Bab.Dosa Besar & Tanda Nifak-Pasal II-Kitabul Iman-Misykatul Mashabih

مِشْكَاتُ الْمَصَابِيْحِ
MISYKĀT-UL-MASHḤBĪḤ
Piala Lampu-lampu Penerang (Jilid I)
Oleh: Syaikh al-Farra’ al-Baghawi
 
 
Penerjemah: Yunus Ali al-Muhdhar
 
Diterbitkan oleh: Penerbit CV. Asy-Syifa’ Semarang

الْفَصْلُ الثَّانِيْ

PASAL KEDUA

– 45 (ضَعِيْفٌ)
عَنْ صَفْوَانَ بْنِ عَسَّالٍ قَالَ: قَالَ يَهُوْدِيٌّ لصَاحبه اذْهَبْ بِنَا إِلَى هذَا النَّبِيِّ فَقَالَ صَاحِبُهُ لَا تَقُلْ نَبِيٌّ إِنَّهُ لَوْ سَمِعَكَ كَانَ لَهُ أَرْبَعُ أَعْيُنٍ فَأَتَيَا رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَسَأَلَاهُ عَنْ تِسْعِ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ فَقَالَ لَهُم: «لَا تُشْرِكُوْا بِاللهِ شَيْئًا وَ لَا تَسْرِقُوْا وَ لَا تَزْنُوْا وَ لَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَ لَا تَمْشُوْا بِبَرِئٍ إِلَى ذِيْ سُلْطَانٍ لِيَقْتُلَهُ وَ لَا تَسْحَرُوْا وَ لَا تَأْكُلُوْا الرِّبَا وَ لَا تَقْذِفُوْا مُحْصَنَةً وَ لَا تُوَلُّوا الْفِرَارُ يَوْمَ الزِّحْفِ وَ عَلَيْكُمْ خَاصَّةً الْيَهُوْدَ أَنْ لَا تَعْتَدُوْا فِي السَّبْتِ» . قَالَ: قَبَلَا يَدَيْهِ وَ رِجْلَيْهِ فَقَالَ: نَشْهَدُ أَنَّكَ نَبِيٌّ قَالَ: فَمَا يَمْنَعُكُمْ أَنْ تَتَّبِعُوْنِيْ قَالَا أَنَّ دَاوُدَ دَعَا رَبَّهُ أَنْ لَا يَزَالَ فِيْ ذُرِّيَّتِهِ نَبِيٌّ وَ إِنَّا نَخَافُ إِنْ تَبِعْنَاكَ أَنْ تَقْتُلَنَا الْيَهُوْدُ. رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَ أَبُوْ دَاوُدَ وَ النَّسَائِيُّ.

  1. Dari Shafwān bin ‘Assāl katanya: “Ada seorang Yahudi berkata kepada kawannya: “Mari kita pergi kepada Nabi itu!” Jawab kawannya: “Janganlah kamu menyebutnya dengan sebutan Nabi, sesungguhnya jika ia mendengar apa yang kamu ucapkan, niscaya ia mempunyai empat mata. Maka keduanya datang kepada Rasūlullāh s.a.w. dan menanyakan tentang ayat Bayyināt”. Jawab Rasūlullāh s.a.w.: “Jangan kalian menyekutukan Allah dengan sesuatu, jangan mencuri, jangan berzina, jangan membunuh seseorang tanpa alasan, jangan menggiring seseorang yang tidak bersalah ke hadapan seorang raja untuk dibunuhnya, jangan melakukan sihir, jangan makan harta riba, jangan menuduh seorang perempuan yang suci dengan tuduhan zina, jangan melarikan diri dari medan perang, dan khususnya bagi kamu wahai kaum Yahudi janganlah melanggar perintah di hari Sabtu.” Kemudian kedua Yahudi itu mencium tangan dan kaki Rasūlullāh s.a.w. sembil berkata: “Sesungguhnya engkau adalah seorang Nabi”. Kata Rasūl: “Mengapa kalian tidak mau mengikuti aku?” jawab kedua orang Yahudi itu: “Sesungguhnya Dāūd a.s. pernah memohon kepada Tuhannya agar dari keturunannya selalu dijadikan Nabi, dan kami takut jika kami ikut padamu, maka kaum Yahudi akan membunuh kami.” (HR. Tirmidzī, Abū Dāwūd dan Nasā’ī).

– 55 (ضَعِيْفٌ)
وَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: «ثَلَاثٌ مِنْ أَصْلِ الْإِيْمَانِ الْكَفُّ عَمَّنْ قَالَ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَ لَا تُكَفِّرْ بِذَنْبٍ وَ لَا تُخْرِجْهُ مِنَ الْإِسْلَامِ بِعَمَل -[25]- وَ الْجِهَادُ مَاضٍ مُذْ بَعَثَنِيَ اللهُ إِلَى أَنْ يُقَاتِلَ آخَرَ الْأُمَّةِ الدَّجَّالُ لَا يُبْطِلُهُ جَوْرُ جَائِرٍ وَ لَا عَدْلَ عَادِلٍ وَ الْإِيْمَان بِالْأَقْدَارِ». رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ

  1. Dari Anas katanya: “Rasūlullāh s.a.w. telah bersabda: “Tiga perkara termasuk pondasi keimanan: “Menjaga diri dari menuduh seseorang yang mengucapkan: Lā ilāha illallāh sebagai orang kafir disebabkan suatu dosa yang diperbuatnya dan jangan dikatakan ia telah keluar dari Islam disebabkan oleh suatu amalan yang telah dikerjakan, dan jihad akan tetap berlaku terus kewajibannya sejak aku diutus Allah sampai diperanginya Dajjāl oleh generasi terakhir dari umat ini, sedikitpun tidak dapat dibatalkan kewajiban berlakunya (jihād) oleh kejahatan seorang yang jahat maupun oleh keadilan seorang yang adil, dan beriman kepada taqdīr.” (HR. Abū Dāwūd).

– 65 (لم تتمّ دراسته)
وَ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: «إِذَا زَنَى الْعَبْدُ خَرَجَ مِنْهُ الْإِيْمَانُ فَكَانَ فَوْقَ رَأْسِهِ كَالظُّلَّةِ فَإِذَا خَرَجَ مِنْ ذلِكَ الْعَمَل رَجَعَ إِلَيْهِ الْاِيْمَانُ». رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَ أَبُوْ دَاوُدَ

  1. Dari Abū Hurairah r.a. katanya: “Rasūlullāh s.a.w. telah bersabda: “Jika seorang hamba sedang berzina, maka iman akan keluar dari padanya dan akan bertengger di atas kepalanya seperti payung, jika ia telah menyudahi perbuatannya itu, maka iman tersebut akan kembali lagi padanya.” (HR. Tirmidzī dan Abū Dāwūd).

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *