Al Mustadrak Bab 117 no.262-266 : Barang Siapa Masuk Menemui Para Pemimpin (…)

Al-MUSTADRAK
(Judul Asli: Al-Mustadraku ‘alash-Shahihain)
Oleh: Imam al-Hakim

Penerjemah: Ali Murtadho
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

117 – مَنْ دَخَلَ عَلَى أُمَرَاءَ فَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَ أَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ لَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَى الْحَوْضِ

  1. Barang Siapa Masuk Menemui Para Pemimpin Lalu Membenarkan Mereka Karena Kebohongan Mereka Dan Menolong Mereka Atas Kezhāliman Mereka, Maka Dia Tidak Akan Sampai Ke Telaga.

262 – حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوْبَ، ثَنَا الْعَبَّاسُ بْنُ مُحَمَّدٍ الدُّوْرِيُّ، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ بَكْرٍ السَّهْمِيُّ، ثَنَا حَاتِمُ بْنُ أَبِيْ صَغِيْرَةَ، عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ، أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ خَبَّابٍ، أَخْبَرَهُمْ، قَالَ: أَخْبَرَنِيْ خَبَّابٌ، أَنَّهُ كَانَ قَاعِدًا عَلَى بَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ، قَالَ: فَخَرَجَ وَ نَحْنُ قُعُوْدٌ، فَقَالَ: “اسْمَعُوا” قُلْنَا: سَمِعْنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ: “إِنَّهُ سَيَكُوْنُ أُمَرَاءُ مِنْ بَعْدِيْ فَلَا تُصَدِّقُوْهُمْ بِكَذِبِهِمْ، وَ لَا تُعِيْنُوْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ، فَإِنَّهُ مَنْ صَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ، وَ أَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَنْ يَرِدَ عَلَيَّ الْحَوْضَ”. “هذَا حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ عَلَى شَرْطِ مُسْلِمٍ وَ لَمْ يُخْرِجَاهُ”. وَ شَاهِدُهُ الْحَدِيْثُ الْمَشْهُوْرُ عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ كَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ مَعَ الْخِلَافِ عَلَيْهِ فِيْهِ.

262/262: Abū-l-‘Abbās Muḥammad bin Ya‘qūb menceritakan kepada kami, ‘Abbās bin Muḥammad ad-Dūrī menceritakan kepada kami, ‘Abdullāh bin Bakar as-Sahmī menceritakan kepada kami, Ḥātim bin Abī Shaghīrah menceritakan kepada kami dari Simāk bin Ḥarb, bahwa ‘Abdullāh bin Khabbāb memberitakan mereka, dia berkata: Khabbāb mengabarkan kepadaku bahwa dia pernah duduk di depan pintu Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Dia lalu berkata: Beliau keluar, sedangkan kami dalam keadaan duduk, maka beliau bersabda: “Dengarkanlah”.” Kami lalu berkata: “Kami mendengarkan, wahai Rasūlullāh.” Beliau pun bersabda: “Sesungguhnya akan ada para pemimpin sesudahku, maka janganlah kalian membenarkan mereka karena kebohongan mereka dan janganlah kalian menolong mereka atas kezhāliman mereka, karena siapa saja yang membenarkan mereka karena kebohongan mereka dan menolong mereka atas kezhāliman mereka, tidak akan sampai ke telagaku.” (3251)

Hadits ini shaḥīḥ sesuai syarat Muslim, tapi al-Bukhārī dan Muslim tidak meriwayatkannya.

Syāhid hadits ini adalah hadits terkenal yang diriwayatkan dari asy-Sya‘bī, dari Ka‘ab bin Ujrah, dengan adanya perbedaan dalam redaksinya:

263 – أَخْبَرَنَاهُ أَبُوْ بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ الْبَزَّارُ، بِبَغْدَادَ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُسْلِمٍ [ص: 261 ] الْوَاسِطِيُّ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَابِقٍ، ثَنَا مَالِكُ بْنُ مِغْوَلٍ، عَنْ أَبِيْ حَصِيْنٍ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ كَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ، قَالَ: خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ، وَ نَحْنُ فِي الْمَسْجِدِ خَمْسَةٌ مِنَ الْعَرَبِ وَ أَرْبَعَةٌ مِنَ الْعَجَمِ، فَقَالَ: ” أَتَسْمَعُوْنَ؟” قُلْنَا: سَمِعْنَا، مَرَّتَيْنِ، قَالَ: “اسْمَعُوا، إِنَّهُ سَيَكُوْنُ بَعْدِيْ أُمَرَاءُ فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَ أَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنِّيْ وَ لَسْتُ مِنْهُ، وَ لَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ الْحَوْضَ، وَ مَنْ لَمْ يَدْخُلْ عَلَيْهِمْ، وَ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ، وَ لَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَهُوَ مِنِّيْ وَ أَنَا مِنْهُ، وَ سَيَرِدُ عَلَيَّ الْحَوْضَ”. رَوَاهُ مِسْعَرُ بْنُ كِدَامٍ، وَ سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ، عَنْ أَبِيْ حَصِيْنٍ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ عَاصِمٍ الْعَدَوِيِّ، عَنْ كَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ.

263/263: Abū Bakar Muḥammad bin Ibrāhīm al-Bazzār mengabarkan kepada kami di Baghdād, Muḥammad bin Muslim al-Wāsithī menceritakan kepada kami, Muḥammad bin Sābiq menceritakan kepada kami, Mālik bin Mighwal menceritakan kepada kami dari Abū Ḥashīn, dari asy-Sya‘bī, dari Ka‘ab bin Ujrah, dia berkata: Pernah suatu hari Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam keluar menemui kami ketika kami sedang berada di masjid; lima orang dari bangsa ‘Arab dan empat orang dari bangsa ‘Ajam (non-‘Arab). Beliau lalu bertanya: “Apakah kalian mau mendengar?” Kami menjawab: “Ya, kami mau mendengar.” (Disebutkan sebanyak dua kali). Beliau lalu bersabda: “Dengarkanlah, sesungguhnya setelahku nanti akan ada para pemimpin, barang siapa masuk menemui mereka lalu membenarkan mereka karena kebohongan mereka dan menolong mereka atas kezhāliman mereka, maka dia tidak termasuk golonganku dan aku pun bukan termasuk golongannya, dan dia tidak akan sampai ke telaga. Tapi barang siapa tidak masuk menemui mereka dan tidak membenarkan mereka karena kebohongan mereka dan tidak menolong mereka atas kezhāliman mereka, maka dia termasuk golonganku dan aku pun termasuk golongannya, dan dia akan sampai ke telagaku.” (3262)

Mis‘ar bin Kidām dan Sufyān ats-Tsaurī meriwayatkan dari Abū Ḥashīn, dari asy-Sya‘bī, dari ‘Āshim al-‘Adawī, dari Ka‘ab bin Ujrah. Hadits ats-Tsaurī adalah:

264 – أَمَّا حَدِيْثُ الثَّوْرِيِّ، فَأَخْبَرَنَاهُ أَبُوْ عَبْدِ اللهِ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ الصَّفَّارُ، ثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عِيْسَى الْقَاضِيْ، ثَنَا أَبُوْ نُعَيْمٍ، وَ أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ يُوْنُسَ، قَالَا: ثَنَا سُفْيَانُ. وَ أَمَّا حَدِيْثُ مِسْعَرٍ، فَأَخْبَرَنَاهُ أَبُوْ مُحَمَّدٍ الْإِسْفَرَايِيْنِيُّ، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ، ثَنَا هَارُوْنُ بْنُ إِسْحَاقَ الْهَمْدَانِيُّ، حَدَّثَنِيْ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّابِ الْقَنَّادُ، ثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ مِسْعَرٍ، عَنْ أَبِيْ حَصِينٍ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ عَاصِمٍ الْعَدَوِيِّ، عَنْ كَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ، قَالَ: خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ نَحْنُ تِسْعَةٌ وَ بَيْنَنَا وَ سَائِدُ مِنْ أَدَمٍ أَحْمَرَ، فَقَالَ: “إِنَّهُ سَيَكُوْنُ بَعْدِيْ أُمَرَاءُ فَمَنْ صَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَ أَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنِّيْ وَ لَسْتُ مِنْهُ وَ لَنْ يَرِدَ عَلَيَّ الْحَوْضَ، وَ مَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَ لَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَهُوَ مِنِّيْ وَ أَنَا مِنْهُ وَ سَيَرِدُ عَلَيَّ الْحَوْضَ”.وَ قَدْ شَهِدَ جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللهِ قَوْلَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ هذَا لِكَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ.

264/264: Abū ‘Abdillāh Muḥammad bin ‘Abdillāh ash-Shaffār mengabarkannya kepada kami, Aḥmad bin Muḥammad bin ‘Īsā al-Qādhī menceritakan kepada kami, Abū Nu‘aim dan Aḥmad bin ‘Abdillāh bin Yūnus menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Sufyān menceritakan kepada kami.

Hadits Mis‘ar adalah:

Abū Muḥammad al-Isfarāyīnī mengabarkan kepada kami, ‘Abdullāh bin Aḥmad bin Ḥanbal menceritakan kepada kami, Hārūn bin Isḥāq al-Hamadānī menceritakan kepada kami, Muḥammad bin ‘Abd-il-Wahhāb al-Qannād menceritakan kepadaku, Sufyān menceritakan kepada kami dari Mis‘ar, dari Abū Ḥashīn, dari asy-Sya‘bī, dari ‘Āshim al-‘Adawī, dari Ka‘ab bin Ujrah, dia berkata: Rasūlullāh keluar menemui kami, dan saat itu kami berjumlah sembilan orang, dan dipisahkan oleh sandaran dari kulit berwarna merah lalu, Beliau bersabda: “Sesungguhnya sesudahku nanti akan ada para pemimpin, barang siapa membenarkan mereka karena kebohongan mereka dan menolong mereka atas kezhāliman mereka, maka dia tidak termasuk golonganku dan aku pun tidak termasuk golongannya, dan dia tidak akan sampai ke telagaku. Barang siapa tidak membenarkan mereka karena kebohongan mereka dan tidak menolong mereka atas kezhāliman mereka, maka dia termasuk golonganku dan aku pun termasuk golongannya, dan dia akan sampai di telagaku.” (3273)

Jābir bin ‘Abdullāh menyaksikan sendiri ketika Rasūlullāh mengatakan ini kepada Ka‘ab bin Ujrah.

265 – أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ جَعْفَرٍ الْقَطِيعِيُّ، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ، حَدَّثَنِيْ [ ص: 262 ] أَبِيْ، ثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَنْبَأَ مَعْمَرٌ، عَنِ ابْنِ خُثَيْمٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ سَابِطٍ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ، قَالَ لِكَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ: “أَعَاذَكَ اللهُ يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ مِنْ إِمَارَةِ السُّفَهَاءِ” قَالَ: وَ مَا إِمَارَةُ السُّفَهَاءِ؟ قَالَ: “أُمَرَاءُ يَكُوْنُوْنَ مِنْ بَعْدِيْ لَا يَهْتَدُوْنَ بِهَدْيِيْ وَ لَا يَسْتَنُّوْنَ بِسُنَّتِيْ، فَمَنْ صَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَ أَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ، فَأُولَئِكَ لَيْسُوْا مِنِّيْ وَ لَسْتُ مِنْهُمْ وَ لَا يَرِدُوْنَ عَلَيَّ حَوْضِيْ، وَ مَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَ لَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَأُولَئِكَ مِنِّيْ وَ أَنَا مِنْهُمْ وَ سَيَرِدُوْنَ عَلَيَّ حَوْضِيْ، يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ، الصَّوْمُ جُنَّةٌ، وَ الصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيْئَةَ، وَ الصَّلَاةُ قُرْبَانٌ – أَوْ قَالَ: بُرْهَانٌ – “.

265/265: Aḥmad bin Ja‘far al-Qathī‘ī mengabarkan kepada kami, ‘Abdullāh bin Aḥmad bin Ḥanbal menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepadaku, ‘Abd-ur-Razzāq menceritakan kepada kami, Ma‘mar memberitakan (kepada kami) dari Ibnu Khaitsam, dari ‘Abd-ur-Raḥmān bin Sābith, dari Jābir bin ‘Abdullāh, bahwa Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Ka‘ab bin Ujrah: “Wahai Ka‘ab bin Ujrah, semoga Allah melindungimu dari para pemimpin yang bodoh” Dia lalu bertanya: “Apa itu para pemimpin yang bodoh?” Beliau menjawab: “Yaitu para pemimpin sesudahku, mereka tidak memberikan petunjuk dengan petunjukku dan tidak meng‘amalkan Sunnahku. Barang siapa membenarkan mereka karena kebohongan mereka dan menolong mereka atas kezhāliman mereka, maka mereka bukan termasuk golonganku dan aku pun bukan termasuk golongannya, serta mereka tidak akan sampai ke telagaku. Barang siapa tidak membenarkan mereka karena kebohongan mereka dan tidak menolong mereka atas kezhāliman mereka, maka mereka termasuk golonganku dan aku pun termasuk golongannya, dan dia akan sampai di telagaku. Wahai Ka‘ab bin Ujrah, puasa adalah tameng, sedekah adalah pelebur (penghilang) kesalahan, dan shalat adalah (sarana untuk) mendekatkan diri —atau beliau berkata: Bukti…..” (3284)

266 – حَدَّثَنَا أَبُوْ عَبْدِ اللهِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوْبَ الْحَافِظُ، ثَنَا يَحْيَى بْنُ مُحَمَّدٍ، ثَنَا عَيَّاشُ بْنُ الْوَلِيْدِ الرَّقَّامُ، ثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى، ثَنَا حُمَيْدٌ، عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: “دَخَلْتُ الْجَنَّةَ فَإِذَا أَنَا بِنَهْرٍ يَجْرِيْ حَافَّتَاهُ خِيَامُ اللُّؤْلُؤِ، فَضَرَبْتُ بِيَدِيْ إِلَى مَجْرَى الْمَاءِ، فَإِذَا مِسْكٌ أَذْفَرُ، فَقُلْتُ لِجِبْرِيْلَ: مَا هذَا؟ قَالَ: هذَا الْكَوْثَرُ الَّذِيْ أَعْطَاكَهُ رَبُّكَ عَزَّ وَ جَلَّ”.”هذَا حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ وَ لَمْ يُخْرِجَاهُ بِهذَا اللَّفْظِ”.

266/266: Abū ‘Abdillāh Muḥammad bin Ya‘qūb al-Ḥāfizh menceritakan kepada kami, Yaḥyā bin Muḥammad menceritakan kepada kami, ‘Ayyāsy bin Walīd ar-Raqqām menceritakan kepada kami, ‘Abd-ul-A‘lā bin ‘Abd-il-A‘lā menceritakan kepada kami, Ḥumaid menceritakan kepada kami dari Anas, dia berkata: Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku telah masuk surga. Ketika aku berada di sebuah sungai yang di dua tepinya terdapat tenda-tenda dari mutiara, aku lalu memukulkan tanganku ke aliran air, ternyata dia merupakan misik yang sangat harum. Aku kemudian bertanya kepada Jibrīl: “Apakah ini? Dia menjawab: “Ini adalah alKautsar yang telah diberikan Tuhanmu kepadamu.” (3295)

Hadits ini shaḥīḥ sesuai syarat al-Bukhārī dan Muslim, tapi keduanya tidak meriwayatkannya dengan redaksi ini.

Catatan:

  1. (325). Adz-Dzahabī berkata dalam at-Talkhīsh: “Hadits ini sesuai syarat Muslim.
  2. (326). Adz-Dzahabī berkata dalam at-Talkhīsh: “Hadits ini diriwayatkan oleh Mālik bin Mighwal dari asy-Sya‘bī, dan ia menggugurkan ‘Āshim darinya.”Aḥmad (al-Musnad, 5/111 dan 6/395).
  3. (327). Lih. hadits no. 263.
  4. (328). Lih. hadits no. 263.

    Al-Baihaqī (Dalā’il-un-Nubuwwah, 6/522) dari jalur al-Ḥākim; at-Tirmidzī (Sunan at-Tirmidzī, 4/525); dan ‘Abd-ur-Razzāq (al-Mushannaf, 9/207).

    Al-Ḥākim meriwayatkannya lagi dalam bab makanan, sedangkan adz-Dzahabī tidak mengomentari hadits ini dalam at-Talkhīsh.

    Dia juga meriwayatkannya lagi untuk ketiga kalinya dalam bab fitnah dan bencana dari jalur ‘Abd-ur-Razzāq dan dia menilai hadits tersebut shaḥīḥ.

    Adz-Dzahabī berkata dalam at-Talkhīsh: “Hadits ini shaḥīḥ.”

  5. (329). Adz-Dzahabī berkata dalam at-Talkhīsh: “Hadits ini sesuai syarat al-Bukhārī dan Muslim.