012 Ketinggian Para Nabi – Pancaran Spiritual – al-Qunawi

PANCARAN SPIRITUAL
TELAAH 40 HADITS SUFISTIK

(Diterjemahkan dari: Syarḥ-ul-Arba‘īna Ḥadītsan)
Oleh: SHADR-UD-DĪN Al-QUNĀWĪ

Penerjemah: Irwan Kurniawan
Penerbit: PT LENTERA BASRITAMA

HADITS KEDUABELAS

(Ketinggian Para Nabi)

 

Ditegaskan dari Rasūlullāh s.a.w. bahwa beliau bersabda: “Sejahat-jahat manusia adalah orang yang membunuh atau dibunuh oleh seorang nabi” (11).

Penyingkapan Rahasia dan Penjelasan Maknanya.

Ketahuilah, bahwa kebencian dan permusuhan adalah termasuk hal-hal yang dapat membedakan antara satu pihak dari dua orang yang saling membenci dengan pihak lainnya. Sebagaimana juga motif untuk mencintai merupakan kekuatan hubungan antara dua orang yang saling mencintai sebagai sesuatu yang dapat menyatukan. Jika engkau memahami hal ini, maka ketahuilah bahwa para nabi memiliki kemuliaan, ketinggian, cahaya, dan derajat di atas kebanyakan orang. Derajat-derajat kebanyakan orang ada yang tinggi dan ada yang rendah menurut dekat dan ada yang lebih dekat, dan ada pula yang jauh dan yang lebih jauh. Orang yang paling rendah derajatnya adalah al-muqābil, karena pemilik ketinggian yang sempurna tidak dapat menerima kecuali orang yang lebih rendah derajatnya. Apabila tempatnya berada pada maqām-ul-muqābalah, ia akan sangat memusuhi yang tinggi. Apabila pertentangan itu sampai ada klimaksnya, maka terjadilah pembunuhan. Sebab, musuh akan berusaha menghalangkan saingannya. Inilah sifat pembunuh nabi.

Adapun yang berlaku pada orang yang dibunuh nabi, maka hal itu karena para nabi merupakan wakil al-Ḥaqq dan manifestasi kasih-sayangNya. Sebab diutusnya mereka adalah karena kasih-sayang Allah kepada mukhluk-Nya. Maka mereka dijadikan berwatak mengasihi makhluk serta diperintahkan membimbing dan membebaskan mereka dari kegelapan kekufuran, kebodohan, dan keraguan. Mereka adalah orang-orang yang memiliki pandangan hati yang sempurna. Sehingga mereka tidak membunuh seseorang kecuali setelah berputus asa dari menyelamatkan dan setelah yakin bahwa kehidupan orang itu merupakan penyebab bertambah kesengsaraannya, serta bahayanya akan mengenai orang yang layak memperoleh ketinggian dalam derajat-derajat kebahagiaan. Maka para nabi membunuhnya berdasarkan ketentuan-ketentuan kasih-sayang juga.

Karena setiap nabi yang diutus merupakan manifestasi sebagian ketentuan-ketentuan kasih-sayang, maka risalahnya terikat dan terbatas pada kelompok tertentu saja. Tetapi karena Nabi kita s.a.w. merupakan manifestasi dari hakikat kasih-sayang, maka pengutusannya bersifat umum. Hal itu disebutkan dalam firman Allah s.w.t.: “Dan tiadalah Kami mengutusmu melainkan untuk [menjadi] rahmat bagi semesta alam.” (QS. al-Anbiyā’: 107). Kemunculan kasih-sayangNya disempurnakan dengan syafaat yang menyebabkan munculnya kepemimpinan terhadap seluruh manusia, sehingga orang yang memiliki derajat syafaat dari kalangan malaikat, para nabi, para wali, dan orang-orang mu’min, tidak dapat memberi syafaat kecuali setelah syafaatnya. Pahami dan kajilah rahasia penjelasan dan sabda Rasūlullāh s.a.w. di dalam hadits yang lafalnya pendek ini berupa rahasia dan faedah yang mengingatkan pada sebagian kesempurnaannya. Sehingga, tumbuhlah ta‘zhimmu kepadanya.

Semoga Allah memberi taufiq.

Catatan:


  1. 1). Saya tidak menemukannya di dalam sumber-sumber rujukan. 

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *