حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيْرٍ، قَالَ: أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، قَالَ: حَدَّثَنِيْ سَعْدُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ، عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمنِ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: “مِنَ الْكَبَائِرِ أَنْ يَشْتِمَ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ، فَقَالُوْا: كَيْفَ يَشْتِمُ؟، قَالَ: يَشْتِمُ الرَّجُلَ، فَيَشْتُمُ أَبَاهُ وَ أُمَّهُ.”
- Muḥammad bin Katsīr menyampaikan kepada kami dengan mengatakan: Sufyān memberitakan kepada kami, dia mengatakan: Sa‘d bin Ibrāhīm menyampaikan kepadaku: Dari Ḥumaid bin ‘Abd-ir-Raḥmān: Dari ‘Abdullāh bin ‘Amr, dia mengatakan: “Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مِنَ الْكَبَائِرِ أَنْ يَشْتِمَ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ، فَقَالُوْا: كَيْفَ يَشْتِمُ؟، قَالَ: يَشْتِمُ الرَّجُلَ، فَيَشْتُمُ أَبَاهُ وَ أُمَّهُ.
“Adalah termasuk dosa besar bila seseorang mencela kedua orang tuanya.” Mereka (para sahabat) pun bertanya: “Bagaimana mungkin dia mencela (orang tuanya sendiri)? Beliau bersabda: “Dia mencela orang lain, lantas orang itu mencela ayah dan ibunya.”
Shaḥīḥ, (di dalam kitab) at-Ta‘līq-ur-Rāghib (3/221). [al-Bukhārī, 78, Kitāb-ul-Adab (Kitab adab), 4- Bābu Lā Yasubb-ur-Rajulu Wālidaihi (Bab seseorang tidak boleh mencela kedua orang tuanya). Muslim, 1-Kitāb-ul-Īmān (Kitab iman), hadits nomor 146.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَّامٍ، قَالَ: أَخْبَرَنَا مَخْلَدٌ، قَالَ: أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ، قَالَ: سَمِعْتُ مُحَمَّدَ بْنَ الْحَارِثِ بْنِ سُفْيَانَ يَزْعُمُ، أَنَّ عُرْوَةَ بْنَ عِيَاضٍ أَخْبَرَهُ، أَنَّهُ سَمِعَ عَبْدَ اللهِ بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، يَقُوْلُ: “مِنَ الْكَبَائِرِ عِنْدَ اللهِ تَعَالَى أَنْ يَسْتَسِبَّ الرَّجُلُ لِوَالِدِهِ”
- Muḥammad bin Sallām menyampaikan kepada kami dengan mengatakan: Makhlad memberitakan kepada kami, dia mengatakan: Ibnu Juraij memberitakan kepada kami dengan mengatakan: Aku mendengar Muḥammad bin Ḥārits bin Sufyān: menyatakan bahwa ‘Urwah bin ‘Iyādh memberitakan kepadanya bahwa dia mendengar ‘Abdullāh bin ‘Amr bin al-‘Āsh berkata:
مِنَ الْكَبَائِرِ عِنْدَ اللهِ تَعَالَى أَنْ يَسْتَسِبَّ الرَّجُلُ لِوَالِدِهِ.
“Adalah termasuk dosa besar di sisi Allah ta‘ālā bila seseorang menjadi sebab orang tuanya dicaci.”
Ḥasan isnād.