Hati Senang

Fihi Ma Fihi | Pasal 3 : Matilah Kalian Sebelum Kalian Mati (1/2)

Fihi Ma Fihi Jalaluddin Rumi Penerjemah: 'Isa 'Ali Al-'Akub Penerbit : FORUM, Yogyakarta

Amir Barwanah berkata:

“Sungguh hati dan jiwaku ini sangat ingin melayani Allah siang dan malam, akan tetapi karena kesibukanku dengan urusan-urusan Mongol, aku jadi tidak bisa mewujudkan keinginan untuk bersua dengan-Nya.”

Maulana Rumi menjawab:

“Sesungguhnya yang kamu lakukan ini juga merupakan bentuk khidmat (melayani) Allah, karena yang kamu lakukan itu menjadi media untuk memberikan rasa aman dan perlindungan bagi para Muslim. Kamu telah mengorbankan jiwa, harta, dan ragamu untuk membuat mereka semua memperoleh ketenangan dalam melaksanakan berbagai ketaatan kepada Allah. Tentu saja hal ini juga merupakan amal yang baik. Allah telah menganugerahimu kecenderungan kepada amal yang baik ini. Rasa cintamu yang besar pada apa yang kamu lakukan ini merupakan bukti pertolongan Allah. Sebaliknya, jika rasa cintamu yang besar pada perkerjaan ini hilang, maka itu adalah bukti hilangnya pertolongan Allah. Dalam kasus ini, ketika Allah tidak menginginkan pekerjaan baik dan penting ini jatuh ke tangan orang lain, itu berarti bahwa orang lain itu tidak berhak atas pahala dan derajat-derajat yang tinggi.”

Contohnya adalah bak mandi yang panas; tentu saja panas itu berasal dari bahan-bahan seperti jerami, kayu bakar, rabuk, dan lain sebagainya, yang dibakar di tungku. Dengan cara yang sama, Allah menunjukkan beberapa hal yang dari luarnya tampak sebagai sesuatu yang buruk dan dibenci, namun justru sebenarnya merupakan sebuah pertolongan Allah untuk membuatnya suci.

Di bak mandi yang panas ini, orang yang mandi di dalamnya dibakar (disucikan) dengan media-media yang tadi disebutkan, dan kemudian menjadi manfaat bagi orang lain. Pada saat itu beberapa sahabat datang. Maulana Rumi meminta maaf sembari berkata:

“Jika aku tidak datang kepada kalian serta tidak berbicang dan bertanya kepadamu, itu sesungguhnya adalah sebuah penghormatan. Sebab bentuk penghormatan pada hal apapun haruslah sesuai dengan waktu terjadinya sesuatu itu.”

Ketika mendirikan salat misalnya, seseorang tidak seharusnya menghentikan salatnya dan memberikan salam kepada ayah dan saudaranya saat mereka datang. Sikap acuh seseorang kepada orang-orang yang dikasihi dan para kerabatnya saat ia sedang mendirikan salat justru merupakan inti dari kepedulian dan bentuk keramahan yang sesungguhnya dari orang itu. Sebab ketika ia tidak menghentikan ketaatan dan perjumpaannya dengan Allah ketika salat dan tidak merasa terganggu oleh kedatangan mereka, maka ayah, saudara, dan kerabatnya tidak akan mendapatkan dosa dan terbebas dari siksa-Nya. Inilah bentuk kepedulian sesungguhnya dari orang yang sedang salat, yaitu menghindarkan mereka dari siksa.

Seseorang bertanya:

“Apakah ada cara lain yang lebih dekat kepada Allah daripada salat?

Maulana Rumi menjawab:

“Ada, yaitu salat juga. Tetapi bukan salat dalam bentuk luarnya saja.”

Salat yang kamu sebut dalam pertanyaanmu tadi adalah bentuk dari salat itu sendiri, karena ia memiliki pembuka dan penutup. Sementara semua hal yang memiliki pembuka dan penutup dinamakan bentuk, takbiratul ihram adalah pembuka salat, dan salam adalah penutupnya. Sama halnya dengan syahadat. Syahadat bukan merupakan sesuatu yang dilafalkan dengan bibir saja, tetapi syahadat juga memiliki permulaan dan akhiran. Segala sesuatu yang diekspresikan dengan kata, suara, dan memiliki awalan serta akhiran adalah bentuk dan kerangka. Sementara jiwa dari syahadat itu tidaklah terbatas dan tidak memiliki titik akhir, tak bermula dan tak berakhir.

Masih ada sesuatu yang lain, yaitu salat yang ditunjukkan para Nabi. Nabi Muhammad Saw. menjelaskan perihal salat ini kepada kita semua melalui sabdanya:

“Aku memiliki sebuah waktu bersama Allah yang tidak dapat dideteksi oleh nabi-nabi lain maupun para malaikat yang dekat dengan Allah.”

Dari sini, bisa kita pahami bahwa yang dimaksud oleh Rasulullah adalah jiwa (roh)nya salat. Bukan semata bentuk luarnya saja, melainkan kekhusyukan yang sempurna.

(bersambung)

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.