598. RASUL YANG PALING BERTAQWA
٥٩٨ – إِنَّ أَتْقَاكُمْ وَأَعْلَمَكُمْ بِاللَّهِ أَنَا
Sesungguhnya yang paling bertaqwa di antaramu dan yang paling mengetahui Allah adalah aku.
Diriwayatkan oleh Bukhari dari Aisyah r.a.
Sababul wurud
Aisyah menceritakan: “Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat, mereka perintahkan mereka melaksanakan perbuatan yang sanggup mereka kerjakan. Kemudian ada orang yang berkata kepada Nabi: Sesungguhnya keadaan kami tiadalah seperti engkau, wahai Rasulullah. Sesungguhnya Allah telah mengampuni dosamu yang terdahulu dan dosamu yang akan datang.” Mendengar ucapannya itu Rasulullah marah, sehingga terlihat kemarahan itu pada wajahnya. Kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya yang paling bertaqwa di antaramu “ (dan seterusnya bunyi hadits di atas).
Keterangan
Hadits ini sama pengertiannya dengan hadits dari Anas bin Malik yang juga diriwayatkan oleh Bukhari, dan lain-lain,
yang artinya (terjemahnya-ed.):
Datang tiga orang pemuda ke rumah salah seorang isteri Nabi SAW menanyakan tentang ibadah Nabi SAW. Setelah diceritakan kepada mereka, seolah-olah mereka memandang sedikit apa yang dikerjakan Nabi (menghitungnya baru sedikit). Maka mereka berkata: “Bagaimana kedudukan kami bila dibandingkan dengan Nabi SAW? Sungguh beliau telah diampuni Allah dosanya yang dahulu dan yang akan datang.” Maka salah seorang mereka berkata: “Adapun saya, maka saya akan mengerjakan shalat malam terus menerus.” Yang lain berkata: “Saya akan berpuasa sepanjang tahun dan tidak akan berbuka.” Yang lain lagi berkata: “Saya akan menjauhi perempuan dan tidak akan menikah selama-lamanya.” Maka sampailah hal itu kepada Nabi SAW. Maka beliau memuji Allah dan menyanjungnya, lalu bersabda: “Bagaimana pula ada orang-orang mengatakan begini dan begini?” Ketahuilah, demi Allah!
Sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut dan paling taqwa kepada Allah di antara kamu. Akan tetapi aku berpuasa dan berbuka (tidak berpuasa). Aku shalat dan juga tidur (di malam hari). Dan aku mengawini perempuan. Maka barangsiapa yang tidak senang dengan sunnahku, bukanlah dia termasuk umatku (yang menegakkan sunnahku-pentj.).
Hadits di atas berarti, barangsiapa yang menyiksa dirinya sendiri dan mengharamkan sendiri sesuatu yang dihalalkan Allah, maka hidupnya tidaklah berada pada jalan yang telah digariskan Ralullah SAW. Allah berfirman: “Katakanlah, siapakah yang mengharamkan perhiasan yang dikeluarkan Allah untuk para hamba-Nya, dan makanan-makanan yang baik dari rezeki diberikan-Nya)?” (Al-A’raf 32). “Allah menghendaki kemudahan bagi kamu, dan tidaklah Dia menghendaki kesulitan bagi kamu.” (Al Baqarah: 183).