Al Mustadrak Bab 80 no.194 s.d 196 : Kekasih Allah Tidak Ke Dalam Neraka

Al-MUSTADRAK
(Judul Asli: Al-Mustadraku ‘alash-Shahihain)
Oleh: Imam al-Hakim

Penerjemah: Ali Murtadho
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

08 – اللهُ لَا يُلْقِيْ حَبِيْبَهُ فِي النَّارِ

Allah tidak akan menjerumuskan kekasih-Nya ke dalam neraka.

491 – حَدَّثَنِي عَلِيُّ بْنُ بُنْدَارٍ الزَّاهِدُ، ثَنَا جَعْفَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْفِرْيَابِيُّ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى الزَّمِنُ، ثَنَا خَالِدُ بْنُ الْحَارِثِ، ثَنَا حُمَيْدٌ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: كَانَ صَبِيٌّ عَلَى ظَهْرِ الطَّرِيْقِ، فَمَرَّ النَّبِيُّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّمَ – وَ مَعَهُ نَاسٌ فَلَمَّا رَأَتْ أُمُّ الصَّبِيِّ الْقَوْمَ خَشِيَتْ أَنْ يُوْطَأَ ابْنُهَا، فَسَعَتْ فَحَمَلَتْهُ فَقَالَتِ: ابْنِيْ، ابْنِيْ قَالَ الْقَوْمُ يَا رَسُوْلَ اللهِ: مَا كَانَتْ هذِهِ لِتُلْقِيَ ابْنَهَا فِي النَّارِ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّمَ – : “وَ لَا اللهُ يُلْقِيْ حَبِيْبَهُ فِي النَّارِ.” هذَا حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ، وَ لَمْ يُخْرِجَاهُ.

194/194. ‘Alī bin Bundar az-Zāhid menceritakan kepadaku, Ja‘far bin Muḥammad al-Firyābī menceritakan kepada kami, Muḥammad bin al-Mutsannā az-Zaman menceritakan kepada kami, Khālid bin Ḥārits menceritakan kepada kami, Humaid menceritakan kepada kami dari Anas, dia berkata: Dahulu ada seorang bocah laki-laki yang berada di tengah jalan, lalu Nabi s.a.w. dan beberapa orang lewat. Ketika ibu bocah tersebut melihat rombongan orang, dia khawatir anaknya akan terinjak, maka dia membawa anaknya sembari berkata: “Putraku, putraku!” Orang-orang pun berkata: “Wahai Rasūlullāh, ibu ini tentu tidak akan menjerumuskan putranya ke dalam neraka.” Rasūlullāh s.a.w. kemudian bersabda:Begitu pula Allah, Dia tidak akan menjerumuskan kekasih-Nya ke dalam neraka. (2551).

Hadits ini shaḥīḥ sesuai syarat al-Bukhārī dan Muslim, tapi keduanya tidak meriwayatkannya.

591 – أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ سَلْمَانَ الْفَقِيهُ، بِبَغْدَادَ قَالَ: قُرِئَ عَلَى مُحَمَّدِ بْنِ الْهَيْثَمِ الْقَاضِيْ وَ أَنَا أَسْمَعُ، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ صَالِحٍ، حَدَّثَنِي اللَّيْثُ، عَنْ يَزِيْدَ بْنِ أَبِيْ حَبِيْبٍ، عَنْ أَبِي الْخَيْرِ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ الْجُهَنِيِّ، أَنَّ رَجُلًا أَتَى رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّمَ – فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَحَدُنَا يُذْنِبُ قَالَ: “يُكْتَبُ عَلَيْهِ”. قَالَ: ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ مِنْهُ وَ يَتُوْبُ قَالَ: “يُغْفَرُ لَهُ وَ يُتَابُ عَلَيْهِ وَ لَا يَمَلُّ اللهُ حَتَّى تَمَلُّوْا.” هذَا حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ عَلَى شَرْطِ الْبُخَارِيِّ، وَ لَمْ يُخْرِجَاهُ.

195/195. Aḥmad bin Salmān al-Faqīh mengabarkan kepada kami di Baghdād, dia berkata: Dibacakan (didiktekan) kepada Muḥammad bin al-Haitsam al-Qādhī, sedang aku mendengarkannya, ‘Abdullāh bin Shāliḥ menceritakan kepada kami, Al-Laits menceritakan kepadaku dari Yazīd bin Abī Ḥabīb, dari Abul-Khair, dari ‘Uqbah bin ‘Āmir al-Juhanī, bahwa seorang laki-laki mendatangi Rasūlullāh s.a.w. dan berkata: “Wahai Rasūlullāh, salah seorang dari kita berbuat dosa.” Beliau lalu bersabda: Lalu dosanya akan dicatat.” Orang tersebut lalu berkata: “Kemudian dia minta ampun dan bertobat.” Beliau lalu bersabda: Allah akan mengampuninya dan menerima tobatnya, dan Allah tidak akan bosan sampai mereka bosan.” (2562).

Hadits ini shaḥīḥ sesuai syarat al-Bukhārī dan Muslim, tapi al-Bukhārī dan Muslim tidak meriwayatkannya.

691 – أَخْبَرَنَا أَبُوْ بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ الشَّافِعِيُّ، ثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ الْحَسَيْنِ، ثَنَا أَبُوْ حُذَيْفَةَ، ثَنَا سُفْيَانُ، وَ حَدَّثَنَا أَبُوْ زَكَرِيَّا يَحْيَى بْنُ مُحَمَّدٍ الْعَنْبَرِيُّ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ السَّلَامِ، ثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ، أَنْبَأَ وَكِيْعٌ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي الضُّحَى، عَنْ مَسْرُوْقٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ: “الْكَبَائِرُ مِنْ أَوَّلِ سُوْرَةِ النِّسَاءِ إِلَى ( إِنْ تَجْتَنِبُوْا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ ) مِنْ أَوَّلِ السُّوْرَةِ ثَلَاثِيْنَ آيَةً”.
هذَا حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ، وَجَبَ إِخْرَاجُهُ عَلَى مَا شَرَطْتُ فِيْ تَفْسِيْرِ الصَّحَابَةِ.

196/196. Abū Bakar Muḥammad bin ‘Abdillāh asy-Syāfi‘ī mengabarkan kepada kami, Isḥāq bin Ḥasan menceritakan kepada kami, Abū Ḥudzaifah menceritakan kepada kami, Sufyān menceritakan kepada kami.

Abū Zakariyyā Yaḥyā bin Muḥammad al-‘Anbarī menceritakan kepada kami, Muḥammad bin ‘Abd-is-Salām menceritakan kepada kami, Ishaq bin Ibrahim menceritakan kepada kami, Wakī‘ memberitakan (kepada kami) dari Sufyān, dari al-A‘masy, dari Abudh-Dhuḥā, dari Masrūq, dari ‘Abdullāh, dia berkata: “Dosa-dosa besar adalah dari pemulaan surah an-Nisā’ sampai ayat Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya.” Dari awal surah hingga 30 ayat.” (2573).

Hadits ini shaḥīḥ sesuai syarat al-Bukhārī dan Muslim. Hadits ini wajib diriwayatkan sesuai dengan apa yang aku syaratkan tentang (bolehnya meriwayatkan) penafsiran para sahabat.

Catatan:

  1. (255). Adz-Dzahabī berkata dalam at-Talkhīsh: “Hadits ini sesuai syarat al-Bukhārī dan Muslim.”
  2. (256). Adz-Dzahabī berkata dalam at-Talkhīsh: “Hadits ini sesuai syarat al-Bukhārī.”
  3. (257). Adz-Dzahabī berkata dalam at-Talkhīsh: “Hadits ini sesuai syarat al-Bukhārī dan Muslim. Ini merupakan penafsiran seorang sahabat.”

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *