Asbab-al-Wurud (Kitab II) No.569 s.d. 570 – Sedekah dan Jihad

ASBAB-UL-WURUD
Latar Belakang Historis Timbulnya Hadits-hadits Rasul
Oleh: Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi ad-Damsyiqi

 
Diterjemahkan oleh: H.M. Suwarta Wijaya, B.A.
Drs. Zafrullah Salim
Penerbit: KALAM MULIA.

569. SEDEKAH TIDAK BOLEH DIMINTA KEMBALI

٥٦٩ – إِنَّ العَائِدَ فِي صَدَقَتِهِ كَالكَلْبِ يَعُودُ فِي قَيْئِهِ.

Sesungguhnya orang yang meminta kembali sedekah (yang telah diberikan)nya, seperti anjing yang menjilat ludahnya.

Di-takhrij-kan oleh Bukhari dari Umar bin Khattab r.a.

Sababul wurud

Bukhari meriwayatkan dari Zaid bin Aslam dari bapaknya: “Aku mendengar Umar bin Khattab berkata: Aku pemah menyerahkan kepada seseorang seekor kuda untuk keperluan sabilillah. Lalu kuda itu disia-siakannya, sehingga aku bermaksud membelinya kembali. Lalu aku mengira membeli dari si pembeli yang memelihara kuda itu harus dengan izin khusus. Maka aku tanyakan hal itu kepada Rasulullah SAW. Beliau menjelaskan: “Janganlah engkau membelinya lagi, walaupun cuma engkau bayar kepadanya satu dirham, karena sesungguhnya menarik kembali sedekah itu seperti anjing menjilat ludahnya.”

Hadits ini juga dari Ibnu Abbas dengan bunyi teksnya: “Al ‘aaid fi hibatihi kal ‘aaid fi qii’ihi.” (orang yang menarik kembali hibah/ pemberiannya, seperti orang yang menjilat ludahnya).

Keterangan

Hadits ini menerangkan tentang haramnya menarik kembali hibah sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh jumhur ulama. Bukhari meletakkan hadits ini dalam bab “tidak halal seseorang menarik hibah dan sedekahnya kembali.” Tetapi hal itu dikecualikan bagi bapak yang menarik kembali hibah dari anaknya. Abu Hanifah berpendapat “boleh menarik hibah dari anak tetapi tidak sedekah”.

Hadits ini menunjukkan “sangat tidak disukainya menarik sedekah atau pemberian (hibah). Hadits yang menunjukkan keharamannya adalah yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas: “Laa yahillu li rajulin muslimin yu’thi ‘athiyyatan tsumma yarji’u fiihaa illal waalidu fiimaa yu’thii waladahu” : Tidaklah halal bagi seorang Muslim yang memberikan sebuah pemberian kemudian dia minta kembali kecuali bapak, mengenai apa yang diberikannya kepada anaknya). Riwayat Ahmad dan al Arba’ah, dan dishahihkan oleh Turmudzi, Ibnu Hibban, Hakim.

Perkataan “la yahillu” secara lahiriah menunjukkan haram. Alangkah indah dan agungnya etika yang diajarkan Islam.


570. JIHAD DENGAN PEDANG DAN LISAN

٥٧٠- ان المُؤْمِنَ يُجَاهِدُ بِسَيْفِهِ وَلِسَانِهِ

Sesungguhnya orang mukmin itu berjihad dengan pedang dan lidahnya.

Di-takhrij-kan oleh Imam Ahmad, Thabrani dari Ka’ab bin Malik r.a. Kata al Haitsami. Ahmad meriwayatkan dengan sanadnya sendiri, yang perawi (rijal)nya shahih.

Sababul wurud

Ka’ab menceritakan: “Ketika turunnya ayat “Was syu’araa’ yat bi’uhumul ghaawuun” (dan para penyair itu mengikuti mereka orang- orang yang sesat), aku mendatangi Rasulullah SAW dan aku tanyakan: Bagaimana pendapat engkau tentang sya’ir? Beliau menjawab: bahwa “Orang Mukmin itu berjihad dengan pedang dan lisannya.”

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ka’ab, yang bertanya kepada Rasulullah SAW: “Bagaimana pendapatmu tentang syair?” Rasulullah SAW menjawab: “Sesungguhnya orang Mukmin itu berjihad dengan pedang dan lisannya (lidahnya). Demi Dzat yang jiwaku terletak dalam genggaman-Nya, dan mereka (para penyair) memercikkan jihad bagaikan anak panah (yang terlepas dari busurnya). Demikian dalam Al Jami’ul Kabir oleh as Sayuthi.

Keterangan

Hadits di atas sejalan dengan bunyi ayat: “Wa jaahidu bi amwaalikum wa anfusikum fii sabiilillah” (dan berjihadlah kamu dengan harta dan nyawamu di jalan Allah).(at-Taubah:41)