Hati Senang

Musnad Imam Asy-Syafi’i Bab. 11 (Pembahasan Tentang Manasik) – No.645 s.d 654 (17/17)

MUSNAD IMĀM ASY-SYĀFI‘Ī   Diterjemahkan Oleh: HaditsSoft (Grup)   Diterbitkan Oleh: HaditsSoft   (Belum ada catatan kakinya di HaditsSoft yang kami miliki)

مسند الشافعي ٦٤٥: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، وَ سُفْيَانُ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَضَى فِي الْغَزَالِ بِعَنْزٍ.

Musnad Syāfi‘ī 645: Mālik dan Sufyān mengabarkan kepada kami dari Abū-z- Zubair, dari Jābir bin ‘Abdillāh: Bahwa ‘Umar bin al-Khaththāb r.a. telah memutuskan masalah kasus kijang dendanya adalah seekor kambing. 645

مسند الشافعي ٦٤٦: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، وَ سُفْيَانُ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ، أَنَّ عُمَرَ، قَضَى فِي الْأَرْنَبِ بِعَنَاقٍ، وَ أَنَّ عُمَرَ قَضَى فِي الْيَرْبُوْعِ بِجَفْرَةٍ.

Musnad Syāfi‘ī 646: Mālik dan Sufyān mengabarkan kepada kami dari Abū-z-Zubair, dari Jābir: Bahwa ‘Umar pernah memutuskan mengenai masalah kelinci dengan denda seekor anak kambing, dan ia telah memutuskan pula mengenai marmut dengan denda seekor anak kambing. 646

مسند الشافعي ٦٤٧: أَخْبَرَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ، أَخْبَرَنَا مُخَارِقٌ، عَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ قَالَ: “خَرَجْنَا حُجَّاجًا فَأَوْطَأَ رَجُلٌ مِنَّا يُقَالُ لَهُ أَرْبَدُ ضَبًّا فَفَزَرَ ظَهْرَهُ، فَقَدِمْنَا عَلَى عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فَسَأَلَهُ أَرْبَدُ فَقَالَ عُمَرُ: احْكُمْ يَا أَرْبَدُ فِيْهِ، فَقَالَ: أَنْتَ خَيْرٌ مِنِّيْ يَا أَمِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ [ص:135] وَ أَعْلَمُ. فَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: إِنَّمَا أَمَرْتُكَ أَنْ تَحْكُمَ فِيْهِ، وَ لَمْ آمُرْكَ أَنْ تُزَكِّيَنِيْ، فَقَالَ أَرْبَدُ: أَرَى فِيْهِ جَدْيًا قَدْ جَمَعَ الْمَاءَ وَ الشَّجَرَ، فَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: فَذلِكَ فِيْهِ “.

Musnad Syāfi‘ī 647: Ibnu ‘Uyainah mengabarkan kepada kami, Mukhāriq mengabarkan kepada kami dari Thāriq bin Syihāb, ia mengatakan: Kami pernah berangkat sebagai orang-orang yang menunaikan ‘ibādah haji, kemudian seorang lelaki dari kami yang dikenal dengan nama Arbad menginjak seekor dhabb (biawak) hingga punggungnya terbelah. Oleh karena itu kami menghadap Khalīfah ‘Umar r.a., dan Arbad bertanya kepadanya (tentang masalah tersebut). Maka ‘Umar menjawab: “Putuskanlah sendiri, hai Arbad, tentang masalahmu itu.” Arbad berkata: “Engkau lebih baik daripada diriku, wahai Amīr-ul-Mu’minīn, juga lebih mengetahui.” ‘Umar bin Khaththāb berkata: “Sesungguhnya aku perintahkan kepadamu agar kamu sendiri yang memutuskannya dan aku tidak memerintahkanmu agar memujiku.” Maka Arbad berkata: “Aku berpendapat dendanya berupa seekor anak kambing yang telah meminum air dan memakan daun pepohonan (sudah disapih).” ‘Umar berkata: “Maka, itulah sebagai dendanya.” 647

مسند الشافعي ٦٤٨: أَخْبَرَنَا سَعِيْدُ بْنُ سَالِمٍ، عَنْ عُمَرَ بْنِ سَعِيْدِ بْنِ أَبِيْ حُسَيْنٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ كَثِيرٍ الدَّارِيِّ، عَنْ طَلْحَةَ بْنِ أَبِيْ خَصَفَةَ، عَنْ نَافِعِ بْنِ عَبْدِ الْحَارِثِ قَالَ: ” قَدِمَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ مَكَّةَ فَدَخَلَ دَارَ النَّدْوَةِ فِيْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ، وَ أَرَادَ أَنْ يَسْتَقْرِبَ مِنْهَا الرَّوَاحَ إِلَى الْمَسْجِدِ، فَأَلْقَى رِدَاءَهُ عَلَى وَاقِفٍ فِي الْبَيْتِ فَوَقَعَ عَلَيْهِ طَيْرٌ مِنْ هذَا الْحَمَامِ فَأَطَارَهُ فَانْتَهَزَتْهُ حَيَّةٌ فَقَتَلَتْهُ، فَلَمَّا صَلَّى الْجُمُعَةَ دَخَلْتُ عَلَيْهِ أَنَا وَ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فَقَالَ: احْكُمَا عَلَيَّ فِيْ شَيْءٍ صَنَعْتُهُ الْيَوْمَ، إِنِّيْ دَخَلْتُ هذِهِ الدَّارَ أَرَدْتُ أَنْ أَسْتَقْرِبَ مِنْهَا الرَّوَاحَ إِلَى الْمَسْجِدِ، فَأَلْقَيْتُ رِدَائِيْ عَلَى هذَا الْوَاقِفِ فَوَقَعَ عَلَيْهِ طَيْرٌ مِنْ هذَا الْحَمَامِ، فَخَشِيْتُ أَنْ يَلْطَخَهُ بِسَلْحِهِ فَأَطَرْتُهُ عَنْهُ، فَوَقَعَ عَلَى هذَا الْوَاقِفِ الْآخَرِ، فَانْتَهَزَتْهُ حَيَّةٌ فَقَتَلَتْهُ، فَوَجَدْتُ فِيْ نَفْسِيْ أَنِّيْ أَطَرْتُهُ مِنْ مَنْزِلٍ كَانَ فِيْهِ آمِنًا إِلَى مَوْقِعَةٍ كَانَ فِيْهَا حَتْفُهُ. فَقُلْتُ لِعُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ: كَيْفَ تَرَى فِيْ عَنْزٍ ثَنِيَّةٍ عَفْرَاءَ تَحْكُمُ بِهَا عَلَى أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ؟ قَالَ: إِنِّيْ أَرَى ذلِكَ، فَأَمَرَ بِهَا عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ.

Musnad Syāfi‘ī 648: Sa‘īd bin Sālim mengabarkan kepada kami dari ‘Umar bin Sa‘īd bin Abī Ḥusain, dari ‘Abdullāh bin Katsīr ad-Dārī, dari Thalḥah bin Abī Ḥafshah, dari Nāfi‘ bin al-Ḥārits, ia mengatakan: ‘Umar bin Khaththāb tiba di Makkah, kemudian ia memasuki Dār-un-Nadwah di han Jum‘at dengan maksud agar lebih dekat menuju masjid. Lalu ia meletakkan kain selendangnya di suatu tempat yang tegak di dalam rumah itu, kemudian ada seekor burung merpati hinggap padanya, maka ia mengusir merpati itu, tetapi ada seekor ular yang menyerangnya hingga burung merpati itu mati. Setelah selesai shalat Jum‘at, aku bersama ‘Utsmān r.a. masuk menemuinya, lalu ia berkata: “Putuskanlah hukuman terhadap diriku mengenai suatu masalah yang telah kulakukan hari ini. Sesungguhnya aku telah memasuki rumah ini dengan maksud agar lebih dekat menuju masjid. Lalu aku meletakkan kain selendangku di tempat yang tegak ini, dan ternyata ada seekor burung merpati yang hinggap padanya. Aku merasa khawatir bila merpati itu akan mengotorinya, lalu aku usir merpati itu dari tempat tersebut. Ternyata ia hinggap di atas tempat tegak lainnya, dan ternyata ada seekor ular yang menyerangnya hingga burung merpati itu mati. Akhirnya, aku merasa bahwa akulah yang mengusirnya dan suatu tempat yang aman ke tempat lain yang menjadi tempat kematiannya.” Lalu aku berkata kepada ‘Utsmān: “Bagaimanakah pendapatmu bila dibayar dengan seekor kambing anzah yang berusia 3 tahun dan berwarna keabu-abuan sebagai keputusan hukummu terhadap Amīr-ul-Mu’minīn?” ‘Utsmān menjawab: “Sesungguhnya aku pun berpendapat sama denganmu.” Akhirnya, ‘Umar r.a. memerintahkan agar denda itu dibayarkan. 648

مسند الشافعي ٦٤٩: أَخْبَرَنَا سَعِيْدٌ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ عَطَاءٍ، أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ حُمَيْدٍ، قَتَلَ ابْنٌ لَهُ حَمَامَةً، فَجَاءَ ابْنَ عَبَّاسٍ فَقَالَ لَهُ ذلِكَ، فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: “تَذْبَحُ شَاةً فَتَصَدَّقَ بِهَا قَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ: فَقُلْتُ لِعَطَاءٍ: أَمِنْ حَمَامِ مَكَّةَ؟ قَالَ: نَعَمْ “.

Musnad Syāfi‘ī 649: Sa‘īd mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij, dari ‘Athā’: Bahwa anak lelaki ‘Utsmān bin ‘Ubaidillāh bin Ḥumaid telah membunuh seekor merpati, lalu ‘Utsmān datang kepada Ibnu ‘Abbās dan menceritakan hal tersebut. Kemudian Ibnu ‘Abbās berkata: “Hendaknya engkau menyembelih seekor kambing, lalu engkau sedekahkan.” Ibnu Juraij berkata: “Aku bertanya kepada ‘Athā’: “Apakah merpati Makkah?” ‘Athā’ menjawab: “Ya”.” 649

مسند الشافعي ٦٥٠: أَخْبَرَنَا سَعِيْدٌ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ يُوْسُفَ بْنِ مَاهَكٍ، أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ أَبِيْ عَمَّارٍ، أَخْبَرَهُ أَنَّهُ، أَقْبَلَ مَعَ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ وَ كَعْبِ الْأَحْبَارِ فِيْ أُنَاسٍ مُحْرِمِيْنَ مِنْ بَيْتِ الْمَقْدِسِ بِعُمْرَةٍ، حَتَّى إِذَا كُنَّا بِبَعْضِ الطَّرِيْقِ وَ كَعْبٌ عَلَى نَارٍ يَصْطَلِي مَرَّتْ بِهِ رِجْلٌ مِنْ جَرَادٍ، فَأَخَذَ جَرَادَتَيْنِ يَحْمِلَهُمَا وَ نَسِيَ إِحْرَامَهُ، ثُمَّ ذَكَرَ إِحْرَامَهُ فَأَلْقَاهُمَا، فَلَمَّا قَدِمْنَا الْمَدِيْنَةَ دَخَلَ الْقَوْمُ عَلَى عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَدَخَلْتُ مَعَهُمْ، فَقَصَّ كَعْبٌ قِصَّةَ الْجَرَادَتَيْنِ عَلَى عُمَرَ، فَقَالَ عُمَرُ: وَ مَنْ بِذلِكَ؟ لَعَلَكَ بِذلِكَ يَا كَعْبُ؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَ ابْنُ حُصَيْنٍ: إِنَّ حِمْيَرَ تُحِبُّ الْجَرَادَ. قَالَ: مَا جَعَلْتَ فِيْ نَفْسِكَ؟ قَالَ: دِرْهَمَيْنِ، قَالَ: بَخٍ، دِرْهَمَانِ خَيْرٌ مِنْ مِائَةِ جَرَادَةٍ، اجْعَلْ مَا جَعَلْتَ فِيْ نَفْسِكَ.

Musnad Syāfi‘ī 650: Sa‘īd mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij, dari Yūsuf bin Māhik, Bahwa ‘Abdullāh bin ‘Ammār mengabarkan kepadaku: Bahwa ia datang bersama Mu‘ādz bin Jabal dan Ka‘ab al-Aḥbār mengikuti rombongan orang-orang yang sedang iḥrām dari Bait-ul-Maqdis untuk melakukan ‘ibādah ‘umrah. Ketika kami sampai di tengah jalan, saat itu Ka‘ab sedang memanaskan diri pada sebuah api, tiba-tiba lewatlah segerombolan belalang, lalu ia menyambar 2 ekor belalang dan menangkapnya, ia lupa bahwa ia sedang beriḥrām. Kemudian ia teringat pada iḥrāmnya, maka ia melempar kedua ekor belalang itu. Kemudian kami tiba di Madīnah, kaum (rombongan kami) masuk menemui Khalīfah ‘Umar r.a. dan aku ikut masuk menemuinya bersama mereka. Lalu Ka‘ab menceritakan kisah kedua ekor belalang tersebut kepada ‘Umar . Maka ‘Umar bertanya: “Siapakah yang berbuat demikian? Barangkali kamu sendiri, hai Ka‘ab!” Ka‘ab menjawab: “Ya.” ‘Umar berkata: “Sesungguhnya orang-orang Ḥimyar menyukai belalang.” ‘Umar lalu bertanya: “Apakah yang engkau bayarkan untuk dirimu?” Ka‘ab menjawab: “Uang 2 dirham.” ‘Umar berkata: “Wah, 2 dirham lebih baik daripada 100 ekor belalang, bayarkanlah denda buat dirimu seperti apa yang engkau niatkan” 650

مسند الشافعي ٦٥١: أَخْبَرَنَا سَعِيْدٌ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ: سَمِعْتُ عَطَاءً، يَقُوْلُ: سُئِلَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ صَيْدِ الْجَرَادِ، فِي الْحَرَمِ فَقَالَ: لَا، وَ نَهَى عَنْهُ. قَالَ: أَمَا قُلْتَ لَهُ أَوْ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: فَإِنَّ قَوْمَكَ يَأْخُذُوْنَهُ وَ هُمْ مُحْتَبُوْنَ فِي الْمَسْجِدِ؟ فَقَالَ: لَا يَعْلَمُوْنَ.

Musnad Syāfi‘ī 651: Sa‘īd mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij, ia mengatakan bahwa ia pernah mendengar ‘Athā’ berkata: “Ibnu ‘Abbās pernah ditanya mengenai berburu belalang di Tanah Suci, maka ia menjawab: “Tidak boleh”. Dan, ia melarang perbuatan tersebut.” ‘Athā’ berkata kepadanya: “Atau seorang lelaki dari kalangan kaummu. Maka sesungguhnya kaummu menangkapnya, sedangkan mereka berada di dalam masjid.” Ibnu ‘Abbās menjawab: “Mereka tidak mengetahui.” 651

مسند الشافعي ٦٥٢: أَخْبَرَنَا مُسْلِمٌ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، مِثْلَهُ، إِلَّا أَنَّهُ قَالَ: مُحْتَبُوْنَ. قَالَ الشَّافِعِيُّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: وَ مُسْلِمٌ أَصْوَبُهُمَا، رَوَى الْحُفَّاظِ عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ: مُنْحَنُوْنَ.

Musnad Syāfi‘ī 652: Muslim mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij, dari ‘Athā’, dari Ibnu ‘Abbās dengan redaksi yang semisal, hanya di dalamnya disebutkan “muḥtabūna” (menempelkan kedua kaki ke perut berikut kainnya, dengan maksud agar belalang tidak lepas). Asy-Syāfi‘ī mengatakan bahwa riwayat Muslim adalah yang paling benar di antara keduanya. Redaksi hadits diriwayatkan oleh Ḥuffāzh dari Ibnu Juraih, di dalamnya disebutkan: “Munḥabūna = Sedangkan mereka dalam keadaan membungkuk.” 652

مسند الشافعي ٦٥٣: أَخْبَرَنَا سَعِيْدٌ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ: أَخْبَرَنِيْ بَكْرُ بْنُ عَبْدِ اللهِ قَالَ: سَمِعْتُ الْقَاسِمَ، يَقُوْلُ: كُنْتُ جَالِسًا عِنْدَ ابْنِ عَبَّاسٍ فَسَأَلَهُ رَجُلٌ عَنْ جَرَادَةٍ، قَتَلَهَا وَ هُوَ مُحْرِمٌ، فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: فِيْهَا قُبْضَةٌ مِنْ طَعَامٍ، وَ لَيَأْخُذَنَّ بِقَبْضَةٍ جَرَادَاتٍ، وَ لكِنْ عَلَى ذلِكَ رَأْيِيْ قَالَ الشَّافِعِيُّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: قَوْلُهُ: وَ لَيَأْخُذَنَّ بِقُبْضَةٍ جَرَادَاتٍ: إِنَّمَا فِيْهَا الْقِيْمَةُ، وَ قَوْلُهُ: وَ لكِنْ عَلَى ذلِكَ رَأْيِيْ، يَقُوْلُ: تَحْتَاطُ فَتُخْرِجُ أَكْثَرَ مِمَّا عَلَيْكَ بَعْدَمَا أَعْلَمْتُكَ أَنَّهُ أَكْثَرُ مِمَّا عَلَيْكَ.

Musnad Syāfi‘ī 653: Sa‘īd mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij, ia mengatakan: Bahwa Abū Bakar bin ‘Abdillāh mengabarkan kepadaku, ia mengatakan: Aku pernah mendengar al-Qāsim berkata: “Ketika aku sedang duduk di sisi Ibnu ‘Abbās, ada seorang lelaki bertanya kepadanya mengenai belalang yang dibunuhnya, sedangkan ia dalam keadaan iḥrām. Maka Ibnu ‘Abbās berkata: “Dendanya ialah segenggam makanan, dan hendaklah ia benar-benar mengambil segenggam makanan sebagai denda dari membunuh beberapa ekor belalang, dan demikianlah pendapatku”.” Asy-Syāfi‘ī mengatakan bahwa kalimat “Hendaklah ia benar-benar mengambil segenggam (makanan sebagai denda dari) beberapa belalang” sesungguhnya hal tersebut hanya berdasarkan nilainya. Kelanjutan dari kalimat “Akan tetapi seandainya” ialah seperti berikut: Kamu bersikap hati-hati, kamu tetap mengeluarkan denda lebih banyak daripada apa yang diwajibkan atas dirimu sesudah aku beritahukan kepadamu bahwa hal tersebut lebih banyak daripada apa yang diwajibkan atas dirimu. 653

مسند الشافعي ٦٥٤: أَخْبَرَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ، عَنِ ابْنِ أَبِيْ نَجِيْحٍ قَالَ: سَمِعْتُ مَيْمُوْنَ بْنَ مِهْرَانَ قَالَ: “كُنْتُ عِنْدَ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا وَ سَأَلَهُ رَجُلٌ فَقَالَ: أَخَذْتُ قَمْلَةً فَأَلْقَيْتُهَا ثُمَّ طَلَبْتُهَا فَلَمْ أَجِدْهَا، فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا: تِلْكَ ضَالَّةٌ لَا تُبْتَغَى.

Musnad Syāfi‘ī 654: Ibnu ‘Uyainah mengabarkan kepada kami dari Ibnu Abī Najīḥ, ia mengatakan bahwa ia pernah mendengar Maimūn bin Mihrān berkata: “Aku pernah berada di sisi Ibnu ‘Abbās dan ada seorang lelaki bertanya kepadanya. Lelaki itu berkata: “Aku mencari ketombe, lalu aku membuangnya. Setelah itu aku mencarinya kembali, tetapi aku tidak menemukannya”. Maka Ibnu ‘Abbās menjawab: “Itu sama saja dengan barang hilang yang tidak usah dicari”.” 654

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.