009 Sifat-sifat Tercela Jika Menjadi Kuat – Pancaran Spiritual – al-Qunawi

PANCARAN SPIRITUAL
TELAAH 40 HADITS SUFISTIK

(Diterjemahkan dari: Syarḥ-ul-Arba‘īna Ḥadītsan)
Oleh: SHADR-UD-DĪN Al-QUNĀWĪ

Penerjemah: Irwan Kurniawan
Penerbit: PT LENTERA BASRITAMA

HADITS KESEMBILAN

(Sifat-sifat Tercela Jika Menjadi Kuat)

 

Ditegaskan dari Rasūlullāh s.a.w. bahwa beliau bersabda: “Ada tiga orang yang tidak Allah ajak bicaya, tidak dipandang, dan tidak disucikan-Nya pada hari kiamat. Bagi mereka adzab yang pedih Mereka adalah raja pendusta, orang tua pezina, dan orang miskin yang sombong.” (11).

 

Penyingkapan Rahasia dan Penjelasan Maknanya.

Ketahuilah, bahwa dusta dapat dibagi ke dalam dua bagian, yaitu dzātī dan shifatī. Shifatī terbatas pada dua motif, yaitu raghbah (harapan) dan rahbah (takut). Raja, pada aspek lahir, merupakan tempat bagi raghbah dan rahbah. Dalam hubungannya dengan rakyat, ia tidak takut kepada mereka atau mengharapkan apa yang ada pada mereka, yang membuatnya berani berbuat dusta. Apabila raja itu pendusta, maka dia tidak memiliki motif selain mengikuti tabiatnya yang merupakan sifat dzātī baginya. Sifat-sifat dzātī bawaan menghasilkan akibat yang sesuai dengannya. Maka pahamilah.

Adapun orang tua pezina, rahasia di dalam hal itu adalah karena zina anak muda itu beralasan. Karena, tabiat mendorongnya memenuhi syahwat. Maka itu bisa dimaklumi. Bahkan tidak munculnya hal itu merupakan suatu keanehan. Karena itu, Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Tuhanmu merasa heran kepada pemuda yang tidak memiliki hasrat (pada syahwat).” (22). Adapun orang tua, syahwat dan kekuatannya sudah menurun. Apabila dia menjadi pezina, hal itu hanya disebabkan tabiatnya yang buruk. Dia memiliki watak yang cenderung pada keburukan. Maka hal itu menjadi sifat dzātī baginya. Hal itu menghasilkan akibat yang buruk, sebagaimana telah dijelaskan pada ihwal raja pendusta di atas.

Kesombongan pun terbagi ke dalam dua bagian, yaitu dzātī dan shifatī. Kesombongan shifatī terbatas pada dua motif, yaitu harta dan kedudukan. Kesombongan yang ada di antara manusia, kendati jelek menurut akal dan syariat, tetapi bagi pemilik harta dan kedudukan adalah beralasan. Adapun orang miskin yang tidak memiliki harta dan kedudukan, jika dia bersikap sombong, maka itu tidak beralasan dari sisi mana pun. Jika demikian, maka kesombongannya itu merupakan sifat dzātī yang melekat pada dirinya. Tidak diragukan, hal itu menyebabkan akibat buruk sebagaimana ditunjukkan Rasūlullāh s.a.w.

Pahami dan kajilah rahasia-rahasia ini, maka engkau mendapat petunjuk, in syā’ Allāh.

 

Catatan:


  1. 1). Diriwayatkan oleh Muslim di dalam bab al-Īmān, hal.172 dan an-Nasā’ī di dalam bab al-Buyū‘, hal. 5-6. 
  2. 2). Diriwayatkan oleh Abusy-Syaikh dan ad-Dailamī dengan berbagai redaksi. Lihat Kasyf-ul-Khafā’ oleh al-‘Ajlūnī, juz I, hal. 246, hadits no. 748. 

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *