38. WASIAT NABI
٣٨- (اِتَّقُوا اللهَ فِى الصَّلوة ، اِتَّقُوا الله في الصَّلوة،اِتَّقُوا الله في الصَّلوة ، اِتَّقُوا اللهَ فِيمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ، اِتَّقوا الله في الضَّعِيفَيْنِ : أَلَمَرأَة الأَرْمَلَةِ وَالصَّبي اليتيم ) .
Artinya :
“Takutlah kalian kepada Allah dalam hal shalat! Takutlah kalian kepada Allah dalam hal shalat. Takutlah kalian kepada Allah dalam hal shalat. Takutlah kalian kepada Allah dalam hal hamba sahaya yang kalian miliki. Takutlah kalian kepada Allah dalam hal dua manusia yang lemah wanita janda dan anak-yatim“.
Diriwayatkan oleh : Al Baihaqi dalam “As Syu’ab” dari Anas bin Malik. As Sayuthi menilai Hadits ini hasan. Tetapi kata Al Munawi di dalamnya ada orang bernama Basyar bin Manshur Al Hannath yang dianggap matruk (ditinggalkan). Al Hafizh Ibnu Hajar menjelaskan dalam “Taqriibut Tahdziib” bahwa Basyar bin Manshur Al Hannath seorang yang shaduq (jujur).
Sababul wurud :
Kata Anas: “Kami berada disisi Rasulullah di saat beliau menjelang wafat. Berkata kepada kami: “Takutlah kalian dan seterusnya”. Beliau mengulangi kata-kata “shalat” sampai nafasnya yang terakhir.
Keterangan:
Shalat itu tiang Agama, tali penghubung antara hamba dengan Tuhannya. Ia mencegah seseorang dari perbuatan keji dan munkar, maka laksanakanlah dengan khusyu serta peliharalah semua rukun dan syaratnya. Shalat adalah salah satu Rukun Islam yang amat penting. Jika shalat itu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, manusia akan merasa takut kepada Allah dalam hal pertanggungjawaban mereka terhadap hamba sahaya yang mereka miliki, terhadap para pelayan sampai kepada hewan sekalipun.
Ia akan mempergauli manusia dengan akhlak yang mulia. Ia akan menjadi penolong orang-orang lemah nan tiada berdaya, menjadi penaruh kasih terhadap para janda dan anak-anak yatim yang papa.
39. TAKUT NERAKA
۳۹ – ( اِتَّقُوا النَّارَ ولَو بِشِقِّ تَمْرَةٍ).
Artinya:
“Takutlah kalian terhadap neraka walau hanya dengan sebelah buah kurma“.
Diriwayatkan oleh: Imam Ahmad, Al Bukhari, Muslim, Nasai dari Adi bin Hatim. Ahmad sendiri meriwayatkan dari Aisyah. Imam Thabrani dalam “Al Ausath wad Dhiya Fil Mukhtarah” meriwayatkannya dari Aisyah. Imam Thabrani dalam “Al Ausath” dan Dhiya’ dalam al-Mukhtarah meriwayatkannya dari Anas bin Malik, dalam “Al Kabir” dari Ibnu Abbas dan Abi Umamah.
Al Bazar meriwayatkan kelompok hadits-hadits mutawatir. Pada riwayat Adi bin Hatim awalnya berbunyi (artinya): “Tidak ada seorangpun di antara kalian melainkan Allah akan berkata kepadanya dengan tidak melalui juru penterjemah. Ia akan melihat kesebelah kanan dan tidak ada yang dilihatnya kecuali perbuatan yang telah lalu. Kemudian ia melihat kearah kini juga tidak ada yang dapat dilihatnya kecuali amalnya yang telah lalu. Dan ketika melihat ke depan tampaklah neraka yang menentang wajahnya; maka takutlah kalian terhadap neraka walau hanya dengan sebelah buah kurma“. (Muttafaq alaih).
Sababul wurud :
Kata Adi bin Hatim, ketika Rasulullah menyebut neraka beliau memalingkan mukanya tiga kali kemudian beliau bersabda seperti yang tertera pada Hadits di atas.
Keterangan :
Shadaqah mempunyai bobot dalam timbangan amal kebaikan seseorang. Ia bisa menjaga seseorang dari ancaman neraka bahkan pendorong dan petunjuk ke arah iman yang sempurna. Oleh sebab itu seorang Muslim tidak boleh menyia-nyiakan amal kebajikan walau hanya dengan bersedekah sebelah biji kurma. Sehingga hal itu dapat menjadi rangsangan gemar memberi, baik sedikit atau banyak.