Asbab-al-Wurud (Kitab I) No.32 s.d 33 – Jangan Menyia-nyiakan Kebaikan dan Peringatan Bagi Penguasa

ASBAB-UL-WURUD
Latar Belakang Historis Timbulnya Hadits-hadits Rasul
Oleh: Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi ad-Damsyiqi

 
Diterjemahkan oleh: H.M. Suwarta Wijaya, B.A.
Drs. Zafrullah Salim
Penerbit: KALAM MULIA.

32. JANGAN MENYIA-NYIAKAN KEBAIKAN

۳۲ – (اتَّقِ اللهَ وَلَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقِيَ أخَاكَ وَوَجْهكَ مُنْبَسِطُ إِلَيْهِ وَلَوْ أَنْ تُفْرِغَ مِنْ دَلوكَ فِي إِنَاءِ المُسْتَسقى وَلَا تَسبَنَّ احَدًا وَ إِنِ امْرُؤٌ شَتَمَكَ بِمَا يَعْلمُ فِيكَ فَلَا تَشْتِمهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيهِ فَإِنَّهُ يَكُونُ لَكَ أَجْرُهُ وَعَلَيْهِ وزرهُ وَاتَّزِر إلى نصف السَّاقِ فَإِنْ آبَيْتَ فَإِلَى الكَعْبَينِ وَإِيَّاكَ وَإسْبَالَ الْإِزارِ فَإِنَّهُ مِنَ الْمَخِيْلَةِ وَإِنَّ اللهَ لَا يُحِبُّ المخِيلة ) .

Artinya:

“Takutlah kamu kepada Allah, janganlah menyepelekan kebaikan. walau sekedar bermuka manis di saat engkau bertemu dengan saudaramu, walau sekedar menuangkan air dari embermu ke dalam bejana orang yang kehausan, dan jangan memaki seseorang. Jika orang mencacimu dengan keburukan yang dia ketahui ada padamu janganlah engkau mencacinya dengan keburukan yang engkau ketahui ada padanya.  Maka sesungguhnya bagimu pahalanya dan baginya dosanya. Dan berkainlah sampai setengah betis. Jika engkau berkeberatan silahkan sampai kedua mata kaki. Hati-hati dengan kain yang menggeser ke tanah sebab hal itu menunjukkan kesombongan. Sesungguhnya Allah tidak suka kesombongan”.

Diriwayatkan oleh: Abu Daud At Thayalisi dari Jabir bin Salim Al Hujaimi, oleh An Nasai, Imam Ahmad, Ibnu Hibban dan lain-lain. Kata An Nawawi: “Abu Daud dan Turmidzi, isnad keduanya shahih.

Sababul wurud :

Jabir Al Hujaimi pernah minta nasihat kepada Rasulullah: “Ya Rasulullah, kami penduduk dari sebuah gurun, maka ajarkanlah kepada kami sesuatu yang bermanfaat. Kemudian Rasulullah bersabda : “Takutlah kamu kepada Allah dan jangan menyia-nyiakan kebaikan, dan seterusnya.

Al Munawi pada sebagian riwayatnya menjelaskan: “Aku telah melihat seorang laki-laki dan orang-orangpun berdatangan ingin melihatnya. Aku bertanya: “Siapa dia?”. Jawab mereka: “Rasulullah”. Aku berkata: “Alaikas salaam ya Rasulullah“. Rasulullah bersabda : “Alaikassalaam” penghormatan untuk orang mati, maka katakanlah “Assalaamu ‘alaika”. Akupun mengatakan: “Assalaamu ‘alaika”, Engkau Rasulullah?”

Jawab Nabi: “Ya”. Kemudian kataku: “Ya Rasulullah.

Keterangan:

1. Tidak boleh menganggap kecil kebaikan yang diajarkan Agama walaupun hanya sekedar seteguk air atau seiris roti sebab yang kecil menjadi besar nilainya bagi orang-orang yang benar-benar memerlukannya. Boleh jadi yang kecil dalam pandangan kita namun teryata dapat memenuhi kebutuhan orang lain.

2. Bergaul dengan sesama manusia, sekedar menunjukkan muka yang manis disaat berjumpa akan menimbulkan kesan yang baik bagi perasaan seseorang.

3. Bagi laki-laki jangan menurunkan kain atau celana di bawah mata kaki dimaksud angkuh atau sombong. Adapun bagi wanita justru diharuskan menutupi seluruh auratnya kecuali muka dan telapak tangan.


33. PERINGATAN BAGI PENGUASA

۳۳ – ( اِتَّقِ اللهَ بَا الْوَلِيدِ لَا تَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِبَعِيْرٍ تَحْمِلُهُ لَهُ رَغَاءٌ أو بقرة لَهَا خوَارٌ، اَوْشَاةٍ لَهَا ثُؤَاخٌ) .

Artinya :

“Takutlah kamu kepada Allah Hai Abul Walid supaya kamu tidak datang pada hari kiamat nanti dengan membawa unta yang merintih atau sapi yang melenguh dan kambing yang mengembik”.

Diriwayatkan oleh: At Thabrani dalam “Al Kabiir”, oleh Ibnu Asakir dalam “At Tarikh” dari Ubadah bin Shamit. Kata Al Hatsami: “orang-orang yang meriwayatkannya shahih”.

Sababul wurud :

Disaat Abul Walid diutus untuk memberikan shadaqah kepada rakyat yang miskin, Rasulullah berpesan: “Hai Abal Walid takutlah kamu kepada Allah supaya kamu tidak datang pada hari kiamat… dan seterusnya”.

Keterangan :

Abul Walid adalah sebutan (kunyah) yang diberikan orang kepada Ubadah bin Shamit. Di saat ia dikirim oleh Rasululah kepada para sahabat yang fakir untuk memberikan shadaqah kepada mereka, Rasulullah berpesan sebagaimana yang tercantum dalam Hadits ini.

Hal ini merupakan peringatan bagi para pengembala yang menelantarkan hewan gembalaannya atau para penguasa yang kurang bertanggung jawab terhadap rakyatnya.