Hati Senang

Al-Mu’jam-ash-Shaghir – Yang Bernama Ahmad (52-53/100): Seseorang Bersama Yang Dicintainya Dan Periode Kehidupan Umat Islam

Cover Buku al-Mu'jam ash-Shaghir ath-Thabrani
Al-Mu‘jam-ush-Shaghīr (Judul Asli: Al-Muhalla) Oleh: Abul-Qasim Sulaiman bin Ahmad ath-Thabrani Penerjemah: Anshari Taslim Penerbit: PUSTAKA AZZAM

رقم الحديث: 25
(حديث مرفوع) حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَمْرٍو الْخَلَالُ الْمَكِّيُّ أَبُوْ عَبْدِ اللهِ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ عِمْرَانَ الْعَابِدِيُّ، حَدَّثَنَا فُضَيْلُ بْنُ عِيَاضٍ، عَنْ مَنْصُوْرٍ، عَنْ إِبْرَاهِيْمَ، عَنِ الْأَسْوَدِ، عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ، فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، “وَ اللهِ إِنَّكَ لَأَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِيْ، وَ إِنَّكَ لَأَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَهْلِيْ وَ مَالِيْ، وَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ وَلَدِيْ، وَ إِنِّيْ لَأَكُوْنُ فِي الْبَيْتِ، فَأَذْكُرُكَ فَمَا أَصْبِرُ حَتَّى آتِيَكَ، فَأَنْظُرَ إِلَيْكَ، وَ إِذَا ذَكَرْتُ مَوْتِيْ وَ مَوْتَكَ عَرَفْتُ أَنَّكَ إِذَا دَخَلْتَ الْجَنَّةَ رُفِعَتْ مَعَ النَّبِيِّيْنَ، وَ إِنِّيْ إِذَا دَخَلْتُ الْجَنَّةَ خَشِيْتُ أَنْ لَا أَرَاكَ، فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ شَيْئًا حَتَّى نَزَلَ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ بِهذِهِ الْآيَةِ: وَ مَنْ يُطِعِ اللهَ وَ الرَّسُوْلَ فَأُولئِكَ مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَ الصِّدِّيْقِيْنَ وَ الشُّهَدَاءِ وَ الصَّالِحِيْنَ سورة النساء آية 96” ، لَمْ يَرْوِهِ عَنْ مَنْصُوْرٍ، عَنْ إِبْرَاهِيْمَ، عَنِ الْأَسْوَدِ، عَنْ عَائِشَةَ، إِلَّا فُضَيْلٌ، تَفَرَّدَ بِهِ عَبْدُ اللهِ بْنُ عِمْرَانَ.

  1. Aḥmad bin ‘Amr al-Khallāl al-Makkī Abū ‘Abdullāh (1661) menceritakan kepada kami, ‘Abdullāh bin ‘Imrān al-‘Ābidī menceritakan kepada kami, Fudhail bin ‘Iyādh menceritakan kepada kami, dari Manshūr, dari Ibrāhīm, dari al-Aswad, dari ‘Ā’isyah yang berkata: Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi s.a.w. dan berkata: “Wahai Rasūlullāh, demi Allah, engkau adalah orang yang lebih aku cintai daripada diriku sendiri, engkau lebih aku cintai daripada keluarga dan hartaku, lebih aku cintai daripada anakku. Aku berada di rumah lalu aku mengingat dirimu membuatku tak sabar ingin segera bertemu lagi denganmu. Kalau aku ingat kematianku dan kematianmu maka sadarlah aku bahwa kau akan masuk surga diangkat bersama para nabi, sedangkan aku kalaupun aku masuk surga aku takut tidak bisa lagi melihatmu.”

Rasūlullāh s.a.w. tidak menjawab pernyataan orang ini sampai datanglah Jibril a.s. membawa ayat ini: “Barang siapa yang mentaati Allah dan Rasūl(-Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh…” (an-Nisā’[4]: 69).

Tidak ada yang meriwayatkan hadits ini dari Manshūr dari Ibrāhīm dari al-Aswad dari ‘Ā’isyah kecuali Fudhail, dan hanya ‘Abdullāh bin ‘Imrān yang meriwayatkannya.

Isnād: Diriwayatkan pula oleh ath-Thabrānī dalam al-Awsath. Al-Haitsamī mengatakan: “Para perawinya adalah perawi kitab shaḥīḥ kecuali ‘Abdullāh bin ‘Imrān al-‘Ābidī tapi dia tsiqah.” (1672).

رقم الحديث: 35
(حديث مرفوع) حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ زَيْدِ بْنِ هَارُوْنَ الْمَكِّيُّ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ الْمُنْذِرِ الْحِزَامِيُّ، حَدَّثَنَا مَعْنُ بْنُ عِيْسَى الْقَزَّازُ، حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ، عَنْ وَهْبِ بْنِ كَيْسَانَ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ، قَالَ: ” إِنَّمَا أَجَلُكُمْ فِيْمَا خَلَا قَبْلَكُمْ مِنَ الْأُمَمِ كَمَا بَيْنَ صَلَاةِ الْعَصْرِ إِلَى مَغْرِبِ الشَّمْسِ”، لَمْ يَرْوِهِ عَنْ مَالِكٍ، إِلَّا مَعْنٌ تَفَرَّدَ بِهِ إِبْرَاهِيْمُ بْنُ الْمُنْذِرِ.

  1. Aḥmad bin Zaid bin Hārūn al-Makkī (1683) menceritakan kepada kami, Ibrāhīm bin al-Mundzir al-Ḥizāmī menceritakan kepada kami, Ma‘n bin ‘Īsā al-Qazzāz menceritakan kepada kami, Mālik bin Anas menceritakan kepada kami, dari Wahb bin Kaisān, dari Ibnu ‘Umar bahwa Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya ajal kalian (umat Islam-ed.) (atau boleh dikatakan-ed. batas waktu menjelang kiamat) dihitung sejak umat sebelum kalian, hanya bagaikan waktu antara shalat ‘Ashar sampai terbenamnya matahari.

Tidak ada yang meriwayatkannya dari Mālik kecuali Ma‘n dan hanya Ibrāhīm bin al-Mundzir yang meriwayatkan hadits ini darinya.

Isnād: Diriwayatkan pula oleh ath-Thabrānī dalam al-Awsath. Al-Haitsamī berkata: “Isnād yang ada dalam al-Awsath dan ash-Shaghīr adalah para perawi kitab shaḥīḥ. Dia juga meriwayatkannya dalam al-Kabīr dengan tambahan redaksi, tapi dalam sanad-nya ada Syarīk yang dianggap tsiqah sedangkan perawi sisanya adalah perawi kitab shaḥīḥ.” (1694).

Catatan:

  1. (166). Saya (Imam Thabrani-ed.) belum menemukannya.
  2. (167). Majma‘-uz-Zawā’id (7/7).
  3. (168). Saya belum menemukannya.
  4. (169). Majma‘-uz-Zawā’id (10/311), al-Kabīr (12/338), juga dikeluarkan oleh Aḥmad, al-Bukhārī dan at-Tirmidzī dengan redaksi lain. Lihat Fatḥ-ul-Bārī (4/445).
Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.