Hati Senang

Fihi Ma Fihi | Pasal 1 : Semuanya Karena Allah (1/4)

Fihi Ma Fihi Jalaluddin Rumi Penerjemah: 'Isa 'Ali Al-'Akub Penerbit : FORUM, Yogyakarta

SEMUANYA KARENA ALLAH

Rasulullah Saw. bersabda: “Seburuk-buruknya ulama adalah mereka yang mengunjungi para pemimpin, dan sebaik-baiknya para pemimpin adalah mereka yang mengunjungi ulama. Sebaik-baik pemimpin adalah ia yang berada di depan pintu rumah orang fakir, dan seburuk- buruk orang fakir adalah ia yang berada di depan pintu rumah pemimpin.

Banyak orang yang merasa puas hanya dengan memahami makna redaksi hadis ini secara tekstual, bahwa seorang ulama tidak seharusnya mengunjungi para pemimpin agar tidak menjadi seburuk-buruknya ulama. Padahal makna yang sebenarnya dari hadis tersebut bukanlah seperti itu, melainkan bahwa seburuk-buruk ulama adalah mereka yang bergantung kepada para pemimpin, semua yang mereka lakukan demi mendapatkan simpati dari para pemimpin. Sementara ilmu yang mereka miliki, sejak awal diniatkan sebagai media agar mereka dapat bercengkerama dengan para pemimpin, agar diberi penghormatan dan jabatan yang tinggi. Mereka mengubah dirinya dari bodoh menjadi berilmu semata-mata demi para pemimpin.

Ketika ulama itu menjadi terpelajar dan berpendidikan karena takut pada para pimpinan dan ingin dipuji, maka ia akan menjadi tunduk pada kekuasaan dan arahan sang pemimpin. Mereka menyenangkan diri dengan penuh harap agar sang pemimpin memerhatikan. Jadi, tidak peduli apakah ulama itu yang datang mengunjungi pemimpin atau pemimpin itu yang mengunjungi ulama, tetap menjadikan ulama sebagai pengunjung dan pemimpinlah yang dikunjungi.

Sementara ketika seorang ulama menuntut ilmu bukan demi seorang pemimpin, melainkan karena Allah semata sejak awal hingga akhir, maka tingkah laku dan kebiasaannya akan sesuai dengan jalan yang benar karena memang itulah tabiatnya dan mereka tidak akan mampu untuk melakukan hal yang sebaliknya, seperti ikan yang tidak bisa hidup dan tumbuh berkembang kecuali di dalam air. Ulama semacam ini memiliki akal yang dapat mengontrol dan mencegah dirinya dari perbuatan buruk. Pada waktu yang bersamaan, semua orang yang semasa dengannya akan tercerahkan dan segan kepadanya. serta memperoleh bantuan-bantuan dari cahaya dan perumpamaan-perumpamaannya, baik mereka sadari atau tidak.

Ketika ulama semacam ini datang mengunjungi pemimpin, maka sejatinya dialah yang dikunjungi dan pemimpin adalah pengunjungnya. Karena dalam segala kondisi, pemimpin itulah yang memperoleh pertolongan-pertolongan dan banyak manfaat darinya. Ulama ini tidak butuh kepada pemimpin itu. la laksana matahari yang memancarkan cahayanya, yang tugasnya adalah untuk memberi kepada semua makhluk, yang mengubah bebatuan menjadi akik dan yakut, yang menyulap gunung di bumi menjadi tambang-tambang tembaga, emas, perak, dan besi, yang menjadikan bumi hijau bersemi, dan yang memberkati pepohonan dengan buah-buahan yang berlimpah. Pekerjaan ulama ini adalah memberi dan tidak menerima. Dalam sebuah peribahasa Arab disebutkan: “Kami telah belajar untuk memberi, tapi tidak untuk menerima.” Dalam kondisi apapun, ulama yang sesungguhnya adalah yang dikunjungi, dan para pemimpin yang mengunjungi.

Tiba-tiba muncul sebuah pikiran dalam benakku untuk menafsirkan satu ayat al-Qur’an, meskipun ayat ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan pembahasan yang sedang kita bahas. Akan tetapi, ide ini terlintas di kepalaku sekarang, dan aku akan mengungkapkannya agar bisa diingat. Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّمَن فِي أَيْدِيكُم مِّنَ الأسْرَى إِن يَعْلَمِ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ خَيْراً يُؤْتِكُمْ خَيْراً مِّمَّا أُخِذَ مِنكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ.

“Hai Nabi, katakanlah kepada tawanan-tawanan yang ada di tanganmu: “Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam hatimu, niscaya Dia akan memberikan kepadamu yang lebih baik dari apa yang telah diambil daripadamu dan Dia akan mengampuni kamu,” dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Anfal: 70)

(bersambung)

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.