Asbab-al-Wurud (Kitab II) No.584 s.d 585 – Tabi’in dan Tingkatan Jama’ah Jum’at

ASBAB-UL-WURUD
Latar Belakang Historis Timbulnya Hadits-hadits Rasul
Oleh: Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi ad-Damsyiqi

 
Diterjemahkan oleh: H.M. Suwarta Wijaya, B.A.
Drs. Zafrullah Salim
Penerbit: KALAM MULIA.

584. TABI’IN MEMAHAMI AGAMA

٥٤ – إِنَّ النَّاسَ لَكُمْ تَبَعٌ وَإِنَّ رِجَالاً يَأْتُونَكُمْ مِنْ أَقْطَارِ الْأَرْضِ يَتَفَقَّهُونَ فِي الدِّينِ فَإِذَا أَتَوْكُمْ فَاسْتَوْصُوا بِهِمْ خَيْراً .

Sesungguhnya ada orang-orang yang mengikutimu, dan sesungguhnya laki-laki yang akan mendatangimu dari pelosok bumi memahami agamanya dengan mendalam. Maka apabila mereka mendatangimu, maka mintalah wasiat kebaikan dari mereka.

Ditakhrijkan oleh Turmudzi dan Ibnu Majah dari Abu Said al Khudhri r.a. Hadits ini didhaifkan oleh Ibnul Qaththan karena seorang perawinya bemama Abu Harun yang dipandang pendusta. Namun penilaian Ibnul Qaththan ini diingkari oleh Syu’bah. Adz Dzahaby menilai Abu Harun seorang tabi’in yang riwayatnya dha’if. Maghalathi berkata: Dari riwayat selain Turmudzi hadits ini hasan bahkan shahih.”

Sababul wurud

Kata Turmudzi dari Harun al ‘Abdi: “Kami mendatangi Abu Said, maka Abu Sa’id menyambut kedatangan kami dengan mengatakan bahwa kami (golongan tabi’in) ini adalah wasiat Rasul, karena sesungguhnya Nabi SAW pernah bersabda: “Sesungguhnya orang- orang yang mengikutimu… “dan seterusnya bunyi hadits di atas.

Keterangan

Orang yang hidup sesudah sahabat disebut tabi’in. Sahabat yang hidup di zaman Nabi menyaksikan turunnya wahyu, mempelajari agama langsung dari Rasul lalu menyampaikannya kepada orang lain. Merekalah yang ikut memikul dan menebarkan petunjuk (agama) itu kepada berbagai penjuru dunia. Sedangkan generasi sesudah sahabat mempelajari agama dari sahabat, dan melanjutkan tugas sahabat berdakwah dengan cara yang baik, lemah lembut bersama murid- muridnya pula (tabi” tabi’in – pen). Karena itulah hadits di atas menyuruh agar para sahabat memberikan wasiat agama (kebaikan) kepada mereka, yakni agar mereka menyuruh berbuat makruf dan mencegah perbuatan munkar. “Senantiasa akan muncul segolongan dari umatku – kata Nabi dalam sabda yang lain pen – yang menjadi pembela kebenaran, yang memberikan petunjuk dengan kebenaran, yang menjadi menara ilmu.”


585.TINGKATAN PAHALA BERJUM’AT

٥٨٥ – إِنَّ النَّاسَ يَجْلِسُونَ مِنَ اللهِ تَعَالَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى قَدْرِ رَوَاحِهِمْ إِلَى الْجُمُعَاتِ الأَوَّلُ ثُمَّ الثَّانِي ثُمَّ الثَّالِثُ ثُمَّ الرابع .

Sesungguhnya manusia itu akan duduk berbaris di hadapan Allah ta’ala pada hari kiamat menurut tingkatan kepergian mereka (menghadiri) shalat Jum’at, yaitu yang pertama, kemudian yang kedua, kemudian yang ketiga, dan kemudian yang keempat.

Ditakhrijkan oleh Ibnu Majah dari Ibnu Mas’ud r.a. Di dalam sanadnya terdapat nama Abdul Majid ibnu Abdul Aziz ibnu Abu Daud, yang Muslim dan empat perawi hadits lain (al arba’ah) juga mentakhrijkan daripadanya. Namun adz Dzahabi menempatkan nama Abdul Majid ini di dalam kelompok orang-orang yang lemah riwayatnya (dhu’afa’).

Sababul wurud

Ibnu Majah meriwayatkan dari ‘Alqamah, katanya: “Aku berangkat menuju mesjid untuk mengerjakan shalat Jum’at bersama Abdullah bin Mas’ud. Ternyata sudah ada empat orang yang mendahului kami. Lalu Ibnu Mas’ud berkata: “(Saya) orang yang keempat.” Aku (Ibnu Mas’ud) mendengar Rasulullah SAW bersabda bahwa: manusia akan duduk berbaris di hadapan Allah pada hari kiamat menurut tingkatan kepergian mereka (menghadiri) shalat Jum’at… dan seterusnya bunyi hadits di atas.