الْفَصْلُ الثَّالِثُ
PASAL KETIGA
– 75 (لم تتمّ دراسته)
عَنْ مُعَاذٍ قَالَ: أَوْصَانِيْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ بِعَشْرِ كَلِمَاتٍ قَالَ: لَا تُشْرِكْ بِاللهِ شَيْئًا وَ إِنْ قُتِلْتَ وَ حُرِّقْتُ وَ لَا تَعُقَّنَّ وَالِدَيْكَ وَ إِنْ أَمَرَاكَ أَنْ تَخْرُجَ مِنْ أَهْلِكَ وَ مَالِكَ وَ لَا تَتْرُكَنَّ صَلَاةً مَكْتُوْبَةً مُتَعَمِّدًا فَإِنَّ مَنْ تَرَكَ صَلَاةً مَكْتُوْبَةً مُتَعَمِّدًا فَقَدْ بَرِئَتْ مِنْهُ ذِمَّةُ اللهِ وَ لَا تَشْرَبَنَّ خَمْرًا فَإِنَّهُ رَأْسُ كُلِّ فَاحِشَةٍ وَ إِيَّاكَ وَ الْمَعْصِيَةَ فَإِنَّ بِالْمَعْصِيَةِ حَلَّ سَخَطَ اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ وَ إِيَّاكَ وَ الْفِرَارِ مِنَ الزَّحْفِ وَ إِنْ هَلَكَ النَّاسُ وَ إِذَا أَصَابَ النَّاسَ مَوْتٌ وَ أَنْتَ فِيْهِمْ فَاثْبِتْ وَ أَنْفِقْ عَلَى عِيَالِكَ مِنْ طَوْلِكَ وَ لَا تَرْفَعْ عَنْهُمْ عَصَاكَ أَدَبًا وَ أَخِفْهُمْ فِي اللهِ. رَوَاهُ أَحْمَدُ.
57. Dari Mu‘ādz katanya: Rasūlullāh s.a.w. telah berwasiat kepadaku dengan sepuluh macam: “Janganlah kamu menyekutukan Allah walaupun kamu akan dibunuh dan dibakar, janganlah kamu durhaka kepada kedua orang tuamu walaupun keduanya menyuruh kamu keluar dari istrimu dan hartamu, janganlah meninggalkan shalat fardhu dengan sengaja, sebab siapa yang meninggalkan shalat fardhu dengan sengaja, maka ia terlepas dari lindungan Allah, janganlah kamu meminum khamar, sesungguhnya ia adalah pangkal segala kejahatan, janganlah kamu berma‘shiyat (maksiat), sesungguhnya ma‘shiyat itu penyebab kemurkaan Allah, janganlah kamu lari dari medan perang walaupun semua pasukan telah binasa, jika banyak manusia yang ditimpa kematian sedangkan engkau berada di tengah mereka, maka tetaplah kamu berada di sana dan berilah belanja kepada keluargamu dari hasil keringatanmu sendiri dan janganlah kamu jauhkan tongkatmu dari mereka sekedar memberikan pelajaran, ajarkan mereka selalu untuk takut kepada Allah.” (HR. Aḥmad).
– 85 (صَحِيْحٌ)
وَ عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ: إِنَّمَا كَانَ النِّفَاقُ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَأَمَّا الْيَوْمَ فَإِنَّمَا هُوَ الْكُفْرُ أَوِ الْاِيْمَانُ. رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ.
58. Dari Ḥudzaifah katanya: “Di masa Rasūlullāh sudah ada timbulnya/munculnya kemunāfiqan, adapun sekarang yang ada hanyalah kekafiran dan keimanan saja.” (HR. Bukhārī).