مسند الشافعي ٥٤٥: أَخْبَرَنَا سَعِيْدُ بْنُ سَالِمٍ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ سَمِعَهُ يَقُوْلُ: «لَا تَلْبَسُ الْمَرْأَةُ ثِيَابَ الطِّيْبِ، وَ تَلْبَسُ الثِّيَابَ الْمُعَصْفَرَةَ، وَ لَا أَرَى الْمُعَصْفَرَ طِيْبًا».
Musnad Syāfi‘ī 545: Sa‘īd bin Sālim mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij, dari Abū-z-Zubair, dari Jābir r.a.: Bahwa Abū-z-Zubair pernah mendengar Jābir r.a. berkata: “Wanita tidak boleh memakai pakaian yang dicelup bahan wewangian, dan boleh memakai pakaian yang dicelup ushfur; aku tidak menganggap ushfur sebagai bahan wewangian.” 547
مسند الشافعي ٥٤٦: أَخْبَرَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ سَالِمٍ، عَنْ أَبِيْهِ، أَنَّهُ كَانَ يُفْتِي النِّسَاءَ إِذَا أَحْرَمْنَ أَنْ يَقْطَعْنَ الْخُفَّيْنِ، حَتَّى أَخْبَرَتْهُ صَفِيَّةُ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا تُفْتِي النِّسَاءَ أَنْ لَا يَقْطَعْنَ، فَانْتَهَى عَنْهُ.
Musnad Syāfi‘ī 546: Ibnu ‘Uyainah mengabarkan kepada kami dari az-Zuhrī, dari Sālim, dari ayahnya: Bahwa ia selalu memberikan fatwanya kepada kaum wanita bila mereka beriḥrām, yaitu hendaknya mereka memotong khuffnya; hingga ia mendapat berita dari Shafiyyah yang menerimanya dari ‘Ā’isyah bahwa ‘Ā’isyah selalu memberikan fatwanya kepada kaum wanita, yaitu hendaknya mereka tidak usah memotong (khuff mereka). Maka, ayah Sālim mencabut kembali fatwanya. 548
مسند الشافعي ٥٤٧: أَخْبَرَنَا سَعِيْدُ بْنُ سَالِمٍ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: ” تُدْلِيْ عَلَيْهَا مِنْ جَلَابِيْبِهَا، وَ لَا تَضْرِبُ بِهِ. قُلْتُ: وَ مَا لَا تَضْرِبُ بِهِ، فَأَشَارَ لِيْ كَمَا تُجَلْبِبُ الْمَرْأَةُ، ثُمَّ أَشَارَ إِلَى مَا عَلَى خَدِّهَا مِنَ الْجِلْبَابِ فَقَالَ: لَا تُغَطِّيهِ فَتَضْرِبُ بِهِ عَلَى وَجْهِهَا، فَذلِكَ الَّذِيْ لَا يَبْقَى عَلَيْهَا، وَ لكِنْ تَسْدُلُهُ عَلَى وَجْهِهَا كَمَا هُوَ مَسْدُوْلًا، وَ لَا تَقْلِبُهُ، وَ لَا تَضْرِبُ بِهِ، وَ لَا تُعْطِفُهُ .”
Musnad Syāfi‘ī 547: Sa‘īd bin Sālim mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij, dari ‘Athā’, dari Ibnu ‘Abbās, ia mengatakan: Seorang wanita diperbolehkan menjulurkan sebagian jilbābnya ke wajahnya, tetapi ia tidak boleh menutupkannya ke wajahnya. Aku bertanya: “Apakah yang dimaksud dengan “Ia tidak boleh menutupkannya (ke wajahnya)?”” Maka ia-Ibnu ‘Abbās memberi isyārat kepadaku dengan pengertian seperti layaknya seorang wanita memakai jilbāb. Kemudian ia memberi isyārat kepadaku menggambarkan kain jilbāb yang ada pada pipi wanita, lalu berkata: “Janganlah wanita menutupkan ini yang berarti ia menempelkannya pada wajahnya, yang demikian itu merupakan cara yang tidak membiarkan wajahnya terbuka. Tetapi ia boleh menjulurkannya pada wajahnya sebagaimana adanya, hanya saja jangan sampai ia membalikkan kain, yakni jangan menempelkannya pada wajahnya, jangan pula melipatnya (mengikatkan dari satu sisi wajah ke sisi yang lain).” 549
مسند الشافعي ٥٤٨: أَخْبَرَنَا سَعِيْدٌ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ هِشَامِ بْنِ حُجَيْرٍ، عَنْ طَاوُسٍ قَالَ: «رَأَيْتُ ابْنَ عُمَرَ يَسْعَى بِالْبَيْتِ وَ قَدْ حَزَمَ عَلَى بَطْنِهِ بِثَوْبٍ».
Musnad Syāfi‘ī 548: Sa‘īd mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij, dari Hisyām bin Ḥujair, dari Thāwūs, ia berkata: “Aku pernah melihat Ibnu ‘Umar melakukan thawāf di Baitullāh, sedangkan ia mengikat perutnya dengan kain.”. 550
مسند الشافعي ٥٤٩: أَخْبَرَنَا سَعِيْدٌ، عَنْ إِسْمَاعِيْلَ بْنِ أُمَيَّةَ، أَنّ نَافِعًا، أَخْبَرَهُ أَنَّ ابْنَ عُمَرَ لَمْ يَكُنْ عَقَدَ الثَّوْبَ عَلَيْهِ، إِنَّمَا غَرَزَ طَرَفَيْهِ عَلَى إِزَارِهِ.
Musnad Syāfi‘ī 549: Sa‘īd mengabarkan kepada kami dari Ismā‘īl bin Umayyah, Nāfi‘ mengabarkan kepadanya bahwa Ibnu ‘Umar tidak mengikatkan kainnya melainkan hanya sekadar memasukkan kedua ujung ikat pinggangnya pada kain sarungnya. 551
مسند الشافعي ٥٥٠: أَخْبَرَنَا سَعِيْدٌ، عَنْ مُسْلِمِ بْنِ جُنْدُبٍ قَالَ: “جَاءَ رَجُلٌ يَسْأَلُ ابْنَ عُمَرَ وَ أَنَا مَعَهُ، فَقَالَ: أُخَالِفُ بَيْنَ طَرَفَيْ ثَوْبِيْ مِنْ وَرَائِيْ ثُمَّ أَعْقِدُهُ وَ أَنَا مُحْرِمٌ، فَقَالَ عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ: لَا تَعْقِدْ شَيْئًا .”
Musnad Syāfi‘ī 550: Sa‘īd mengabarkan kepada kami dari Muslim bin Jundab, ia mengatakan: Seorang lelaki datang bertanya kepada Ibnu ‘Umar, sedangkan aku berada bersamanya. Lelaki itu bertanya: “Aku mempertemukan kedua ujung kainku dari arah belakang, kemudian aku mengikatkannya, sedangkan aku dalam keadaan iḥrām.” Maka ‘Abdullāh bin ‘Umar menjawab: “Janganlah kamu membuat suatu ikatan pun.” 552
مسند الشافعي ٥٥١: أَخْبَرَنَا سَعِيْدُ بْنُ سَالِمٍ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ رَأَى رَجُلًا مُحْتَزِمًا بِحَبْلٍ أَبْرَقَ فَقَالَ: «انْزِعِ الْحَبْلَ» مَرَّتَيْنِ.
Musnad Syāfi‘ī 551: Sa‘īd bin Sālim mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij: Bahwa Rasūlullāh s.a.w. melihat seorang lelaki memakai ikat pinggang-pada saat ihram-ed. dengan seutas tambang berwarna hitam putih, lalu beliau bersabda: “Lepaskanlah ikat pinggang tambangmu.” (Ini) diucapkannya sebanyak dua kali. 553
مسند الشافعي ٥٥٢: أَخْبَرَنَا سَعِيْدٌ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ: أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ مُسْلِمٍ، عَنْ صَفِيَّةَ بِنْتِ شَيْبَةَ، أَنَّهَا قَالَتْ: “كُنْتُ عِنْدَ عَائِشَةَ إِذْ جَاءَتْهَا امْرَأَةٌ مِنْ نِسَاءِ بَنِيْ عَبْدِ الدَّارِ يُقَالُ لَهَا: تَمْلِكُ، قَالَتْ لَهَا: يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِيْنَ، إِنَّ ابْنَتِيْ فُلَانَةَ حَلَفَتْ أَنْ لَا تَلْبَسَ حُلِيَّهَا فِي الْمَوْسِمِ، فَقَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا: قُوْلِيْ لَهَا: إِنَّ أُمَّ الْمُؤْمِنِيْنَ تُقْسِمُ عَلَيْكِ إِلَّا لَبِسْتِ حُلِيَّكِ كُلَّهُ .”
Musnad Syāfi‘ī 552: Sa‘īd mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij, ia mengatakan bahwa al-Hasan bin Muslim mengabarkan kepadaku dari Shafiyyah binti Syaibah, ia mengatakan: Ketika kami berada di sisi ‘Ā’isyah r.a., tiba-tiba datang kepadanya seorang wanita dan kalangan Bani ‘Abd-id-Dār yang dikenal dengan nama Tamlik. Wanita itu berkata kepadanya: “Wahai Umm-ul-Mu’minīn, sesungguhnya anak perempuanku si Fulānah telah bersumpah tidak akan memakai perhiasannya dalam musim (haji).” Maka ‘Ā’isyah r.a. berkata: “Katakanlah kepadanya, sesungguhnya Umm-ul-Mu’minīn bersumpah kepadamu: “Hendaklah kamu memakai semua perhiasanmu”.” 554
مسند الشافعي ٥٥٣: أَخْبَرَنَا سَعِيْدُ بْنُ سَالِمٍ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ أَيُّوْبَ بْنِ مُوْسَى، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ كَانَ إِذَا رَمِدَ وَ هُوَ مُحْرِمٌ أَقْطَرَ فِيْ عَيْنَيْهِ الصَّبْرَ إِقْطَارًا، وَ أَنَّهُ قَالَ: «يَكْتَحِلُ بِأَيِّ كُحْلٍ إِذَا رَمِدَ مَا لَمْ يَكْتَحِلْ بِطِيْبٍ وَ مِنْ غَيْرِ رَمَدٍ» ابْنُ عُمَرَ الْقَائِلُ.
Musnad Syāfi‘ī 553: Sa‘īd bin Sālim mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij, dari Ayyūb bin Mūsā, dari Nāfi‘, dari Ibnu ‘Umar: Apabila ia sakit mata, sedangkan ia dalam keadaan iḥrām, maka ia benar-benar meneteskan obat mata pada kedua matanya, dan ia mengatakan bahwa orang yang sedang iḥrām boleh memakai celak mata apapun bila ia sakit mata, selagi bukan celak mata yang wangi. Demikianlah kata-kata Ibnu ‘Umar. 555
مسند الشافعي ٥٥٤: أَخْبَرَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ عَمْرِو بْنِ دِيْنَارٍ، عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: قَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا: «أَنَا طَيَّبْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ» وَ قَالَ فِيْ كِتَابِ الْإِمْلَاءِ: لِحِلِّهِ وَ إِحْرَامِهِ. قَالَ سَالِمٌ: وَ سُنَّةُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَحَقُّ أَنْ تُتَّبَعَ.
Musnad Syāfi‘ī 554: Ibnu ‘Uyainah mengabarkan kepada kami, dari ‘Amr bin Dīnār dari Sālim, ia mengatakan: ‘Ā’isyah r.a. berkata: “Aku pemah mengusapkan minyak wangi kepada Rasūlullāh s.a.w. Dan ia berkata dalam kitab imalā’; Saat ia dalam keadaan tidak iḥrām dan saat iḥrām.” Sālim berkata: “Dan sunnah Rasūl lebih berhak untuk diikuti”.” 556