Hadits ke-6
عن أبي مُوسَى قَالَ ، قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ الأُتْرُجَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ، وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ التَّمْرَةِ لَا رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ. وَمَثَلُ المُنافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنِ مَثَلُ الرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ لَيْسَ لَهَا رِيحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ. (رواه البخاري ومسلم والنسائي وابن ماجه )
Dari Abu Musa r.a., Rasulullah saw bersabda, “Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an seperti jeruk manis, baunya harum, rasanya enak. Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti kurma, tidak harum tetapi rasanya manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur’an seperti bunga yang harum, baunya harum tetapi rasanya pahit. Dan perumpamaan munafik yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah pare, tidak berbau dan rasanya pahit.” (Bukhari, Muslim, Nasa’i, Ibnu Majah).
Faedah
Maksud hadits di atas adalah menunjukkan perbandingan antara sesuatu yang abstrak dengan yang nyata, sehingga dapat lebih mudah dibedakan antara orang yang membaca Al-Qur’an dengan yang tidak membacanya. Padahal jelas bahwa kelezatan tilawat Al-Qur’an jauh berbeda dengan kelezatan apa pun di dunia ini, seperti jeruk dan kurma. Tetapi banyak rahasia di balik tamsil hadits di atas yang menjadi saksi terhadap Ilmu Nubuwwah dan keluasan pemahaman Nabi saw.
Misalnya: jeruk mengharumkan mulut, menguatkan pencernaan, membersihkan lambung, dan sebagainya. Semua manfaat itu secara khusus juga dihasilkan oleh pembaca Al Qur’an, yaitu mewangikan mulut, membersihkan batin, dan menguatkan keruhanian. Salah satu keistimewaan buah jeruk lainnya adalah bahwa jin tidak dapat memasuki rumah yang di dalamnya terdapat jeruk. Jika hal ini benar, ini merupakan suatu keserupaan khusus pada Al-Qur’an.
Saya mendengar dari beberapa dokter ahli yang mengatakan bahwa jeruk manis dapat menguatkan ingatan. Dan menurut riwayat Ali r.a., dalam Al-Ihya disebutkan bahwa tiga hal dapat menguatkan ingatan: 1) Bersiwak, 2) Puasa, 3) Membaca Al-Qur’an.
Dalam penutup hadits di atas, dalam riwayat (yang lainnya dari-ed.) Abu Dawud disebutkan bahwa sahabat yang baik adalah seperti penjual minyak kasturi. Meskipun tidak memiliki kasturi, jika berdekatan dengannya akan mendapatkan wanginya. Sahabat yang buruk adalah seperti pandai besi. Meskipun tidak terkena apinya, jika berdekatan dengannya akan terkena asapnya. Oleh sebab itu sangat penting untuk diperhatikan siapakah sahabat dan teman bergaul kita.