Selanjutnya, aku katakan bahwa secara garis besar, bahwa memutuskan hati dari segala rintangan yang biasa terjadi dan mencegah nafsu dari melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sudah mengakar dengan tawakkal yang murni kepada Allah, dan meninggalkan mengatur segala hal dengan menyerahkan segalanya kepada Allah, serta menahan nafsu dari kebencian dan berkeluh-kesah, serta memaksa nafsu yang terus berjalan agar tetap ridha’ dan menelan obat pahit, itu semua merupakan perkara yang sangat pahit, terapi dan pengobatan yang sangat berat dan melelahkan. Tetapi merupakan tatanan bagus dan kuat serta merupakan jalan lurus yang berakibat amat terpuji dengan kondisinya yang menguntungkan dan menggembirakan.
Bagaimana pendapat anda mengenai orang tua yang besar belas kasihnya lagi kaya raya, ketika ia tidak memperolehkan anaknya yang terkasih makan korma atau apel, dikarenakan anak itu mengidap suatu penyakit. Ia terus mengawasi dan menahan anak itu sepanjang hari di dekatnya, demi kebaikan si anak, bahkan ia juga membawa anaknya ke tukang bekam untuk dibekam, sehingga si anak merasa sakit dan gelisah? Apakah orang tua yang bertindak semacam ini, karena kekikirannya? Bagaimana anda bisa mengatakannya ia kikir, padahal ia memberi kelapangan kepada orang lain. Ataukah karena ia ingin menghinakan anaknya? Padahal, orang itu selalu membawa harta guna keperluan anaknya. Ataukah karena ia ingin memayahkan anaknya, menyakitinya atau membencinya? Padahal, anak itu merupakan buah hatinya dan seandainya anaknya terkena angin kencang sedikit saja, tentu ia merasa keberatan.
Tidak, semua itu tidak benar, tetapi karena orang tua itu tahu bahwa dengan semua perlakuan itu, terdapat kebaikan dan kemaslahatan anaknya. Dengan sedikit kepayahan yang terasa tidak menyenangkan itu, bisa mengantarkan anak pada banyak kebaikan dan manfaat yang besar.
Bagaimana pula pendapat anda mengenai dokter ahli yang bermaksud baik dan menyayangi pasiennya, ketika ia melarang pasiennya yang sakit keras minum air, padahal si pasien sangat haus. Bahkan, ia memberikan obat pahit yang sangat dibenci oleh pasien yang membuat si pasien mengeluh?
Apakah tindakan dokter semacam itu, karena memusuhi pasien dan membuatnya lebih sakit? Tentu tidak! Bahkan itulah tindakan yang terbaik demi kesembuhannya. Karena dokter dengan ilmu yang dimilikinya, yakin bahwa bila pasien itu dituruti kemauannya, maka bisa menyebabkan akan kematiannya.
Maka renungkanlah, wahai manusia, apabila Allah menahan roti atau dirham dari anda, maka anda pun menjadi tahu dengan yakin bahwa Allah menguasai apa yang anda kehendaki, juga kuasa mendatangkan apa yang anda inginkan. Dia-lah Tuhan Yang Maha Pemurah, dan memiliki segala keutamaan. Dia mengetahui kondisi anda yang sesungguhnya, tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari-Nya. Mustahil Allah itu tidak ada (‘adam). Dia tidak lemah dan tidak pula kikir. Allah Maha Suci, Dia telah kaya (Maha Kaya) daripada orang-orang yang kaya, lebih berkuasa (Maha Kuasa) daripada orang-orang yang berkuasa, lebih tahu (Maha Mengetahui) daripada orang-orang yang berilmu (ulama), lebih pemurah (Maha Pemurah) ketimbang orang-orang yang pemurah.
Dengan demikian, anda mengetahui dengan sebenarnya, bahwa jika Allah mencegah rezeki dari anda, tidak lain itu adalah demi kemaslahatan yang sudah menjadi pilihan-Nya.
Allah s.w.t. berfirman:
خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الأَرْضِ جَمِيْعًا
Artinya:
“(Dia-lah Allah) yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu.” (al-Baqarah: 29).
Dalam hadis masyhur disebutkan bahwa Allah s.w.t. berfirman:
إِنِّيْ لأَذُوْدُ أَوْلِيَائِيْ عَنْ نَعِيْمِ الدُّنْيَا كَمَا يَذُوْدُ الرَّاعِي الشَّفِيْقِ إِبِلَهُ مِنْ مُبَارِكِ الْعِزَّةِ
Artinya:
“Sungguh, Aku mencegah para wali (kekasih)-Ku dari kenikmatan dunia, sebagaimana penggembala yang mengasihi untanya mencegah unta itu dari tempat berbiaknya kudis.”
Apabila Allah menguji anda dengan kesengsaraan, maka yakinlah bahwa sebenarnya Allah tidak butuh menguji anda. Karena Allah Mengetahui keadaan anda, Dia Mengetahui kelemahan anda, dan Dia sangat belas kasih kepada anda. Tidakkah anda mendengar sabda Nabi s.a.w.:
اللهُ تَعَالَى أَرْحَمُ بِعَبْدِهِ الْمُؤْمِنِ مِنَ الْوَالِدَةِ الشَّفِيْقَةِ بِوَلَدِهَا.
Artinya:
“Kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya yang mu’min lebih besar dibandingkan kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya.”
Dengan begitu, pemberian Allah yang tidak anda sukai, semata-mata karena kemaslahatan yang tidak anda ketahui. Sedangkan Allah mengetahui semua itu.
Dalam makna semacam inilah, anda memandang, para wali, orang-orang pilihan yang merupakan hamba-hamba yang paling disayangi, justru paling banyak mendapatkan ujian dari Allah.
Rasūlullāh s.a.w. bersabda:
إِذَا أَحَبَّ اللهُ قَوْمًا اِبْتَلاَهُمْ
Artinya:
“Apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Ia memberikan ujian kepada mereka.”
Nabi s.a.w. juga bersabda:
إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ بَلاَءً اَلأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الشُّهَدَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ
Artinya:
“Sesungguhnya manusia yang paling berat ujiannya adalah para nabi, kemudian orang-orang yang mati syahid, kemudian yang semisalnya dan seterusnya.”
Ketika anda mengetahui bahwa Allah menahan harta duniawi dari anda, atau sering memberikan cobaan dan kesulitan kepada anda, maka ketahuilah bahwa anda adalah orang yang mulia di sisi-Nya dan anda mempunyai kedudukan yang luhur di sisi-Nya. Allah berkenan memperjalankan anda di jalan para kekasih-Nya. Karena, Allah mengetahui keadaan anda dan Allah tidak butuh untuk menyengsarakan anda. Tidakkah anda telah mendengar firman Allah s.w.t.:
وَ اصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا
Artinya:
“Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami,” (ath-Thūr: 48).
Ketahuilah, bahwa anugerah Allah kepada anda berada pada apa yang diperintahkan oleh Allah agar anda pelihara dengan sebaik-baiknya. Dengan begitu anda akan memperoleh kemaslahatan dan pahala yang banyak, serta Dia berkenan menempatkan anda pada derajat orang-orang yang terhormat lagi mulia di sisi-Nya. Dan anda akan mengetahui akibat yang terpuji dan anugerah kemuliaan yang besar.