٤١٢: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ أَبِي الزِّنَادِ، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: «وَ الَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ، لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ بِحَطَبٍ فَيحْتَطَبُ، ثُمَّ آمُرَ بِالصَّلَاةِ فَيُؤَذَّنَ بِهَا، ثُمَّ آمُرَ رَجُلًا فَيَؤُمَّ النَّاسَ، ثُمَّ أُخَالِفَ إِلَى رِجَالٍ فَأُحَرِّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوْتَهُمْ، وَ الَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ، لَوْ يَعْلَمُ أَحَدُكُمْ أَنَّهُ يَجِدُ عَظْمًا سَمِيْنًا أَوْ مِرْمَاتَيْنِ حَسَنَتَيْنِ لَشَهِدَ الْعِشَاءَ».

Musnad Syāfi‘ī 214: Mālik mengabarkan kepada kami dari Abū-z-Zinād, dari al-A‘raj, dari Abū Hurairah r.a. bahwa Rasālullāh s.a.w. pernah bersabda: “Demi Tuhan yang jiwaku berada dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya aku berniat memerintahkan (mereka mencari) kayu, lalu kayu-kayu itu dikumpulkan. Kemudian aku memerintahkan agar adzan shalat diserukan, dan aku memerintahkan pula seorang lelaki untuk mengimami orang-orang. Kemudian aku pergi menuju orang-orang (yang tidak shalat berjamā‘ah), maka aku akan membakar rumah-rumah mereka karenanya. Demi Tuhan yang jiwaku berada dalam genggaman kekuasaan-Nya, seandainya seseorang dari mereka mengetahui bahwa ia akan menjumpai tulang (dari ternak) yang gemuk atau sepasang kukunya yang besar, niscaya dia mau menghadiri (jamuan) makan malam.” 220

مسند الشافعي ٥١٢: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ حَرْمَلَةَ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: «بَيْنَنَا وَ بَيْنَ الْمُنَافِقِيْنَ شُهُوْدُ الْعِشَاءِ وَ الصُّبْحِ، لَا يَسْتَطِيْعُوْنَهُمَا». أَوْ نَحْوَ هذَا.

Musnad Syāfi‘ī 215: Mālik mengabarkan kepada kami dari ‘Abd-ur-Raḥmān bin Ḥarmalah bahwa Rasālullāh s.a.w. pernah bersabda: “Perbedaan antara kita dan orang-orang munāfiq ialah menyaksikan shalat ‘Isyā’ dan shalat Shubuḥ, mereka tidak mampu menghadiri keduanya.” Atau redaksi yang serupa. 221

مسند الشافعي ٦١٢: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: «صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ عَلَى صَلَاةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَ عِشْرِيْنَ دَرَجَةً».

Musnad Syāfi‘ī 216: Mālik mengabarkan kepada kami dari Nāfi‘, dari Ibnu ‘Umar r.a. bahwa Rasūlullāh s.a.w. pernah bersabda: “Shalat berjama‘ah mengungguli shalat yang dilakukan sendirian dengan perbedaan dua puluh tujuh derajat.” 222

مسند الشافعي ٧١٢: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ أَبِي الزِّنَادِ، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: «صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ أَحَدِكُمْ وَحْدَهُ بِخَمْسَةٍ وَ عِشْرِيْنَ جُزْءًا».

Musnad Syāfi‘ī 217: Mālik mengabarkan kepada kami dari Abū-z-Zinād, dari al-A‘raj, dari Abū Hurairah bahwa Rasūlullāh s.a.w. pernah bersabda: “Shalat berjama‘ah seseorang di antara kalian lebih afdhal daripada shalat sendirian dengan perbedaan dua puluh lima bagian (pahala)”.223

مسند الشافعي ٨١٢: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ أَذَّنَ فِيْ لَيْلَةٍ ذَاتِ بَرْدٍ وَ رِيْحٍ فَقَالَ: أَلَا صَلُّوْا فِي الرِّحَالِ. ثُمَّ قَالَ: إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ كَانَ يَأْمُرُ الْمُؤَذِّنَ إِذَا كَانَتْ لَيْلَةٌ بَارِدَةٌ ذَاتُ مَطَرٍ يَقُوْلُ: «أَلَا صَلُّوْا فِي الرِّحَالِ».

Musnad Syāfi‘ī 218: Mālik mengabarkan kepada kami dari Nāfi‘, dari Ibnu ‘Umar r.a.; Bahwa ia melakukan adzan di suatu malam yang dingin dan berangin kencang, lalu menyerukan (dalam adzannya): “Ingatlah, shalatlah kalian di tempat tinggal kalian masing-masing.” Kemudian ia berkata: “Sesungguhnya Rasūlullāh s.a.w. pernah memerintahkan kepada mu’adzdzinnya bila malam sangat dingin lagi hujan untuk menyerukan: “Ingatlah, shalatlah kalian di tempat tinggal kalian”.” 224

مسند الشافعي ٩١٢: أَخْبَرَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ أَيُّوْبَ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ كَانَ يَأْمُرُ مُنَادِيَهُ فِي اللَّيْلَةِ الْمَطِيْرَةِ وَ اللَّيْلَةِ الْبَارِدَةِ ذَاتِ رِيْحٍ: أَلَا صَلُّوْا فِيْ رِحَالِكُمْ.

Musnad Syāfi‘ī 219: Ibnu ‘Uyainah mengabarkan kepada kami dari Ayyūb, dari Nāfi‘, dari Ibnu ‘Umar r.a.: Bahwa Rasūlullāh s.a.w. pernah memerintahkan kepada mu’adzdzinnya di malam yang hujan dan dingin lagi berangin kencang (untuk menyerukan): “Ingatlah, shalatlah di tempat tinggal kalian!” 225

مسند الشافعي ٠٢٢: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيْهِ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ الْأَرْقَمِ، أَنَّهُ كَانَ يَؤُمُّ أَصْحَابَهُ يَوْمًا فَذَهَبَ لِحَاجَتِهِ ثُمَّ رَجَعَ فَقَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُوْلُ: «إِذَا وَجَدَ أَحَدُكُمُ الْغَائِطَ فَلْيَبْدَأْ بِهِ قَبْلَ الصَّلَاةِ».

Musnad Syāfi‘ī 220: Mālik mengabarkan kepada kami dari Hisyām bin ‘Urwah, dari ayahnya, dari ‘Abdullāh bin Arqam bahwa ia mengimami teman-temannya di suatu hari, tetapi ia pergi dahulu untuk menunaikan hajatnya, lalu kembali lagi dan mengatakan: Aku pernah mendengar Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Apabila salah seorang di antara kalian merasa ingin buang air besar, hendaklah ia memulainya (membuangnya) lebih dahulu sebelum melakukan shalat.” 226

مسند الشافعي ١٢٢: أَخْبَرَنَا الثِّقَةُ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيْهِ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ الْأَرْقَمِ، أَنَّهُ خَرَجَ إِلَى مَكَّةَ فَصَحِبَهُ قَوْمٌ فَكَانَ يَؤُمُّهُمْ، فَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَ قَدَّمَ رَجُلًا وَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: «إِذَا أُقِيْمَتِ الصَّلَاةُ وَ وَجَدَ أَحَدُكُمُ الْغَائِطَ فَلْيَبْدَأْ بِالْغَائِطِ».

Musnad Syāfi‘ī 221: Orang yang dapat dipercaya mengabarkan kepada kami, dari Hisyām bin ‘Urwah dari bapaknya dari ‘Abdullāh bin al-Arqam bahwa ia pernah keluar ke Makkah lalu suatu kaum menemaninya dan ia juga mengimami mereka, kemudian shalatpun didirikan, setelah itu datang seorang lelaki dan berkata: “Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Jika shalat telah didirikan, dan salah seorang di antara kalian merasa ingin buang air besar, hendaklah ia memulainya (membuangnya) lebih dahulu membuang air besar.” 227

مسند الشافعي ٢٢٢: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ مَحْمُوْدِ بْنِ الرَّبِيْعِ، أَنَّ عِتْبَانَ بْنَ مَالِكٍ، كَانَ يَؤُمُّ قَوْمَهُ وَ هُوَ أَعْمَى، وَ أَنَّهُ قَالَ لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: إِنَّهَا تَكُوْنُ الظُّلْمَةُ وَ الْمَطَرُ وَ السَّيْلُ وَ أَنَا رَجُلٌ ضَرِيْرُ الْبَصَرِ، فَصَلِّ يَا رَسُوْلَ اللهِ فِيْ بَيْتِيْ مَكَانًا أَتَّخِذُهُ مُصَلًّى، فَجَاءَهُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَالَ: «أَيْنَ تُحِبُّ أَنْ تُصَلِّيَ؟» فَأَشَارَ إِلَى مَكَانٍ مِنَ الْبَيْتِ، فَصَلَّى فِيْهِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ

Musnad Syāfi‘ī 222: Mālik mengabarkan kepada kami dari Ibnu Syihāb, dari Maḥmūd bin ar-Rabī‘: Bahwa ‘Itbān bin Mālik mengimami kaumnya, padahal ia tunanetra, dan ia pernah terkata kepada Rasūlullāh s.a.w.: “Sesungguhnya hari gelap dan hujan serta banjir, sedangkan aku adalah seorang lelaki yang tunanetra; maka shalatlah, wahai Rasūlullāh, di ramahku di suatu tempat yang nanti akan kujadikan sebagai mushalla.” Maka Rasūlullāh s.a.w. datang dan bersabda: “Di manakah tempat yang engkau sukai sebagai tempat shalatmu?‘Itbān memberikan isyārat ke suatu tempat di dalam rumahnya, lalu Rasūlullāh s.a.w. shalat padanya. 228

مسند الشافعي ٣٢٢: أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ سَعْدٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ مَحْمُوْدِ بْنِ الرَّبِيْعِ، أَنَّ عِتْبَانَ بْنَ مَالِكٍ كَانَ يَؤُمُّ قَوْمَهُ وَ هُوَ أَعْمَى.

Musnad Syāfi‘ī 223: Ibrāhīm bin Sa‘d ,mengabarkan kepada kami dari Ibnu Syihāb, dari Maḥmūd bin ar-Rabī‘: Bahwa ‘Itbān bin Mālik mengimami kaumnya, padahal ia tunanetra. 229

مسند الشافعي ٤٢٢: أَخْبَرَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ عَمَّارٍ الدُّهْنِيِّ، عَنِ امْرَأَةٍ مِنْ قَوْمِهِ يُقَالُ لَهَا حُجَيْرَةُ، عَنْ [ص:54] أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهَا أَمَّتْهُنَّ فَقَامَتْ وَسَطًا.

Musnad Syāfi‘ī 224: Ibnu ‘Uyainah mengabarkan kepada kami dari ‘Ammār ad-Duhnī, dari seseorang wanita kalangan kaumnya yang dikenal dengan nama Ḥujairah, dari Ummu Salamah: Bahwa ia pernah mengimami mereka, maka ia berdiri di tengah. 230

مسند الشافعي ٥٢٢: أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْمَجِيْدِ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيْزِ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، أَخْبَرَنِيْ عَبْدُ اللهِ بْنُ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ أَبِيْ مُلَيْكَةَ، أَنَّهُمْ كَانُوْا يَأْتُوْنَ عَائِشَةَ أُمَّ الْمُؤْمِنِيْنَ بِأَعْلَى الْوَادِيْ هُوَ وَ عُبَيْدُ بْنُ عُمَيْرٍ وَ الْمِسْوَرُ بْنُ مَخْرَمَةَ وَ نَاسٌ كَثِيْرٌ فَيَؤُمُّهُمْ أَبُوْ عَمْرٍو مَوْلَى عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، وَ أَبُوْ عَمْرٍو غُلَامُهَا حِيْنَئِذٍ لَمْ يُعْتَقْ. قَالَ: وَ كَانَ إِمَامُ

Musnad Syāfi‘ī 225: ‘Abd-ul-Majīd bin ‘Abd-il-‘Azīz mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij: ‘Abdullāh bin ‘Ubaidillāh bin Abī Mulaikah mengabarkan kepadaku bahwa mereka sering mendatangi ‘Ā’isyah, Umm-ul-Mu’minīn, di bagian atas lembah. Dia ditemani oleh ‘Ubaid bin ‘Umair dan al-Miswar bin Makhramah serta banyak orang lainnya. Maka yang mengimami mereka adalah Abū ‘Amr, mantan budak ‘Ā’isyah r.a.. Abū ‘Amr pada saat itu masih berstatus budak dan belum dimerdekakan. ‘Abdullāh bin ‘Ubaidillāh melanjutkan kisahnya bahwa Abū ‘Amr adalah imam bagi Bani Muḥammad bin Abī Bakar dan ‘Urwah. 231

مسند الشافعي ٦٢٢: أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْمَجِيْدِ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ: أَخْبَرَنِيْ عَطَاءٌ قَالَ: سَمِعْتُ عُبَيْدَ بْنَ عُمَيْرٍ، يَقُوْلُ: اجْتَمَعَتْ جَمَاعَةٌ فِيْمَا حَوْلَ مَكَّةَ، قَالَ: حَسِبْتُ أَنَّهُ قَالَ: فِيْ أَعْلَى الْوَادِيْ هَهُنَا وَ فِي الْحَجِّ. قَالَ: فَحَانَتِ الصَّلَاةُ فَتَقَدَّمَ رَجُلٌ مِنْ آلِ أَبِي السَّائِبِ أَعْجَمِيُّ اللِّسَانِ، قَالَ: فَأَخَّرَهُ الْمِسْوَرُ بْنُ مَخْرَمَةَ وَ قَدَّمَ غَيْرَهُ، فَبَلَغَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ فَلَمْ يُعَرِّفْهُ بِشَيْءٍ حَتَّى جَاءَ الْمَدِيْنَةَ، فَلَمَّا جَاءَ الْمَدِيْنَةَ عَرَّفَهُ بِذلِكَ فَقَالَ الْمِسْوَرُ: أَنْظِرْنِيْ يَا أَمِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ، إِنَّ الرَّجُلَ كَانَ أَعْجَمِيَّ اللِّسَانِ، وَ كَانَ فِي الْحَجِّ فَخَشِيْتُ أَنْ يَسْمَعَ بَعْضُ مَنْ شَهِدَ الْحَجَّ قِرَاءَتَهُ فَيَأْخُذَ بِعُجْمِيَّتِهِ. فَقَالَ: هُنَالِكَ ذَهَبْتَ بِهَا؟ فَقَالَ: نَعَمْ، فَقَالَ: قَدْ أَصَبْتَ.

Musnad Syāfi‘ī 226: ‘Abd-ul-Mājid mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij, ia mengatakan: ‘Athā’ mengabarkan kepadaku, ia mengatakan: Aku pernah mendengar ‘Ubaidillāh bin ‘Umair berkata: “Segolongan orang yang berada di sekitar Makkah berkumpul —aku menduganya mengatakan di bagian atas lembah, yaitu di sini— dalam musim haji. Kemudian tibalah waktu shalat, lalu seorang lelaki dari kalangan keluarga Abū Sā’ib yang lisannya a‘jam maju (menjadi imam). Tetapi ia disuruh mundur oleh al-Miswar bin Makhramah, dan al-Miswar mengajukan orang lain (sebagai imam). Ketika al-Miswar sampai kepada ‘Umar bin Khaththāb, ia tidak menceritakan sesuatu pun kepadanya hingga sampai di Madīnah. Setelah sampai di Madīnah, al-Miswar menceritakan hal tersebut kepadanya dan berkata: “Pertimbangkanlah pendapatku ini, wahai Amīr-ul-Mu’minīn! Sesungguhnya lelaki itu adalah orang yang memiliki lisan a‘jam, dia sedang melakukan ‘ibādah haji; maka aku merasa khawatir bila ada sebagian dari jama‘ah haji yang mendengar bacaannya, lalu mengikuti bacaan a‘jam-nya itu”. Khalīfah ‘Umar berkata: “Apakah pemikiranmu sampai ke situ?” al-Miswar menjawab: “Ya”. Khalīfah ‘Umar menjawab: “Engkau benar”.” 232

مسند الشافعي ٧٢٢: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ أَبِيْ حَازِمِ بْنِ دِيْنَارٍ، عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ذَهَبَ إِلَى بَنِيْ عَمْرِو بْنِ عَوْفٍ لِيُصْلِحَ بَيْنَهُمْ وَ حَانَتِ الصَّلَاةُ فَجَاءَ الْمُؤَذِّنُ إِلَى أَبِيْ بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فَقَالَ: أَتُصَلِّي لِلنَّاسِ فَأُقِيْمَ؟ فَقَالَ: نَعَمْ، فَصَلَّى أَبُوْ بَكْرٍ فَجَاءَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ النَّاسُ فِي الصَّلَاةِ فَتَخَلَّصَ حَتَّى وَقَفَ فِي الصَّفِّ، فَصَفَّقَ النَّاسُ، قَالَ: وَ كَانَ أَبُوْ بَكْرٍ لَا يَلْتَفِتُ فِيْ صَلَاتِهِ، فَلَمَّا أَكْثَرَ النَّاسُ التَّصْفِيْقَ الْتَفَتَ فَرَأَى رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ، فَأَشَارَ إِلَيْهِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَنِ أَمْكُثْ مَكَانَكَ. فَرَفَعَ أَبُوْ بَكْرٍ يَدَيْهِ فَحَمِدَ اللهَ عَلَى مَا أَمَرَهُ بِهِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ [ص:55] مِنْ ذلِكَ، ثُمَّ اسْتَأْخَرَ أَبُوْ بَكْرٍ وَ تَقَدَّمَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَصَلَّى بِالنَّاسِ، فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ: يَا أَبَا بَكْرٍ، «مَا مَنَعَكَ أَنْ تَثْبُتَ إِذْ أَمَرْتُكَ؟» فَقَالَ أَبُوْ بَكْرٍ: مَا كَانَ لِابْنِ أَبِيْ قُحَافَةَ أَنْ يُصَلِّيَ بَيْنَ يَدَيْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ. قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: «مَا لِيْ أَرَاكُمْ أَكْثَرْتُمُ التَّصْفِيْقَ، فَمَنْ نَابَهُ شَيْءٌ فِيْ صَلَاتِهِ فَلْيُسَبِّحْ، فَإِنَّهُ إِذَا سَبَّحَ الْتُفِتَ إِلَيْهِ، وَ إِنَّمَا التَّصْفِيْقُ لِلنِّسَاءِ» قَالَ أَبُو الْعَبَّاسِ يَعْنِي الْأَصَمَّ: أَخْرَجْتُ هذَا الْحَدِيْثَ فِيْ هذَا الْمَوْضِعِ وَ هُوَ مُعَادٌ إِلَّا أَنَّهُ مُخْتَلِفُ الْأَلْفَاظِ زِيَادَةٌ وَ نُقْصَانٌ.

Musnad Syāfi‘ī 227: Mālik menceritakan kepada kami dari Abū Ḥāzim bin Dīnār, dari Sahl bin Sa‘d as-Sā‘idī: Rasūlullāh s.a.w. berangkat ke perkampungan Bani ‘Amr bin ‘Auf untuk mendamaikan sesama mereka. Waktu shalat tiba, lalu mu’adzdzin datang kepada Abū Bakar dan terkata: “Maukah engkau shalat menjadi imam orang-orang? Aku akan mengiqamatkannya” Abū Bakar menjawab: “Ya” Maka Abū Bakar shalat, dan ternyata Rasūlullāh s.a.w. datang ketika orang-orang sedang melakukan shalat. beliau menguak shaff hingga berhenti di dalam shaff (pertama), dan orang-orang banyak bertepuk tangan. ‘Amr bin ‘Auf terkata: “Dan pada saat shalat itu, Abū Bakar tidak menoleh.” Ketika orang-orang banyak yang bertepuk tangan. Abū Bakar baru menoleh. Ia melihat Rasūlullāh s.a.w., tetapi beliau mengisyāratkan kepadanya agar tetap di tempatnya. Maka Abū Bakar mengangkat kedua tangannya seraya memuji kepada Allah atas apa yang diperintahkan oleh Rasūlullāh s.a.w. itu. Tetapi Abū Bakar tetap mundur, maka Rasūlullāh s.a.w. maju ke depan dan shalat menjadi imam orang-orang. Setelah beliau menyelesaikan shalatnya, beliau bersabda: “Hai Abū Bakar! Apakah yang membuatmu enggan untuk tetap di tempatmu ketika aku perintahkan kepadamu untuk melakukannya”. Abū Bakar menjawab: “Wahai Rasūlullāh, tidaklah layak bagi anak Abū Quḥāfah shalat di depan Rasūlullāh s.a.w.” Kemudian Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Mengapa kulihat kalian banyak yang bertepuk tangan? Barang siapa yang mengalami sesuatu dalam shalatnya, hendaklah ia bertasbīḥ. Apabila bertasbīḥ, niscaya ia diperhatikan, sesungguhnya bertepuk tangan itu hanya bagi kaum wanita.” 223 Abū-l-‘Abbās, ya‘ni al-Ashamm, berkata: “Aku meriwayatkan hadits ini di tempat ini, dan ia adalah pengualangan, namun ia berbeda secara lafazh; Karena ada penampahan dan pengurangan.”

مسند الشافعي ٨٢٢: أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ: أَخْبَرَنَا مَعْنُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ، عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمنِ، عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ: مِنَ السُّنَّةِ أَنْ لَا، يَؤُمَّهُمْ إِلَّا صَاحِبُ الْبَيْتِ.

Musnad Syāfi‘ī 228: Ibrāhīm bin Muḥammad mengabarkan kepada kami, ia mengatakan: Ma‘n bin ‘Abd-ir-Raḥmān bin ‘Abdillāh bin Mas‘ūd mengabarkan kepada kami dari al-Qāsim bin ‘Abd-ir-Raḥmān, dari Ibnu Mas‘ūd, ia berkata: “Termasuk tuntunan sunnah ialah hendaknya tidak menjadi imam mereka melainkan shāhib-ul-bait.”234

مسند الشافعي ٩٢٢: أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الثَّقَفِيُّ، عَنْ أَيُّوْبَ، عَنْ أَبِيْ قِلَابَةَ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُوْ سُلَيْمَانَ مَالِكُ بْنُ الْحُوَيْرِثِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ لَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: «صَلُّوْا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِيْ أُصَلِّيْ، فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلَاةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ».

Musnad Syāfi‘ī 229: ‘Abd-ul-Wahhāb ats-Tsaqafī mengabarkan kepada kami dari Ayyūb, dari Abū Qilābah, ia mengatakan: Abū Sulaimān Mālik bin al-Ḥuwairits r.a. pernah berkata: “Rasūlullāh s.a.w. pernah bersabda kepada kami: “Shalatlah kalian sebagaimana kalian lihat aku melakukannya. Apabila waktu shalat tiba, hendaklah seseorang menyerukan adzan untuk kalian, dan hendaklah orang yang paling tua di antara kalian menjadi imam untuk kalian.” 235

مسند الشافعي ٠٣٢: أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْمَجِيْدِ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ: أَخْبَرَنِي نَافِعٌ قَالَ: ” أُقِيْمَتِ الصَّلَاةُ فِيْ مَسْجِدٍ بِطَائِفَةٍ مِنَ الْمَدِيْنَةِ وَ لِابْنِ عُمَرَ قَرِيْبًا مِنْ ذلِكَ الْمَسْجِدِ أَرْضٌ يَعْمَلُهَا، وَ إِمَامُ ذلِكَ الْمَسْجِدِ مَوْلًى لَهُ، وَ مَسْكَنُ ذلِكَ الْمَوْلَى وَ أَصْحَابِهِ ثَمَّةَ، قَالَ: فَلَمَّا سَمِعَهُمْ عَبْدُ اللهِ جَاءَ لِيَشْهَدَ مَعَهُمُ الصَّلَاةَ فَقَالَ لَهُ الْمَوْلَى صَاحِبُ الْمَسْجِدِ: تَقَدَّمْ فَصَلِّ، فَقَالَ عَبْدُ اللهِ: أَنْتَ أَحَقُّ أَنْ تُصَلِّيَ فِيْ مَسْجِدِكَ مِنِّيْ، فَصَلَّى الْمَوْلَى.”

Musnad Syāfi‘ī 230: ‘Abd-ul-Majīd menceritakan kepada kami dari Ibnu Juraij, ia mengatakan: Bahwa Nāfi‘ menceritakan kepada kami: Shalat didirikan di suatu masjid yang terletak di suatu wilayah kota Madīnah, sedangkan Ibnu ‘Umar mempunyai sebidang tanah di dekat masjid tersebut: tanah itu digarapnya dan yang menjadi imam masjid itu adalah salah seorang maulā (pelayan) nya. Tempat tinggal maulā tersebut dan teman-temannya di tempat itu juga. Nāfi‘ melanjutkan kisahnya: Ketika ‘Abdullāh mendengar perihal mereka, ia datang untuk ikut shalat bersama mereka. Lalu pelayan yang mengimami masjid itu berkata kepadanya: “Majulah dan shalatlah sebagai imam.” ‘Abdullāh berkata kepadanya: “Engkau lebih berhak menjadi imam di masjidmu sendiri daripada aku.” Lalu mantan budak itu shalat. 236

مسند الشافعي ١٣٢: أَخْبَرَنَا مُسْلِمُ بْنُ خَالِدٍ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ نَافِعٍ، أَنَّ ابْنَ عُمَرَ، اعْتَزَلَ بِمِنًى فِيْ قِتَالِ ابْنِ الزُّبَيْرِ وَ الْحَجَّاجِ فَصَلَّى مَعَ الْحَجَّاجِ.

Musnad Syāfi‘ī 231: Muslim bin Khālid mengabarkan kepada kami dari Juraij, dari Nāfi‘: Bahwa Ibnu ‘Umar meniisahkan diri tersama jama‘ah haji, ia tidak mau memerangi Ibn-uz-Zubair, dan ia shalat bersama dengan jamaah haji. 237

مسند الشافعي ٢٣٢: حَدَّثَنَا حَاتِمُ بْنُ إِسْمَاعِيْلَ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ أَبِيْهِ ” أَنَّ الْحَسَنَ وَ الْحُسَيْنَ كَانَا يُصَلِّيَانِ خَلْفَ مَرْوَانَ قَالَ: فَقَالَ: مَا كَانَا يُصَلِّيَانِ إِذَا رَجَعَا إِلَى مَنَازِلِهِمَا؟ فَقَالَ: لَا وَ اللهِ، مَا كَانَا يَزِيْدَانِ عَلَى صَلَاةِ الْأَئِمَّةِ “

Musnad Syāfi‘ī 232: Ḥātim bin Ismā‘īl menceritakan kepada kami dari Ja‘far bin Muḥammad, dari ayahnya: Bahwa al-Ḥasan dan al-Ḥusain, keduanya pernah shalat di belakang Marwān, maka Marwān bertanya: “Apakah keduanya shalat lagi bila sampai ke rumahnya masing-masing?” Ia (Ja‘far bin Muḥammad) menjawab: “Tidak, demi Allah, keduanya tidak pernah menambahkan lebih dari shalat para imam.” 238

مسند الشافعي ٣٣٢: عَنْ مَعْمَرٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ سَالِمٍ، عَنْ أَبِيْهِ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ صَلَّى بِمِنًى رَكْعَتَيْنِ وَ أَبُوْ بَكْرٍ وَ عُمَرُ.

Musnad Syāfi‘ī 233: Orang yang dapat dipercaya mengabarkan kepada kami dari Ma‘mar, dari az-Zuhrī, dari Sālim, dari ayahnya: Bahwa Rasūlullāh s.a.w. pernah shalat 2 rakaat di Minā, begitu juga Abū Bakar dan ‘Umar. 239

مسند الشافعي ٤٣٢: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ أَبِيْهِ، عَنْ عُمَرَ، مِثْلَهُ

Musnad Syāfi‘ī 234: Mālik mengabarkan kepada kami dari Zaid bin Aslam, dari bapaknya, dari ‘Umar dengan redaksi yang semisalnya. 240