Hati Senang

Asbab-al-Wurud (Kitab II) No.583 – Bahaya Diam Dan Murtadnya Umat

ASBAB-UL-WURUD Latar Belakang Historis Timbulnya Hadits-hadits Rasul Oleh: Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi ad-Damsyiqi   Diterjemahkan oleh: H.M. Suwarta Wijaya, B.A. Drs. Zafrullah Salim Penerbit: KALAM MULIA.

583(a). BAHAYA TIDAK MENCEGAH KEZALIMAN

٥٨٣ – اِنَ النَّاسَ اِذَا رَأَوا الظَّالِمَ فَلَمْ يَأْخُذُوا عَلَى يَدَيْهِ اَوشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللَّهُ بِعِقَابِ مِنْهُ.

Sesungguhnya orang-orang bila melihat orang zalim (berbuat kezaliman) lalu mereka tidak mencegah kedua tangannya, dikuatirkan Allah akan menurunkan siksaan yang menimpa semua mereka.

Ditakhrijkan oleh Ashabus Sunnan dari Abu Bakar Shiddiq r.a. An Nawawi berkata: “Sanad-sanad haditsnya shahih.”

Sababul wurud

Sebagaimana terdapat dalam Sunan Abu Daud yang meriwayatkan pidato Abu Bakar – setelah ia memuji Allah dan menyanjung kebesaran-Nya: “Wahai manusia, sesungguhnya kalian membaca ayat ini dan kalian meletakkannya tidak pada tempatnya: “Hendaklah kamu memelihara dirimu sendiri, dan tidaklah akan menyusahkan orang yang sesat apabila kamu telah mendapat petunjuk.”

Dan sesungguhnya aku mendengar Nabi SAW bersabda “Sesungguhnya manusia itu apabila melihat orang zalim…” dan seterusnya. Dan ditakhrijkan oleh ad Dhiya’ dalam kitab al Mukhtarah itu dengan teks lain yang bunyinya: “Sesungguhnya manusia apabila melihat kemungkaran lalu mereka tidak mengubah (mencegah)nya… ” dan selanjutnya.

Dalam riwayat at Thahawi mengenai ucapan Abu Bakar itu berbunyi sebagai berikut: “Hai manusia, sesungguhnya kalian membaca ayat ini dari Kitabullah ‘Azza wa jalla dan kamu meletakkannya tidaklah pada tempat yang diletakkan Allah: “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu memelihara dirimu, dan tidaklah akan menyusahkan kamu orang-orang yang sesat apabila kamu telah mendapat petunjuk.” Dan sesungguhnya aku mendengar Rasululah SAW bersabda:

Sesungguhnya manusia apabila di tengah tengah mereka timbul perbuatan maksiat atau perbuatan yang tidak benar, dikuatirkan akan ditimpakan Allah kepada semua mereka siksaan.”

Riwayat lain yang diceritakan Abu Daud berasal dari Ibnu Abi Umaiyah dari Abu Tsa’labah al Khusna yang menanyakan tentang ayat yang disebutkan di atas. Maka Abu Tsa’labah menjelaskan kepadaku: “Ketahuilah, sesungguhnya aku pernah menanyakan hal itu kepada Rasulullah SAW, naka beliau bersabda:

Bahkan mereka saling menyuruh berbuat baik dan saling melarang berbuat mungkar, sehingga kalau engkau melihat seseorang yang pelit sekali yang sifat tersebut telah mendarah daging baginya; seseorang yang gemar mengikuti hawa nafsunya; dan seseorang yang sangat terpengaruh dengan dunia ini; seseorang yang demikian kagum dengan kcemerlangan pikirannya; dan engkau melihat persoalan yang mau tak mau engkau terlibat di dalamnya, maka hendaklah engkau memelihara dirimu.

Hendaklah engkau menjadi salah seorang yang awam saja, karena sesungguhnya sesudah masamu ini akan muncul zaman (periode) kesabaran. Barangsiapa yang sabar di waktu itu mirip keadaannya seperti orang menggenggam bara api. Orang yang tetap beramal pada waktu itu memperoleh pahala seperti pahala untuk 50 orang yang beramal seperti apa yang dia amalkan.

Abu Ja’far at Thahawi berkata: “Maka mengertilah kita bahwa makna ucapan Abu Bakar tentang orang-orang yang telah menyia-nyiakan ayat surat serta meletakkan tidak pada tempatnya, yaitu orang yang bermaksud mengamalkannya tidak pada zaman (periode)nya, dan sesungguhnya zaman untuk mengamalkan ayat itu adalah zaman yang diterangkan oleh Rasulullah SAW dalam hadits Abu Tsalabah al Khusna, yaitu ketika beliau menerangkannya dan kita berlindung dengan Allah daripadanya bahwa zaman itu adalah pada masa lalu ketika Allah mewajibkan hamba-Nya melaksanakan amar makruf dan nahi munkar.”

At Thahawi meriwayatkan dari Nabi SAW tentang sabda beliau, bahwa Allah akan menurunkan siksaan yang mengenai semua orang karena perbuatan orang-orang tertentu. Akan tetapi apabila mereka melihat kemunkaran di depan matanya, lalu mereka tidak mencegahnya, Allah akan menyiksa mereka semuanya termasuk yang melakukan kemunkaran itu, maka tentang hal ini, maksud hadits tersebut adalah menegaskan perintah amar makruf dan nahi munkar, sehingga akan datang zamannya nanti seperti yang diterangkan Allah dalam hadits Abu Tsa’-labah yang pada waktu itu tidak bermanfaat lagi tugas amar ma’ruf dan nahi munkar itu, dan tak akan ada kekuatan yang menghalangi datangnya azab itu. Maka di waktu itu gugurlah kewajiban amar ma’ruf dan nahi munkar, dan semua persoalan dikembalikan kepada Allah belaka, dan tidak akan ada orang sesat yang menyusahkannya. Demikian ahli atsar mengatakan.

Keterangan

Hadits ini tidaklah bermaksud mengatakan adanya zaman tertentu, namun makna yang dikehendaki oleh ayat ” ‘alaikum anfusakum, laa yadhurrukum man dhalla idzah tadaitum ” ialah setelah tugas dakwah dilaksanakan, tugas tabligh dijalankan sampai orang memperoleh petunjuk menurut kemampuan da’i atau muballighnya, sehingga jelaslah kebenaran itu bagi semua orang. Maka tugasmu (sesudah itu) adalah memelihara dirimu, dan kamu tak boleh berputus asa atas prilaku mereka.

Maka apabila telah datang azab Tuhan, dan tidak juga dia terima petunjukmu, dan engkau melihat tak ada gunanya lagi menunjuki mereka, yang kadang-kadang akan membahayakanmu, maka cukuplah engkau memelihara dirimu saja. Atau makna ayat itu adalah menyuruh engkau sebagai orang yang memberi petunjuk, sehingga engkau menjadi panutan. Tidak akan ada orang lain yang menggapaimu, dan Dia akan memeliharamu apabila kamu telah memperoleh petunjuk, dan jika kamu menolong Allah, Dia pasti akan menolongmu. Dan hal itu akan terjadi pada setiap masa.


583(b). MURTAD DARI ISLAM

٥٨٣ – إِنَّ النَّاسَ دَخَلُوا فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا وَسَيَخرُجُونَ
مِنْهُ أَفْوَاجًا.

Sesungguhnya orang-orang telah memeluk agama Allah (Islam) secara berbondong-bondong, dan mereka akan keluar (murtad dari Islam) secara berbondong-bondongan pula.

Ditakhrijkan oleh Imam Ahmad dari Jabir bin Abdullah r.a. Al Haitsami berkata: “Di dalam sanadnya ada seseorang yang menjadi tetangga Jabir, tetapi saya tidak mengenalnya, sedangkan sanadnya yang lain shahih.”

Sababul wurud

Imam Ahmad meriwayatkan dari Syaddad bin Ammar, katanya: “Seorang tetangga Jabir menceritakan dari Jabir r.a. katanya: “Aku pulang dari suatu perjalanan. Kemudian Jabir datang menemuiku dan mengucapkan salam kepadaku. Lalu aku ceritakan kepada Jabir tentang perpecahan yang terjadi di kalangan orang (Islam) dan perbuatan mereka yang mengada-ada. Kejadian yang aku ceritakan itu menyebabkan Jabir menangis. Kemudian Jabir berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW mengatakan bahwa: orang-orang telah memeluk agama berbondong-bondong… dan seterusnya bunyi hadits di atas.

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.