BAGIAN TIGA
Benar mempunyai banyak pengertian. Pengertian pertama diberikan kepada seorang hamba yang kembali pada jalan Allah s.w.t dengan cara bertaubat yang sejati. Hal ini sebagaimana yang disinyalir oleh beberapa firman Allah s.w.t. berikut ini:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا تُوْبُوْا إِلَى اللهِ تَوْبَةً نَّصُوْحًا
“Wahai, orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kalian kepada Allah s.w.t. dengan taubat yang sebenarnya.” (at-Taḥrīm: 8)
وَ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ جَمِيْعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kalian kepada Allah s.w.t. agar menjadi orang-orang yang beruntung.” (an-Nūr: 31)
لَقَدْ تَّابَ اللهُ عَلَى النَّبِيِّ وَ الْمُهَاجِرِيْنَ وَ الْأَنْصَارِ
“Sesungguhnya Allah s.w.t. telah menerima taubat-Nya Muḥammad s.a.w. orang-orang Muhājirīn dan orang-orang Anshār.” (at-Taubah: 117).
Langkah pertama bertaubat adalah kamu menyesal karena telah melalaikan perintah Allah s.w.t. dan juga karena mengabaikan larangan-Nya, seraya memperteguh hati untuk tidak akan kembali mengulangi perbuatan-perbuatan yang dibenci-Nya. Hal ini dibarengi dengan laku terus-menerus memohon ampunan-Nya, mengembalikan semua harta milik orang lain, mengaku bersalah kepada-Nya dan kepada si pemilik harta tersebut, senantiasa merasa takut, bersedih, merasa khawatir tidak benar dalam bertaubat, merasa takut kalau taubatnya tidak diterima, (51) dan tidak pernah merasa aman karena Allah s.w.t. telah menyaksikanmu berbuat yang dimurkai-Nya, lalu Dia akan mengutukmu.
Dalam suatu riwayat, al-Ḥasan al-Bashrī r.a. pernah berkata: “Aku tidak pernah merasa nyaman, manakala Allah s.w.t. menyaksikanku melakukan suatu perbuatan yang dibenci-Nya, lalu Dia berfirman: “Berbuatlah sesukamu, karena Aku tidak akan mengampunimu.” Dalam riwayat lain, beliau berkata: “Aku takut jika Allah s.w.t. melemparkanku ke dalam neraka, sedangkan Dia tidak peduli kepadaku.”
Selain itu, ada juga sebuah keterangan yang menyatakan bahwa ada seorang ‘ulamā’ yang pernah bertemu dengan beberapa orang yang sudah meninggal. Kala itu, ia berkata: “Apakah kamu sudah bertaubat?” Ia menjawab: “Sudah” “Apakah taubatmu diterima?” tanyanya lagi, bertaubat lagi, sampai kamu tahu bahwa taubatmu diterima,” katanya. Setelah itu, ia lantas bersyair:
Kesedihan orang yang kehilangan ayah pasti berakhir
Namun kesedihan orang yang bertaubat sejati tidak ada akhirnya.
Di antara ciri benar dalam taubat adalah menjauhi kawan yang menjadi sebab dirinya melalaikan perintah Allah s.w.t. Ia harus menjauhi mereka dan menganggapnya sebagai musuh, sampai mereka mengubah sikap dan kembali ke jalan Allah s.w.t. Hal ini sebagaimana yang difirmankan oleh Allah s.w.t.:
الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِيْنَ
“Teman-teman akrab pada hari itu saling bermusuhan, kecuali orang-orang yang bertaqwā.” (62) (az-Zukhrūf: 67).
Ciri lainnya adalah menghilangkan keinginan hati untuk kembali mengulangi perbuatan dosa, dan selalu menjaga diri agar tidak kembali mengangan-angankan suatu perbuatan dosa yang sudah ditaubatinya. Hal ini sebagaimana firman Allah s.w.t.:
وَ ذَرُوْا ظَاهِرَ الْإِثْمِ وَ بَاطِنَهُ
“Dan hindarilah perbuatan dosa yang lahir (terang) mau pun yang batin (tersembunyi).” (al-An‘ām: 120)
Oleh karena itu, jika ada seorang Mu’min yang sudah memperbaiki diri dan hatinya serta memperdalam pengetahuannya akan Allah s.w.t., niscaya taubatnya akan menjadi lebih terjaga dan mantap. Hal ini sebagaimana yang disinyalir oleh sabda Nabi Muḥammad s.a.w. berikut ini:
إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِيْ فَاسْتَغْفِرُ اللهَ وَ أَتُوْبُ إِلَيْهِ كُلَّ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Sesungguhnya syaithān juga menggoda hatiku, maka aku memohon ampunan kepada Allah s.w.t. dan bertaubat kepada-Nya setiap hari sebanyak seratus kali.”
Barang siapa yang menyucikan hatinya dari segala dosa dan kotoran, hingga cahaya Tuhan meresap ke dalam hatinya, maka ia tidak akan merasa kesulitan untuk menolak setiap bencana yang akan datang, melembutkan kekerasan hati yang akan menimpa, ataupun membantah keinginan untuk berbuat salah, dan lantas bersegera bertaubat kepada Allah s.w.t.