4-4-1 Tahapan Godaan – Berbagai Kesengsaraan & Musibah | Minhaj-ul-Abidin

Dari Buku:

Minhajul ‘Abidin
Oleh: Imam al-Ghazali

Penerjemah: Moh. Syamsi Hasan
Penerbit: Penerbit Amalia Surabaya

Rangkaian Pos: 004 Tahapan Godaan - Minhaj-ul-Abidin

4. Berbagai Kesengsaraan dan Musibah.

‘Awāridh (godaan) keempat, yaitu berbagai bencana dan musibah. Untuk menghadapinya, cukuplah hanya dengan bersabar. Keharusan bagi anda untuk bersabar dalam menghadapinya, disebabkan dua hal, yaitu:

Pertama: Agar dapat mengerjakan ibadah dan sampai kepada tujuan ibadah. Sebab, tegaknya urusan ibadah, semuanya karena kesabaran dan kesanggupan menanggung kesulitan dan kepayahan (ke-masyakat-an).

Orang yang tidak memiliki kesabaran, sedikit pun tidak akan bisa sampai pada hakikat ibadah. Hal itu, disebabkan bahwa orang yang bermaksud dengan sungguh-sungguh hendak beribadah, tentu akan menghadapi berbagai kesulitan dan musibah, dari berbagai segi, yaitu:

1. Tidaklah ada suatu ibadah, melainkan tentu di dalamnya mengandung kemasyakatan. Oleh sebab itu, agama memerintahkan supaya beribadah dengan penuh kesabaran dan menjanjikan pahala bagi yang sabar dalam beribadah. Karena, seseorang tidak akan dapat mengerjakannya tanpa terlebih dahulu mengalahkan hawa nafsu. Sebab, nafsu itu selalu berusaha menghalanginya untuk melakukan kebaikan. Maka, melawan kesenangan nafsu dan menundukkannya merupakan perjuangan yang sangat sulit dan berat bagi manusia.

2. Ketika seseorang mengerjakan kebaikan tentu, mengalami kemasyakatan. Oleh sebab itu, harus berhati-hati agar amal kebaikannya tidak rusak. Dan menjaga kesucian amal, jauh lebih berat daripada mengerjakan amal itu sendiri.

3. Dunia ini, merupakan negeri tempat ujian. Setiap orang pasti mengalami berbagai ujian, kesulitan dan musibah. Bentuknya, bermacam-macam, mengenai keluarga, famili, saudara ataupun teman-temannya, baik yang berupa kematian, kehilangan, ataupun perpisahan. Adakalanya yang menimpa diri sendiri, seperti terkena berbagai penyakit. Ada pula yang menyangkut kehormatan, misalnya dimusuhi oleh orang banyak, mau dijatuhkan, dihina dan difitnah banyak orang. Ada pula yang menimpa harta benda, seperti kehilangan. Masing-masing cobaan tersebut menimbulkan rasa sakit, yang satu berbeda dengan yang lainnya. Dan dalam menghadapi semuanya, seseorang dituntut untuk bersabar. Sebab jika tidak, kesedihan yang terus bergelayut di hati dan keluh kesah itu menjadi penghalang baginya untuk beribadah kepada Allah.

4. Orang yang mencari akhirat itu lebih keras cobaannya dan lebih banyak mendapatkan ujian. Barang siapa lebih dekat kepada Allah, tentu lebih banyak terkena musibah dan lebih keras cobaannya.

Bukankah anda telah mendengar sabda Rasūlullāh s.a.w.:

أَشَدُّ النَّاسِ بَلاَءً الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْعُلَمَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَالُ

Artinya:

Manusia yang paling keras cobaannya, ialah para nabi, lalu para ulama, kemudian yang sepertinya dan seterusnya, (sesuai dengan kadar kesungguhan memegang komitmen untuk tetap berada di jalan yang lurus menuju akhirat).

Jadi, seseorang yang berjalan menuju kebaikan dan memusatkan perhatiannya untuk akhirat, tentu menghadapi berbagai ujian. Jika tidak sabar menghadapi, ia akan putus di jalan, hatinya menjadi bimbang dan tidak sempat lagi beribadah.

Allah telah memberitahu kita, agar berhati-hati dan tetap ber-taqwā dalam menghadapi ujian, musibah dan cobaan. Sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya:

لَتُبْلَوُنَّ فِيْ أَمْوَالِكُمْ وَ أَنْفُسِكُمْ وَ لَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِيْنَ أُوْتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَ مِنَ الَّذِيْنَ أَشْرَكُوْا أَذًى كَثِيْرًا

Artinya:

Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati.” (Āli ‘Imrān: 186)

Dan firman-Nya pula:

وَ إِنْ تَصْبِرُوْا وَ تَتَّقُوْا فَإِنَّ ذلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُوْرِ

Artinya:

Jika kamu syukur dan ber-taqwā, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.” (Āli ‘Imrān: 186).

Seolah-olah Allah menyatakan: “Teguhkanlah diri anda, bahwa anda mesti akan menerima berbagai cobaan. Jika anda bersabar, maka anda adalah laki-laki sejati (pahlawan), dan keinginan anda merupakan keinginan seorang pahlawan.”

Dengan demikian, barang siapa yang hendak beribadah kepada Allah, maka pertama-tama harus berketetapan hati untuk bersabar dalam jangka waktu yang panjang dan terus menetapkan kesabaran dalam dirinya untuk menghadapi cobaan yang teramat berat yang datang silih berganti hingga akhir hayatnya. Jika tidak, berarti ia bermaksud menghadapi suatu perkara tanpa memiliki alatnya dan mendatanginya tanpa melalui prosedur jalan yang benar.

Al-Fudhail – raḥimahullāh – berkata: “Barang siapa bermaksud menempuh jalan akhirat, maka hendaklah ia menjadikan pada dirinya empat macam warna kematian, yaitu:

  1. Kematian putih.
  2. Kematian merah.
  3. Kematian hitam.
  4. Kematian hijau.

Kematian putih yaitu lapar; kematian merah yaitu tidak mau mengikuti ajakan syaithan; kematian hitam yaitu celaan masyarakat; dan kematian hijau yaitu kejadian-kejadian menyakitkan yang datang silih berganti.

 

Kedua. Keharusan bersabar dalam menghadapi ujian dan cobaan itu, karena di dalam kesabaran terdapat kebaikan dunia dan akhirat, di antaranya adalah:

 

1. Keselamatan dan keberuntungan.

Allah s.w.t. berfirman:

وَ مَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَّهُ مَخْرَجًا، وَ يَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ.

Artinya:

Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar; dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (ath-Thalāq: 2-3).

Maksudnya, barang siapa bertakwa kepada Allah dengan penuh kesabaran, niscaya Allah mencarikan jalan keluar bagi segala kesulitan yang dihadapinya.

 

2. Memperoleh kemenangan atas musuh-musuhnya.

Allah s.w.t. berfirman:

فَاصْبِرْ إِنَّ الْعَاقِبَةَ لِلْمُتَّقِيْنَ

Artinya:

Maka bersabarlah, sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (Hūd: 49).

 

3. Berhasil mencapai apa yang diinginkan (cita-cita).

Allah s.w.t. berfirman:

وَ تَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ الْحُسْنى عَلى بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ بِمَا صَبَرُوْا

Artinya:

Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka.” (al-A‘rāf: 137).

Dikatakan oleh sebagian ulama, bahwa Nabi Yūsuf mengirim surat balasan kepada Nabi Ya‘qūb a.s. sebagai berikut: “Nenek moyang anda benar-benar bersabar, sehingga mereka memperoleh keberhasilan. Karena itu, bersabarlah sebagaimana mereka bersabar, niscaya apa yang menjadi maksud anda akan berhasil, sebagaimana keberhasilan mereka.”

Senada dengan hal tersebut, terdapat syair:

لاَ تَيْأَسَنَّ وَ إِنْ طَالَتْ مَطَالِبَةُ

إِذَا اسْتَعَنْتَ بِصَبْرٍ أَنْ تَرَى فَرَجًا

أَخْلِقْ بِذِي الصَّبْرِ أَنْ يَحْطَى بِحَاجَتِهِ

وَ مُدْمِنُ الْقَرْعِ لِلأَبْوَابِ أَنْ يَلِجَا

Janganlah kamu berputus asa meskipun lama mencari

Jika kamu minta pertolongan dengan kesabaran tentu kamu akan melihat kelapangan

Berpekertilah dengan sabar tentu hajat menjadi tercapai

Orang yang tak bosan mengetuk pintu tentu akan dibukakan baginya.”

 

4. Menjadi pemuka dan pemimpin masyarakat.

Allah s.w.t. berfirman:

وَ جَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُوْنَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوْا

Artinya:

Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar.” (as-Sajdah: 24).

 

5. Mendapat pujian dari Allah.

Allah s.w.t. berfirman:

إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ

Artinya:

Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya).” (Shād: 44).

 

6. Memperoleh berita gembira dan rahmat dari Allah.

Allah s.w.t. berfirman:

وَ بَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ، الَّذِيْنَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيْبَةٌ قَالُوْا إِنَّا للهِ وَ إِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ، أُولئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَ رَحْمَةٌز.

Artinya:

Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rajai‘uun.” Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (al-Baqarah: 155-157).

 

7. Dicintai Allah.

Allah s.w.t. berfirman:

وَ اللهُ يُحِبُّ الصَّابِرِيْنَ

Artinya:

Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (Āli ‘Imrān: 146).

 

8. Mendapatkan derajat yang tinggi di dalam surga.

Allah s.w.t. berfirman:

أُولئِكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوْا

Artinya:

Mereka itulah orang-orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka.” (al-Furqān: 75).

 

9. Mendapatkan kemuliaan yang besar.

Allah s.w.t. berfirman:

سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ

Artinya:

Keselamatan atasmu berkat kesabaranmu.” (ar-Ra‘d: 24).

 

10. Mendapatkan pahala tanpa batas, di luar dugaan dan hitungan manusia.

Allah s.w.t. berfirman:

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُوْنَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Artinya:

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (az-Zumar: 10).

Maha Suci Allah, Dialah Tuhan Yang Maha Agung lagi Maha Pemurah. Semua kemuliaan di dunia dan akhirat, diberikan Allah kepada hamba-Nya karena sabar sesaat.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *