3.آلُ مُحَمَّدٍ كُلُّ تَقِيٍّ
Artinya: “Keluarga Muḥammad ialah setiap manusia yang taqwa.”
Diriwayatkan oleh:
At-Thabrānī dalam kitab “al-Ausath” dan “ash-Shaghīr”, oleh Ibnu Lāl, Tamām, al-‘Uqailī, ad-Dailamī, al-Ḥākim dalam kitab “Tārīkh”-nya dan oleh al-Baihaqī; semuanya bersumber dari Anas bin Mālik degnan isnād yang dha‘īf.
Syaikh Ghirsuddīn al-Khālid dalam riwayatnya telah meriwayatkan Hadits dalam riwayatnya telah meriwayatkan Hadits ini dengan diberi tambahan oleh ath-Thabrānī: “Bukan keluarganya kecuali orang-orang yang taqwa”. Hadits ini dinilai dha‘īf oleh al-Baihaqī dan Ibnu Ḥajar.
Sabab-ul-Wurūd:
Anas bin Mālik telah bertanya kepada Rasūlullāh tentang keluarganya. Dijawab: Nabi dengan matan Hadits di atas.
4.آمُرُكَ بِتَقْوَى اللهِ وَ عَلَيْكَ بِنَفْسِكَ وَ إِيَّاكَ وَ إِيَّاكَ وَ عَامَّةَ الْأُمُوْرِ.
Artinya: “Aku perintahkan kepadamu untuk taqwa kepada Allah dan waspada dalam semua urusan.”
Diriwayatkan oleh:
Al-Baihaqī dalam kitab “asy-Syu‘ab” dari Saḥl bin Sa‘ad.
Sabab-ul-Wurūd:
Kata Sa‘ad, Rasūlullāh s.a.w. telah bertanya kepada beberapa sahabatnya:
“Bagaimana sikap kalian jika kalian tinggal di tengah-tengah “ḥutsalah” yang mencampur-adukkan amanat dan khianat dan mereka begini (Nabi masukkan jari-jari tangannya ke jari lainnya)?” Mereka bertanya: “Jika keadaannya demikian apa yang kami lakukan ya Rasūlullāh?” Jawab beliau: “Lakukanlah yang ma‘ruf dan tinggalkanlah yang munkar.” Kemudian bertanyalah ‘Abdullāh bin ‘Amru bin al-‘Āsh: “Apa yang kau perintahkan kepadaku ya Rasūl?” Rasūlullāh menjawab: “Aku perintahkan kepadamu agar tetap taqwa kepada Allah.”
Keterangan: