Al Mustadrak Bab 96 no.220 : Para Nabi Memiliki Mimbar Dari Emas

Al-MUSTADRAK
(Judul Asli: Al-Mustadraku ‘alash-Shahihain)
Oleh: Imam al-Hakim

Penerjemah: Ali Murtadho
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

69 – لِلْأَنْبِيَاءِ مَنَابِرُ مِنْ ذَهَبٍ

1-96. Para nabi memiliki mimbar-mimbar dari emas

022 – حَدَّثَنَا أَبُوْ جَعْفَرٍ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ سَعِيْدٍ الرَّازِيُّ، ثَنَا أَبُوْ زُرْعَةَ عُبَيْدُ اللهِ بْنُ عَبْدِ الْكَرِيْمِ الرَّازِيُّ، وَ حَدَّثَنَا أَبُوْ عَلِيٍّ الْحُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ الْحَافِظُ، إِمْلَاءً، ثَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَيُّوْبَ الْمَخْرَمِيُّ، وَ أَخْبَرَنَا أَبُوْ أَحْمَدَ بَكْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ الصَّيْرَفِيُّ، بِمَرْوَ، ثَنَا أَبُو الْمُوَجِّهِ، مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو الْفَزَارِيُّ، قَالُوْا: ثَنَا سَعِيْدُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْجَرْمِيُّ، ثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ وَاصِلٍ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ ثَابِتٍ الْبُنَانِيُّ، عَنْ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ الْحَارِثِ بْنِ نَوْفَلٍ، عَنْ أَبِيْهِ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّمَ – : “لِلْأَنْبِيَاءِ مَنَابِرُ مِنْ ذَهَبٍ” قَالَ: “فَيَجْلِسُوْنَ عَلَيْهَا وَ يَبْقَى مِنْبَرِيْ لَا أَجْلِسُ عَلَيْهِ – أَوْ لَا أَقْعُدُ عَلَيْهِ – قَائِمًا بَيْنَ يَدَيْ رَبِّيْ مَخَافَةَ أَنْ يَبْعَثَ بِيْ إِلَى الْجَنَّةِ وَ يُبْقِي أُمَّتِيْ مِنْ بَعْدِيْ، فَأَقُوْلُ: يَا رَبِّ أُمَّتِيْ أُمَّتِيْ، فَيَقُوْلُ اللهُ – عَزَّ وَ جَلَّ – : يَا مُحَمَّدُ مَا تُرِيْدُ أَنْ أَصْنَعَ بِأُمَّتِكَ؟ فَأَقُوْلُ: يَا رَبِّ عَجِّلْ حِسَابَهُمْ، فَيُدْعَى بِهِمْ فَيُحَاسَبُوْنَ، فَمِنْهُمْ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ بِرَحْمَةِ اللهِ، وَ مِنْهُمْ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ بِشَفَاعَتِيْ، فَمَا أَزَالُ أُشَفَّعُ حَتَّى أُعْطَى صِكَاكًا بِرِجَالٍ قَدْ بُعِثَ بِهِمْ إِلَى النَّارِ، وَ آتِيْ مَالِكًا خَازِنَ النَّارِ، فَيَقُوْلُ: يَا مُحَمَّدُ، مَا تَرَكْتَ لِلنَّارِ لِغَضَبِ رَبِّكَ فِيْ أُمَّتِكَ مِنْ بَقِيَّةٍ”.
هذَا حَدِيْثٌ صَحِيْحُ الْإِسْنَادِ غَيْرَ أَنَّ الشَّيْخَيْنِ لَمْ يَحْتَجَّا بِمُحَمَّدِ بْنِ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ، وَ هُوَ قَلِيْلُ الْحَدِيْثِ يُجْمَعُ حَدِيْثُهُ، وَ الْحَدِيْثُ غَرِيْبٌ فِيْ أَخْبَارِ الشَّفَاعَةِ وَ لَمْ يُخْرِجَاهُ.

220. Abū Ja‘far Muḥammad bin Aḥmad bin Sa‘īd ar-Rāzī menceritakan kepada kami, Abū Zur‘ah menceritakan kepada kami, ‘Ubaidillāh bin ‘Abd-il-Karīm ar-Rāzī menceritakan kepada kami, Abū ‘Alī al-Ḥusain bin ‘Alī al-Ḥāfizh menceritakan kepada kami secara imlā’, Ibrāhīm bin ‘Abdillāh bin Ayyūb al-Makhramī menceritakan kepada kami, Abū Aḥmad Bakar bin Muḥammad ash-Shairafī mengabarkan kepada kami di Marwa, Abul-Muwajjih Muḥammad bin ‘Amr al-Fazārī menceritakan kepada kami, mereka berkata: Sa‘īd bin Muḥammad al-Jarmī menceritakan kepada kami, ‘Abd-ul-Wāḥid bin Wāshil menceritakan kepada kami, Muḥammad bin Tsābit al-Bunānī menceritakan kepada kami dari ‘Ubaidillāh bin ‘Abdillāh bin Ḥārits bin Naufal, dari ayahnya, dari ‘Abdullāh bin ‘Abbās, dia berkata: Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Para nabi memiliki mimbar-mimbar dari emas.

Nabi s.a.w. lanjut bersabda: “Mereka pun duduk di atasnya, dan hanya mimbarku yang tersisa. Aku tidak duduk di atasnya melainkan tetap berdiri di hadapan Tuhanku karena takut akan dikirim ke surga, sementara umatku tetap di tempatnya sesudahku.” Aku pun berkata: “Wahai Tuhanku, umatku, umatku”. Allah ‘azza wa jalla berfirman: “Wahai Muḥammad, apa yang kamu inginkan agar Aku memperlakukan umatmu?” Aku berkata: “Wahai Tuhanku, percepatlah hisab mereka”. Mereka pun dipanggil, lalu dihisab. Di antara mereka lalu ada yang masuk surga berkat rahmat Allah, dan ada yang masuk surga karena syafa‘atku. Oleh karena itu, aku tetap memberi syafa‘at sampai aku memberikan piagam kepada orang-orang yang telah dikirim ke neraka, lalu aku datangi Malaikat Mālik sang penjaga neraka, dia berkata: “Wahai Muḥammad, aku tidak meninggalkan lagi orang yang tesisa di neraka karena murka Tuhanmu” (2811).

Sanad hadits ini shaḥīḥ. Al-Bukhārī dan Muslim tidak berhujjah dengan Muḥammad bin Tsābit al-Bunānī, karena dia adalah periwayat yang sedikit haditsnya, tapi telah dihimpun. Hadits ini gharīb tentang berita-berita syafa‘at, dan al-Bukhārī serta Muslim tidak meriwayatkannya.

Catatan:

  1. (281). Adz-Dzahabī berkata dalam at-Talkhīsh: “Muḥammad bin Tsābit al-Bunānī dinilai dha‘īf lebih dari satu orang ‘ulamā’ (lebih dari seorang ‘ulamā’), dan hadits ini munkar.”

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *