4-2-1 Tahapan Godaan – Berbagai Gerak Hati & Kehendaknya | Minhaj-ul-Abidin

Dari Buku:

Minhajul ‘Abidin
Oleh: Imam al-Ghazali

Penerjemah: Moh. Syamsi Hasan
Penerbit: Penerbit Amalia Surabaya

Rangkaian Pos: 004 Tahapan Godaan - Minhaj-ul-Abidin

2. Berbagai Gerak Hati dan Kehendaknya.

‘Awāridh (godaan) kedua, adalah berbagai keinginan gerak hati dan apa-apa yang menjadi maksud serta tujuannya. Untuk mengatasi hal ini, cukuplah dengan berserah segala persoalan kepada Allah s.w.t. Menyerahkan diri kepada Allah semacam ini, dikarenakan dua hal, yaitu:

1. Untuk membuat kondisi hati menjadi tenang. Sebab, segala perkara gerak hati yang samar, yang tidak diketahui mana yang benar dan mana yang salah, akan membingungkan. Anda tidak tahu, apakah anda akan jatuh pada sesuatu yang benar ataukah pada yang salah. Tetapi, jika anda berserah diri kepada Allah dan berkeyakinan akan jatuh pada kebaikan, maka hati akan merasa aman dan tidak khawatir akan bahaya dan musibah serta kesalahan, kalaupun terjadi menimpanya. Ketenangan hati dan rasa nyaman di hati merupakan suatu keuntungan yang sangat besar.

Guruku sering berkata di dalam majelisnya: “Serahkanlah segalanya kepada Allah yang menciptakan anda, niscaya anda bisa hidup tenang.” Dan dalam masalah ini, ia melantunkan bait-bait syair:

إِنَّ مَنْ كَانَ لَيْسَ يَدْرِيْ أَفِي الْمَحْـــــــــ

ــــــــــبُوْبِ نَفْعٌ لَهُ أَوِ الْمَكْرُوْه

لَحُرِّيٌّ بِأَنْ يُفَوِّضَ مَا يَعْـــــــــ

ــــــــجُزُ عَنْهُ إِلَى الَّذِيْ يَكْفِيْهِ

الإِلهُ الْبَرُّ الَّذِيْ هُوَ بِالرَّأْــــــــ

ــــــــفَةِ أَحْنَى مِنْ أُمِّهِ وَ أَبِيْهِ.

Sungguh, seseorang tidak akan mengetahui apakah perkara yang dicintai

Menguntungkan atau justru sebaliknya, merugikan

Adalah menjadi keharusan menyerahkan segala sesuatu

Yang ia sendiri tidak memiliki kemampuan

Kepada Dzat yang akan mencukupinya

Dia-lah Tuhan Yang memiliki segala kebaikan dan Maha Belas Kasih

Melebihi kebaikan dan belas kasih ayah dan ibu.

2. Menghasilkan kemaslahatan dan kebaikan di kemudian hari. Yang demikian itu, karena segala akibat dari perkara yang kita hadapi itu masih misteri. Betapa banyak keburukan yang terbungkus oleh bentuk yang baik dan menggiurkan. Dan betapa banyak pula kemudharatan yang terbungkus dalam kemasan yang manis seakan menguntungkan. Dan banyak pula racun yang menyerupai madu. Sementara anda tidak mengetahui akibat dan rahasia dari perkara itu.

Ketika anda memastikan memilih suatu perkara, menurut ikhtiyār anda sudah bijak, namun ternyata begitu cepat ternyata pilihan anda itu justru membawa anda pada kerusakan dan kebinasaan, sementara anda tidak menyadarinya.

Ada sebuah cerita, konon seorang ahli ibadah yang memohon kepada Allah agar diperlihatkan Iblis. Lalu diberitahu: “Janganlah minta yang demikian, mintalah keselamatan!” Tapi orang itu tetap pada keinginannya. Maka, Allah memperlihatkan kepadanya sosok Iblis. Begitu melihat Iblis, ia hendak memukulnya. Maka berkatalah Iblis kepadanya: “Seandainya anda tidak hidup seratus tahun, pasti aku membinasakan dan menyiksa anda.” Orang itu terbujuk oleh ucapan Iblis yang demikian dan ia berkata dalam hati: “Umurku masih panjang. Kalau begitu, aku akan berbuat sesuka hatiku dulu, kemudian baru bertobat.” Selanjutnya ia berlaku fasik dan meninggalkan ibadah. Akhirnya, ia menjadi binasa.

Cerita tersebut mengingatkan anda, agar jangan tergesa-gesa memastikan kehendak dan jangan egois untuk tetap pada keinginan itu. Dan juga mengingatkan anda agar tidak panjang angan-angan. Sebab, panjang angan-angan merupakan penyakit ibadah yang sangat besar.

Benar kata penyair:

وَ إِيَّاكَ الْمَطَامِعَ وَ الأَمَانِيْ

فَكَمْ أُمْنِيَّةٍ جَلَبَتْ مَنِيَّةْ

Terhadap apa yang menjadi keinginanmu berhati-hatilah

Betapa banyak angan-angan justru menariknya pada kematian.”

Adapun jika anda menyerahkan segala urusan kepada Allah dan memohon kepada-Nya, agar Ia memilihkan yang terbaik bagi anda, maka tidak akan ada yang mengenai anda kecuali yang baik dan anda pun tidak terjatuh, melainkan pada kemaslahatan pula.

Allah s.w.t. berfirman menceritakan tentang hamba yang saleh:

وَ أُفَوِّضُ أَمْرِيْ إِلَى اللهِ إِنَّ اللهَ بَصِيْرٌ بِالْعِبَادِ، فَوَقَاهُ اللهُ سَيِّئَاتِ مَا مَكَرُوْا وَ حَاقَ بِآلِ فِرْعَوْنَ سُوْءُ الْعَذَابِ.

Artinya:

Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hambaNya. Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir‘aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk.” (al-Mu’min: 44-45).

Tidakkah anda perhatikan, bagaimana Allah menurunkan pemeliharaan, setelah hamba itu menyerahkan urusannya (tafwīdh) kepada Allah. Dan pertolongan Allah juga datang untuk mengalahkan musuh-musuh hamba itu, sehingga tercapailah apa yang menjadi tujuannya. Renungkanlah keterangan ini, in syā’ Allāh, anda akan mendapatkan petunjuk.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *