3-7-4 Tahapan Rintangan – Pasal 3 | Minhaj-ul-Abidin

Dari Buku:

Minhajul ‘Abidin
Oleh: Imam al-Ghazali

Penerjemah: Moh. Syamsi Hasan
Penerbit: Penerbit Amalia Surabaya

Rangkaian Pos: 003 Tahapan Rintangan - Minhaj-ul-Abidin

(Pasal): Ringkasannya, apabila anda berpikir sehat, tentu anda menjadi tahu bahwa dunia ini tidak kekal. Dan manfaat dunia tidak akan dapat mengimbangi bahayanya, begitu pula hal-hal yang menyertainya, seperti kepayahan badan, kesibukan hati, kepedihan siksa, lamanya hisab di akhirat yang tidak akan sanggup anda tanggung.

Apabila anda benar-benar menyadari akan kenyataan itu, tentu anda akan bersikap zuhud terhadap dunia. Anda akan menghindari untuk mengambilnya secara berlebihan, tetapi anda hanya akan mengambil sekedar apa yang anda perlukan untuk beribadah kepada Tuhan. Anda juga akan meninggalkan hidup bersenang-senang, agar dapat sampai ke surga, sebagai tempat kenikmatan yang abadi di sisi Tuhan semesta alam, Tuhan yang merajai segala makhluk, Tuhan yang Maha Kuasa, Tuhan yang tidak butuh kepada makhluk-Nya, Tuhan Maha Pemurah.

Dan anda pun menjadi tahu, bahwa makhluk (kebanyakan manusia) itu tidaklah memenuhi janji dan mereka lebih banyak membuat kesengsaraan daripada memberikan pertolongan, terhadap apa yang anda butuhkan sebagai bekal beribadah. Hendaklah anda menghindari pergaulan dengan mereka, kecuali dalam hal-hal yang menjadi keniscayaan bagi anda. Hendaklah anda manfaat dari kebaikan mereka, dan menjauhi keburukan mereka.

Bersahabatlah dengan orang yang tidak membuat kerugian bersahabat dengannya, dan yang tidak membuat kesal serta mengganggu anda untuk berkhidmah kepada Allah, yang dapat membuat anda merasa tenteram dengan kitab-Nya dan senantiasalah berbakti kepada-Nya, niscaya Allah menjadikan hati anda merasa tenteram dalam segala keadaan dan anda bakal melihat segala kebagusan, serta karunia dari-Nya, anda juga akan menemukan pertolongan Allah setiap kali anda menghadapi bahaya di dunia dan akhirat. Sebagaimana sabda Rasūlullāh s.a.w.:

اِحْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ حَيْثُ اِتَّجَهْتَ.

Artinya:

Jagalah keagungan Allah, niscaya anda akan mendapatkan pertolongan Allah, di mana pun anda berada.

Dan anda juga menjadi tahu, bahwa setan itu makhluk yang paling keji, dan nyala-nyala selalu memusuhi anda. Maka, berlindunglah kepada Allah yang Maha Kuasa lagi Maha Penakluk, agar mendapat perlindungan-Nya dari kejahatan anjing (syaithan) yang terkutuk. Janganlah anda lengah dari tipu daya dan perangkapnya. Usirlah dia dengan berzikir kepada Allah. janganlah anda mempedulikannya, sebab untuk menghadapinya itu amatlah mudah, jika anda memang benar-benar memiliki kehendak kuat untuk menjadi lelaki sejati. Karena, syaithan sebagaimana telah difirmankan Allah dalam ayat berikut:

إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ عَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ.

Artinya:

Sesungguhnya syaithan itu tidak ada kekuasaan atas orang-orang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya.” (an-Naḥl: 99).

Benarlah apa yang dikatakan Abū Ḥazm: “Apa dunia itu? Dan apa pula Iblis itu? Dunia yang telah berlalu adalah bagaikan mimpi dan apa yang tinggal, hanyalah lamunan. Sedangkan syaithan, maka demi Allah, mematuhinya, tiada guna dan menentangnya, sungguh tiada bahaya.”

Anda juga menjadi tahu akan kebodohan nafsu ini dan pembelotannya untuk melakukan apa yang membahayakan dan membinasakan. Karena itu, awasilah nafsu anda dengan pandangan orang yang berakal sempurna. Para ulama adalah orang-orang yang mengawasi akibatnya. Tidak seperti pandangan orang-orang bodoh dan anak-anak kecil yang hanya melihat seketika dan sekilas saja, tidak memiliki kecerdasan melihat keculasannya yang menyakitkan, tidak melihat bahayanya di kemudian hari, serta lari dari kepahitannya.

Maka, kendalikanlah nafsu anda dengan kendali taqwā, cegahlah dari berbuat apa yang hakikatnya tidak anda butuhkan, seperti omong kosong, melihat sesuatu yang tidak berguna atau makan berlebih-lebihan, berbuat sesuatu yang merusak, misalnya panjangnya angan-angan, tergesa-gesa, dengki, dan sombong yang tidak semestinya, atau makan hanya sekedar menuruti nafsu syahwat dan kejahatannya. Berilah nafsu anda apa yang seharusnya anda berikan yang tidak anda khawatirkan akan bahayanya, sebab tidak ada kata darurat buat berlebih-lebihan.

Allah s.w.t. melapangkan rahmat-Nya dan menghindarkan mereka dari setiap bahaya dalam setiap perkara urusan agama mereka. Adakah hajat yang lebih dari itu? sesungguhnya setiap perkara sebagaimana dikatakan oleh seorang saleh bahwa taqwā adalah sesuatu yang paling mudah. Jika ada sesuatu yang meragukan, maka aku tinggal. Karena nafsu itu akan diam dan menjadi terbiasa selama anda membiasakannya.”

Seorang penyair menyatakan:

فَالنَّفْسُ رَاغِبَةٌ إِذَا رَغَّبْتَهَا

وَ إِذَا تُرَدُّ إِلَى قَلِيْلٍ تَقْنَعُ

Nafsu akan gembira ria bila engkau menuruti kesukarannya

Jika engkau menolak dan menghalaunya pada yang sedikit ia pun akan menerima.”

Penyair lain berkata:

هِيَ النَّفْسُ مَا حَمَّلْتَهَا تَتَحَمَّلُ وَ يُرْوَـ

ـى مَا عَوَّدْتَهَا تَتَعَوَّدُ

Dialah nafsu bila engkau bebani apa pun ia akan sanggup memikulnya

Dan diriwayatkan, selama engkau membiasakannya ia akan menjadi terbiasa.

Penyair lain juga berkata:

صَبَّرْتُ عَنِ اللَّذَّاتِ حَتَّى تَوَلَّتْ

وَ أَلْزَمْتُ نَفْسِيْ صَبْرَهَا فَاسْتَمَرَّتْ

وَ مَا النَّفْسُ إِلاَّ حَيْثُ يَجْعَلُهَا الْفَتَى

فَإِنْ أُطْعِمَتْ تَاقَتْ وَ إِلاَّ تَسَلَّتْ

Aku bersabar menghindari berbagai kelezatan sampai nafsuku berpaling

Dan aku memaksa nafsuku supaya bersabar ia pun terus bersabar

Tiadalah nafsu itu melainkan menurut bagaimana seseorang memposisikannya

Jika dituruti kemauannya ia akan semakin rakus

Namun bila tidak ia pun cukup puas.

Apabila anda mengetahui apa yang telah kami jelaskan, niscaya anda akan bersikap zuhud terhadap dunia, dan mencintai akhirat. Ketahuilah, bahwa orang yang telah berzuhud terhadap dunia berarti sama dengan memiliki seribu nama yang terpuji. Dan anda termasuk golongan manusia yang istimewa yang tekun beribadah kepada Allah, dan puas terhadap ketentuan Allah, yaitu orang-orang yang tenteram batinnya berkhidmah kepada Allah, Tuhan semesta alam. Perhatikan bait-bait syair berikut:

تَشَاغَلَ قَوْمٌ بِدُنْيَاهُمْ

وَ قَوْمٌ تَخَلَّوْا لِمَوْلاَهُمْ

فَالْزَمَهَمْ بَابَ مَرْضَاتِهِمْ

وَ عَنْ سَائِرِ الْخَلْقِ أَغْنَاهُمْ

يَصُفُّوْنَ بِاللَّيْلِ أَقْدَامَهُمْ

وَ عَيْنُ الْمُهَيْمِنِ تَرْعَاهُمْ

فَطُوْبَى لَهُمْ ثُمَّ طُوْبَى لَهُمْ

إِذَا بِالتَّحِيَّةِ حَيَّاهُمْ

Suatu kaum selalu sibuk dengan dunia

Ada pula kaum yang hanya membersihkan hati dalam kemesraan munajat pada Tuhannya

Mereka yang terakhir inilah yang akan ditempatkan Allah dalam pintu keridhaan-Nya

Merekalah yang kaya dan tidak membutuhkan pada makhluk

Ketika malam tiba, mereka merapikan telapak kaki

Sedangkan Allah senantiasa melihat dan memperhatikan mereka beruntunglah mereka

Ya, sungguh beruntung Tuhan memuliakan hidup mereka.

Dengan demikian, anda termasuk golongan orang-orang yang zuhud yang sungguh-sungguh beribadah kepada Allah dan termasuk kategori orang-orang yang istimewa (khushūsh). Mengenai golongan manusia ini, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah s.w.t. berikut ini:

إِنَّ عِبَادِيْ لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ

Artinya:

Sesungguhnya hamba-hambaKu tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka.” (al-Ḥijr: 42).

Dan anda juga termasuk golongan orang-orang yang ber-taqwā yang memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Bahkan anda menjadi lebih mulia daripada kebanyakan malaikat yang dekat kepada Allah (Malā’ikat Muqarrabīn). Karena, malaikat itu tidak mempunyai syahwat dan tidak pula nafsu jahat.

Dengan begitu, berarti anda telah berhasil melampaui tahapan yang sangat panjang dan sulit, serta telah melewati halangan-halangan guna mencapai tujuan anda, yaitu menghamba dan beribadah kepada Allah. Anda tidak perlu pesimis, sebab, menempuh tahapan ini jika memperoleh pertolongan Allah dan anda selalu berpegang tali agama-Nya, sungguh merupakan perjalanan yang mudah.

Marilah kita memohon kepada Allah, karena Allah adalah sebaik-baik Dzat yang diminta pertolongan, semoga Allah memberikan pertolongan kepada kita, dengan sebaik-baik pertolongan dan memudahkan kesulitan yang kita hadapi dalam menempuh tahapan ini. hanya Allah-lah yang dapat melepaskan kita dari segala kesulitan. Sebab, semua kejadian dan perkara apa pun berada dalam genggaman kekuasaan-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Demikianlah yang saya jelaskan dalam pasal ini. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *