– 801 (لم تتمّ دراسته)
عَنْ أَبِي الدَّرْدَادِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ:” إِنَّ اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ فَرَغَ إِلَى كُلِّ عَبْدٍ مِنْ خَلْقِهِ مِنْ خَمْسٍ: مِنْ أَجَلِهِ وَ عَمَلِهِ وَ مَضْجِعِهِ وَ أَثَرِهِ وَ رِزْقِهِ “. رَوَاهُ أَحْمَدُ.
- Dari Abū-d-Dardā’ katanya: “Rasūlullāh s.a.w. telah bersabda: “Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla telah menetapkan bagi setiap hamba-Nya dengan lima perkara: (1) Ajalnya, (2) perbuatannya, (3), madhji‘hi (tempat kematiannya/tempat tidurnya-ed.) (4), dan atsarihi (jejaknya/keturunannya-ed.), (5) rizkinya.” (HR. Aḥmad).
– 901 (ضَعِيْفٌ)
وَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُوْلُ: «مَنْ تَكَلَّمَ فِيْ شَيْءٍ مِنَ الْقَدَرِ سُئِلَ عَنْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَ مَنْ لَمْ يَتَكَلَّمْ فِيْهِ لَمْ يُسْأَلْ عَنْهُ». رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ.
- Dari ‘Ā’isyah r.a. katanya: “Pernah aku mendengar Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Barang siapa yang memperbincangkan tentang taqdīr, maka dia akan ditanya tentangnya di hari kiamat kelak, dan barang siapa yang tidak pernah memperbincangkan tentang taqdir maka dia tidak ditanya tentangnya di hari kiamat.” (HR. Ibnu Mājah).
– 011 (صَحِيْحٌ)
وَ عَنِ ابْنِ الدَّيْلَمِيِّ قَالَ: أَتَيْتُ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ فَقُلْتُ لَهُ: قَدْ وَقَعَ فِيْ -[41]- نَفْسِيْ شَيْءٌ مِنَ الْقَدَرِ فَحَدَّثَنِيْ بِشَيْءٍ لَعَلَّ اللهُ أَنْ يُذْهِبَهُ مِنْ قَلْبِيْ فَقَالَ: لَوْ أَنَّ اللهَ عَذَّبَ أَهْلَ سَمَاوَاتِهِ وَ أَهْلَ أَرْضِهِ عَذَّبَهُمْ وَ هُوَ غَيْرُ ظَالِمٍ لَهُمْ وَ لَوْ رَحِمَهُمْ كَانَتْ رَحْمَتُهُ خَيْرًا لَهُمْ مِنْ أَعْمَالِهِمْ وَ لَوْ أَنْفَقْتَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ مَا قَبِلَهُ اللهُ مِنْكَ حَتَّى تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ وَ تَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ وَ أَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَكَ وَ لَوْ مُتَّ عَلَى غَيْرِ هذَا لَدَخَلْتَ النَّارَ قَالَ ثُمَّ أَتَيْتُ عَبْدَ اللهِ بْنَ مَسْعُوْدٍ فَقَالَ مِثْلَ ذلِكَ قَالَ: ثُمَّ أَتَيْتُ حُذَيْفَةَ بْنَ الْيَمَانِ فَقَالَ مِثْلَ ذلِكَ قَالَ: ثُمَّ أَتَيْتُ زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ فَحَدَّثَنِيْ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مِثْلَ ذلِكَ. رَوَاهُ أَحْمَدُ وَ أَبُوْ دَاوُدَ وَ ابْنُ مَاجَهْ.
- Dari Ibn-ud-Dailamī katanya: “Pernah aku datang kepada Ubay bin Ka‘ab dan kukatakan padanya: “Pernah tergerak di hatiku yang meragukan tentang adanya taqdīr, maka katakan padaku sesuatu yang mungkin Allah dapat menghilangkan keraguan itu dari hatiku.” Jawabnya: “Andaikata Allah mau menyiksa penduduk langit dan bumi-Nya, pasti Allah akan menyiksa mereka. Dan tidaklah dia termasuk orang yang telah berbuat zhālim atas mereka, dan andaikat mereka diberi rahmat, maka rahmatnya itu jauh lebih baik bagi mereka dari ‘amal-‘amal yang mereka kerjakan. Dan andaikata kamu membelanjakan emas sebesar gunung Uhud di jalan Allah, maka Allah tidaklah akan menerima dari kamu sedikitpun sebelum kamu percaya dengan adanya taqdir dan meyakini sepenuhnya bahwa apa yang ditetapkan bakal menimpa padamu, maka ia tidak akan meleset sedikitpun, dan apa yang ditetapkan pasti akan menimpa padamu. Dan andaikata kamu mati bukan di atas keyakinan seperti ini, niscaya kamu akan masuk neraka.” Kemudian aku pergi kepada ‘Abdullāh bin Mas‘ūd dan iapun berbicara seperti apa yang dikatakan oleh Ubay bin Ka‘ab, kemudian aku pergi kepada Ḥudzaifah Ibn-ul-Yaman, maka iapun juga berkata seperti itu, dan ketika aku pergi kepada Zaid bin Tsābit, maka ia menyampaikan hadits dari Nabi s.a.w. yang isinya juga seperti itu.” (HR. Aḥmad, Abū Dāwūd, dan Ibnu Mājah).
