بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
1. BAB FIRMAN ALLAH s.w.t.:
وَ وَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا
“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya.”
Abū Nashr memberitakan kepada kami, Aḥmad bin Muḥammad bin Ḥasan bin Ḥamīd bin Hārūn bin ‘Abd-ul-Jabbār al-Bukhārī, dikenal dengan nama Ibnu Niyāzikī – melalui pembacaan kepadanya yang lantas ditetapkannya, dia datang kepada kami saat menunaikan ibadah haji pada bulan Shafar, tahun tiga ratus tujuh puluh (370 H.) – mengatakan: Abū Khair memberitakan kepada kami, Aḥmad bin Muḥammad bin Jalīl bin Khālid bin Ḥuraits al-Bukhārī al-Karmānī al-Abqasī al-Bazzār – tahun tiga ratus dua puluh dua (322 H.) – mengatakan: Abū ‘Abdillūh menyampaikan kepada kami, Muḥammad bin Ismā‘īl bin Ibrāhīm bin Mughīrah bin Aḥnāf al-Ja‘fī al-Bukhārī mengatakan:
حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيْدِ، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، قَالَ: الْوَلِيْدُ بْنُ الْعَيْزَارِ: أَخْبَرَنِيْ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا عَمْرٍو الشَّيْبَانِيَّ، يَقُوْلُ: حَدَّثَنَا صَاحِبُ هذِهِ الدَّارِ، وَ أَوْمَأَ بِيَدِهِ إِلَى دَارِ عَبْدِ اللهِ، قَالَ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: “أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ تَعَالَى قَالَ: الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا، قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟، قَالَ: ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ، قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: ثُمَّ الْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ”. قَالَ: حَدَّثَنِيْ بِهِنَّ، وَ لَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِيْ
1. Abū Walīd menyampaikan kepada kami dengan mengatakan: Syu‘bah menyampaikan kepada kami dengan mengatakan: Al-Walīd bin ‘Aizār memberitakan kepadaku dengan mengatakan: Aku mendengar Abū ‘Amr asy-Syaibānī mengatakan: “Pemilik rumah ini – dia menunjuk rumah ‘Abdullāh (bin Mas‘ud) – menyampaikan kepada kami dengan mengatakan: “Aku bertanya kepada Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam: “Amal apakah yang paling dicintai Allah ‘azza wa jalla?.” Beliau menjawab: “Shalat tepat pada waktunya”. Aku bertanya: “Kemudian apa?” Beliau menjawab: “Kemudian berbakti kepada kedua orang tua”. Aku bertanya: “Kemudian apa?” Beliau menjawab: “Kemudian berjihad di jalan Allah”.” ‘Abdullāh mengatakan: “Beliau telah menyampaikan hal itu kepadaku. Dan seandainya aku meminta tambahan, niscaya beliau akan menambahkan untukku.”
Shaḥīḥ. Al-Irwā’ 1198, [al-Bukhārī: 9. Kitābu Mawāqīt-ush-Shalāt (Ketentuan-ketentuan terkait waktu shalat), 5- Bab Fadhl-ush-Shalāti li Waqtihā (Bab keutamaan shalat tepat waktu). Muslim: 1-Kitāb-ul-Īmān (Kitab Iman), hadits nomor 137, 138, 139, 140)