– 111 (حَسَنٌ)
وَ عَنْ نَافِعٍ أَنَّ رَجُلًا أَتَى ابْنَ عُمَرَ فَقَالَ: إِنَّ فُلَانًا يَقْرَأُ عَلَيْكَ السَّلَامَ فَقَالَ: أَنَّهُ بَلَغَنِيْ أَنَّهُ قَدْ أَحْدَثَ، فَإِنْ كَانَ قَدْ أَحْدَثَ فَلَا تُقْرِئْهُ مِنِّي السَّلَامَ فَإِنِّيْ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُوْلُ: يَكُوْنُ فِيْ أُمَّتِي – أَوْ فِيْ هذِهِ الْأُمَّةِ – خَسْفٌ أَوْ مَسْخٌ. أَوْ قَذَفَ فِي أَهْلِ الْقَدَرِ. رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَ أَبُوْ دَاوُدَ وَ ابْنُ مَاجَهْ وَ قَالَ التِّرْمِذِيُّ: هذَا حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ غَرِيْبٌ.
- Dari Nāfi‘ dikatakan bahwasanya ada seorang lelaki mendatangi Ibnu ‘Umar seraya berkata: “Sesungguhnya si Fulan kirim salam padamu.” Kata Ibnu ‘Umar: “Telah kudengar bahwa orang itu telah membuat suatu bid‘ah dalam agama (Meragukan adanya taqdīr), kalau benar ia telah berbuat suatu bid‘ah, maka janganlah disampaikan salamku kepadanya, sesungguhnya aku pernah mendengar Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Akan disiksa di antara umatku ini dengan dibenamkan ke dalam tanah ataupun dirobah wajah mereka menjadi bentuk yang seperti hewan, orang-orang yang tidak percaya dengan adanya taqdīr.” (HR. Tirmidzī, Abū Dāwūd dan Ibnu Mājah. Dikatakan oleh Tirmidzī bahwa hadits ini adalah hadits Ḥasan, Shaḥīḥ, Gharīb).
– 211 (لم تتمّ دراسته)
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَأَلَتْ خَدِيْجَةُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ عَنْ وَلَدَيْنِ مَاتَا لَهَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ:” هُمَا فِي النَّارِ قَالَ: فَلَمَّا رَأَى الْكَرَاهِيَةَ فِيْ وَجْهِهَا قَالَ: لَوْ رَأَيْتِ مَكَانَهُمَا لَأَبْغَضْتِهِمَا قَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ فَوَلَدِيْ مِنْكَ قَالَ: فِي الْجنَّة قَالَ: ثُمَّ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: إِنَّ الْمُؤْمِنِيْنَ وَ أَوْلَادَهُمْ فِي الْجَنَّةِ وَ إِنَّ الْمُشْرِكِيْنَ وَ أَوْلَادَهُمْ فِي النَّارِ. ثُمَّ قَرَأَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ (وَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ اتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيْمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتُهُمْ).
- Dari ‘Alī r.a. katanya: “Pernah Khadījah bertanya kepada Nabi s.a.w. tentang kedua anaknya-ed., yang meninggal pada masa jahiliyyah, jawab Nabi: “Keduanya berada di neraka.” Ketika beliau melihat rasa sedih di wajah istri beliau, beliau berkata: “Sesungguhnya jika kamu lihat keduanya–ed. itu tentu kamu akan sangat benci pada keduanya.” Kemudian Khadījah bertanya: “Ya Rasūlullāh: “Bagaimanakah anakku yang berasal dari kamu?” Jawab Rasūl: “Berada di syurga, kemudian beliau berkata : Sesungguhnya kaum beriman dan anak-anaknya mereka semua di syurga sedangkan kaum musyrikīn dan anak-anaknya mereka semua di neraka.”–ed. Kemudian Nabi membacakan ayat: “Walladzīna āmanū wat-taba‘athum dzurriyyatuhum bi īmānin alḥaqnā bihim dzurriyyatahum mā alatnāhum min ‘amalihim min syai’/dan orang-orang yang beriman dan anak cucu mereka, mengikuti mereka dalam keimanan, kami ikutkan anak cucu mereka dengan mereka (dalam syurga), dan kami tidak mengurangi sedikitpun dari anak mereka.” (ath-Thūr ayat 21).
– 311 (حَسَنٌ)
وَ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: «لَمَّا خَلَقَ اللهُ آدَمَ مَسَحَ ظَهْرَهُ فَسَقَطَ مِنْ ظَهْرِهِ كُلُّ نَسَمَةٍ هُوَ خَالِقُهَا مِنْ ذُرِّيَّتِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَ جَعَلَ بَيْنَ عَيْنَيْ كُلِّ إِنْسَانٍ مِنْهُمْ وَبِيْصًا مِنْ نُوْرٍ ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى آدَمَ فَقَالَ: أَيْ! رَبِّ مَنْ هؤُلَاءِ قَالَ: هؤُلَاءِ ذُرِّيَّتُكَ فَرَأَى رَجُلًا مِنْهُمْ فَأَعْجَبَهُ وَبِيْصُ مَا بَيْنَ عَيْنَيْهِ فَقَالَ: أَيْ رَبِّ! مَنْ هذَا فَقَالَ: دَاوُدَ، فَقَالَ: رَبِّ! كَمْ جَعَلْتَ عُمْرَهُ قَالَ: سِتِّيْنَ سَنَةً قَالَ: رَبِّ زِدْهُ مِنْ عُمْرِيْ أَرْبَعِيْنَ سَنَةً فَلَمَّا انْقَضَى عُمْرَ آدَمَ إِلَّا أَرْبَعِيْنَ، جَاءَهُ مَلَكُ الْمَوْتِ فَقَالَ آدَمُ: أَوَلَمْ يَبْقَ مِنْ عُمُرِيْ أَرْبَعُوْنَ سَنَةً؟ قَالَ: أَوَلَمْ تُعْطِهَا ابْنَكَ دَاوُدَ. فَجَحَدَ آدَمُ، فَجَحَدَتْ ذُريَّتُهُ، وَ نَسِيَ آدَمُ فَأَكَلَ مِنَ الشَّجَرَةِ، فَنَسِيَتْ ذُرِّيَّتُهُ وَ خَطَئَ آدَمُ وَ خَطَئَتْ ذُرِّيَّتُهُ». رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ.
- Dari Abū Hurairah r.a. katanya: “Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Ketika Allah menjadikan Ādam kemudian ia mengusap punggung Ādam, maka berjatuhan dari punggung Ādam sejumlah anak keturunannya yang telah dijadikan oleh Allah sejak itu hingga di hari kiamat. Dan dijadikan di antara kedua mata setiap orang dari mereka seberkas cahaya. Ketika mereka dihadapkan kepada Ādam, ia bertanya: “Ya Tuhanku, siapakah orang ini?” Kata Allah: “Ini adalah anak cucumu”. Ketika ia melihat seseorang dari mereka, ia terpesona dengan seberkas cahaya yang berada di antara kedua mata seorang lelaki, maka ia bertanya: “Wahai Tuhanku, siapakah dia? Ini adalah Dāwūd a.s.” Kata Ādam: “Berapa engkau berikan umur padanya?” Jawab Allah: “Enam puluh tahun.” Kemudian kata Ādam: “Tuhanku, tambahkan baginya 40 tahun dari umurku”. Kata Rasūlullāh s.a.w.: “Ketika umur Ādam kurang 40 tahun (dari waktu yang telah ditentukan) datanglah malaikat maut untuk mencabut nyawanya, maka Ādam bertanya: “Tidakkah masih tersisa dari umurku 40 tahun?” Jawab malaikat: “Tidakkah telah kamu berikan (umurmu) kepada putramu Dāwūd?” Ādam terlupa dan anak cucunya pun terlupa, sehingga Ādam makan suatu buah dari pohon yang terlarang dan anak cucunya pun terlupa. Ādam berbuat keliru dan anak cucunya pun berbuat keliru.” (HR. Tirmidzī).
– 411 (صَحِيْحٌ)
وَ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: «خَلَقَ اللهُ آدَمَ حِيْنَ خَلَقَهُ، فَضَرَبَ كَتْفَهُ الْيُمْنَى، فَأَخْرَجَ ذُرِّيَّةً بَيْضَاءَ كَأَنَّهُمُ الذُّرُّ وَ ضَرَبَ كَتْفَهُ الْيُسْرَى فَأَخْرَجَ ذُرِّيَّةً سَوْدَاءَ كَأَنَّهُمُ الْحُمَمُ، فَقَالَ لِلَّذِيْ فِيْ يَمِيْنِهِ: إِلَى الْجَنَّةِ وَ لَا أُبَالِيْ وَ قَالَ لِلَّذِيْ -[43]- فِيْ كَتْفِهِ الْيُسْرَى: إِلَى النَّارِ وَ لَا أُبَالِيْ». رَوَاهُ أَحْمَدُ.
- Dari Abū-d-Dardā’ dari Nabi s.a.w. bersabda: “Setelah Allah menciptakan Ādam, maka Allah memukul bahu kanan Ādam, sehingga keluar daripadanya anak-cucunya yang berwarna putih bagaikan anak semut dan ketika Ia memukul bahu sebelah kiri, maka keluarlah dari padanya anakk-cucunya yang berwarna hitam bagaikan arang, kemudian Allah berfirman kepada anak-cucu Ādam yang sebelah kanan pergilah ke syurga dan Aku tidak peduli, dan berkata kepada anak-cucu Ādam yang ada di sebelah kirinya, pergilah ke neraka dan Aku tak peduli.” (HR. Aḥmad).
– 511 (صَحِيْحٌ)
وَ عَنْ أَبِيْ نَضِرَةَ أَنَّ رَجُلًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يُقَالُ لَهُ: أَبُوْ عَبْدِ اللهِ دَخَلَ عَلَيْهِ أَصْحَابُهُ يَعُوْدُوْنَهُ وَ هُوَ يَبْكِيْ فَقَالُوْا لَهُ: مَا يُبْكِيْكَ؟ أَلَمْ يَقُلْ لَكَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: خُذْ مِنْ شَارِبِكَ ثُمَّ أَقِرَّهُ حَتَّى تَلْقَانِيْ قَالَ: بَلَى وَ لكِنِّيْ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُوْلُ: «إِنَّ اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ قَبَضَ بِيَمِيْنِهِ قَبْضَةً وَ أُخْرَى بِالْيَدِ الْأُخْرَى وَ قَالَ: هذِهِ لِهذِهِ وَ هذِه لهذِهِ وَ لَا أُبَالِيْ فَلَا أَدْرِيْ فِيْ أَيِّ الْقَبْضَتَيْنِ أَنَا». رَوَاهُ أَحْمَدُ.
-
- Dari Abū Nadhirah, ada seorang lelaki dari sahabat Nabi s.a.w. yang bernama Abū ‘Abdillāh, ketika ia dkunjungi oleh sahabat-sahabatnya, didapatkan ia sedang menangis. Tanya sahabat-sahabatnya: “Apa yang menyebabkan kamu menangis, bukankah Rasūlullāh s.a.w. pernah berkata kepadamu guntinglah sebagian dari kumismu, kemudian tetapkanlah hal itu sampai kamu bertemu denganku?” Kata orang itu: “Benar, akan tetapi aku pernah mendengar Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Bahwasanya Allah pernah “menggenggam” dengan “tangan kanan”nya sesuatu genggaman dan di “tangan kiri”nya sesuatu genggaman sembil berkata: “Yang di kanan adalah untuk bagian syurga dan yang di kiri adalah untuk bagian neraka, sedangkan aku tidak tahu di genggaman yang manakah aku berada.” (HR. Aḥmad).
Catatan : menggenggam,tangan dan genggaman adalah suatu diksi dalam bahasa, mohon agar tidak dimaknai sebagai perilaku dan keadaan Allah yang mirip dengan manusia/makhluk-ed.
– 611 (صَحِيْحٌ)
وَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ:” أَخَذَ اللهُ الْمِيْثَاق مِنْ ظَهْرِ آدَمَ بِنَعْمَانِ – يَعْنِيْ عَرَفَةَ فَأَخْرَجَ مِنْ صُلْبِهِ كُلِّ ذُرِّيَّةٍ ذَرَأَهَا فَنَثَرَهُمْ بَيْنَ يَدَيْهِ كَالذُّرِّ ثُمَّ كَلَّمَهُمْ قُبُلًا قَالَ: (أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوْا: بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هذَا غَافِلِيْنَ أَوْ تَقُوْلُوْا: إِنَّمَا أُشْرِكُ آبَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ وَ كُنَّا ذُرِّيَّةً مِنْ بَعْدِهِمْ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُوْنَ).رَوَاهُ أَحْمَدُ.
- Dari Ibnu ‘Abbās r.a. dari Nabi s.a.w. bersabda: “Allah telah mengambil janji dari punggung Ādam sewaktu di Na‘mān – dekat ‘Arafah – maka dikeluarkan dari sulbinya seluruh anak-cucunya yang diciptakan-Nya. Kemudian ditaburkan di hadapannya dan mereka itu bagaikan atom. Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Ādam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini(ke-Esa-an Tuhan), atau agar kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apabila Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?” (HR. Aḥmad).
– 711 (حَسَنٌ)
عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ فِيْ قَوْلِ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ (وَ إِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِيْ آدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ وَ ذُرِّيَّتِهِمْ) الْآيَة. قَالَ: جَمَعَهُمْ فَجَعَلَهُمْ أَزْوَاجًا ثُمَّ صَوَّرَهُمْ فَاسْتَنْطَقَهُمْ فَتَكَلَّمُوْا، ثُمَّ أَخَذَ -[44]- عَلَيْهِمُ الْعَهْدَ وَ الْمِيْثَاقَ (وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ) قَالُوْا: بَلَى، قَالَ: فَإِنِّيْ أَشْهَدُ عَلَيْكُم السَّمَوَاتِ السَّبْعَ وَ الْأَرَضِيْنَ السَّبْعَ وَ أَشْهَدُ عَلَيْكُمْ أَبَاءُكُمْ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَام أَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيَامَةِ: لَمْ نَعْلَمْ بِهذَا. اِعْلَمُوْا أَنَّهُ لَا إِلهَ غَيْرِيْ وَلَا رَبَّ غَيْرِي، وَ لَا تُشْرِكُوْا بِيْ شَيْئًا، َإِنِّيْ سَأُرْسِلُ إِلَيْكُمْ رُسُلِيْ يُذَكِّرُوْنَكُمْ عَهْدِيْ وَ مِيْثَاقِيْ وَ أُنْزِلُ عَلَيْكُمْ كُتُبِيْ قَالُوْا: شَهِدْنَا بِأَنَّكَ رَبُّنَا وَ إِلَهُنَا لَا رَبَّ لَنَا غَيْرُكَ فَأَقَرُّوْا بِذلِكَ وَ رُفِعَ عَلَيْهِمْ آدَمُ عَلَيْهِ السَّلَامُ يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ، فَرَأَى الْغَنِيَّ وَ الْفَقِيْرَ وَ حَسَنَ الصُّوْرَةِ وَ دُوْنَ ذلِكَ فَقَالَ: رَبِّ لَوْلَا سَوَّيْتَ بَيْنَ عِبَادِكَ! قَالَ: إِنِّيْ أَحْبَبْتُ أَنْ أَشْكُرَ وَ رَأَى الْأَنْبِيَاءَ فِيْهِمْ مِثْلَ السُّرُجِ عَلَيْهِمُ النُّوْرُ خُصُّوْا بِمِيْثَاقٍ آخَرَ فِي الرِّسَالَةِ وَ النُّبُوَّةِ وَ هُوَ قَوْلُهُ تَعَالَى: (وَ إِذْ أَخَذْنَا مِنَ النَّبِيِّيْنَ مِيْثَاقَهُمْ) إِلَى قَوْلِهِ (عِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ) كَانَ فِيْ تِلْكَ الْأَرْوَاحِ، فَأَرْسَلَهُ إِلَى مَرْيَمَ عَلَيْهِمَا السَّلَامُ فَحُدِّثَ عَنْ أُبَيٍّ: أَنَّهُ دَخَلَ مِنْ فِيْهَا. رَوَاهُ أَحْمَدُ.
- Dari Ubay bin Ka‘ab tentang firman Allah ‘azza wa jalla: “Wa idz akhadza rabbukum min banī ādama min zhuhūrihim dzurriyyatahum”, katanya: “Mereka dikumpulkan lalu dijadikan berpasang-pasangan kemudian mereka dibentuk, dan mereka pun diajak berbicara, maka merekapun dapat berbicara, kemudian diambil dari mereka perjanjian dan kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini adalah Tuhanmu? Sesungguhnya Aku menjadikan 7 petala langit dan 7 petala bumi dan adapun (ayahmu) Ādam untuk menjadi saksi atas kamu, agar kamu kelak di hari kiamat tidak mengatakan: “Sedikitpun kami tidak tahu dengan perjanjian ini.” Ketahuilah bahwa tiada tuhan selain Aku, dan jangan kamu sekutukan Aku dengan sesuatu, akan Aku utus kepadamu rasūl-rasūlKu untuk selalu mengingatkan kamu dengan perjanjian-Ku, Aku turunkan kepadamu kitāb-kitābKu”. Jawab mereka: “Kami bersaksi bahwa Engkau adalah Tuhan kami, tidak ada tuhan lain bagi kami selain Engkau. Setelah diikrarkan oleh mereka, maka mereka diperlihatkan/dihadapkan kepada Ādam a.s. dan Ādampun melihat kepada mereka dan tampaklah di antara mereka (anak-cucunya) ada yang kaya, miskin, tampan dan buruk (rupa). Kata Ādam: “Wahai Tuhanku, mengapa Engkau tidak sama ratakan antara mereka?” Firman Allah: “Aku suka agar mereka berterima-kasih pada-Ku.” Dan Ādampun melihat para nabi bagaikan sinar-sinar yang amat terang dan mereka dikhususkan dengan perjanjian khusus denggan ke-nabi-an dan risālah, sesuai dengan firman Allah tabāraka wa ta‘ālā: “Wa idz akhadza min-an-nabiyyīna mītsaāqahum wa minka wa min nūḥin wa ibrāhīma wa mūsā wa ‘īsabni maryam/Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri), dari Nūḥ, Ibrāhīm, Mūsā dan ‘Īsā putra Maryam.” (al-Aḥzāb ayat 7). Dan ‘Īsāpun termasuk di antara rūḥ-rūḥ tadi, kemudian diutus kepada Maryam a.s.” (HR. Aḥmad).
– 811 (ضَعِيْفٌ)
وَ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ نَتَذَاكَرُ مَا يَكُوْنُ إِذْ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: إِذَا سَمِعْتُمْ بِجَبَلٍ زَالَ عَن مَكَانَهُ فَصَدَّقُوْا وَ إِذَا سَمِعْتُمْ بِرَجُلٍ تَغَيَّرَ عَنْ خُلُقِهِ فَلَا تُصَدِّقُوْا بِهِ وَ إنَّهُ يَصِيْرُ إِلَى مَا جَبَلَ عَلَيْهِ “. رَوَاهُ أَحْمَدُ.
-
- Dari Abū-d-Dardā’ katanya: “Ketika kami sedang bersama Rasūlullāh s.a.w. bermudzakarah apa yang bakal terjadi, tiba-tiba Rasūlullāh bersabda: “Jika kalian mendengar berita tentang bergesernya satu gunung dari tempatnya, maka percayailah dan jika kalian mendengar berita seorang pria yang telah mengubah akhlaknya-ed., maka janganlah kamu mempercayainya, sebab ia akan berlaku seperti apa yang telah ditetapkan atasnya.” (HR. Aḥmad).
Catatan: mengubah barangkali bisa dimaknai dengan keyakinan bahwa (hal) itu dari kekuatannya sendiri, tanpa adanya keyakinan kuasa atau izin Allah-ed.
– 911 (ضَعِيْفٌ)
وَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ! لَا يَزَالُ يُصِيْبُكَ فِيْ كُلِّ عَامٍ وَجْعٌ مِنَ الشَّاةِ الْمَسْمُوْمَةِ الَّتِيْ أَكَلْتَ قَالَ: «مَا أَصَابَنِيْ شَيْءٌ مِنْهَا إِلَّا وَ هُوَ مَكْتُوْبٌ عَلَيَّ وَ آدَمُ فِيْ طِيْنَتِهِ». رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ.
- Dari Ummi Salamah katanya: “Wahai Rasūlullāh, hampir tiga tahun kamu merasakan sakitnya dari akibat daging kambing beracun yang pernah kamu makan”. Kata Rasūlullāh s.a.w.: “Tidaklah sesuatu yang menimpa padaku kecuali telah ditetapkan Allah atasku, sejak Ādam masih berupa tanah.” (HR. Ibnu Mājah).