Istri dan Anak-anak ‘Umar.
‘Umar memperistri tujuh perempuan, baik yang dinikahi pada masa Jahiliah atau setelah memeluk Islam. Mereka adalah (1). Zaynab putri Ma‘zhun, saudari ‘Utsman ibn Ma‘zhu. Dari pernikannya dengan Zainab, ‘Umar dikaruniai ‘Abdullah, ‘Abd-ur-Rahman al-Akbar, dan Hafshah. ‘Umar menceraikan Zainab setelah perjanjian Hudaibiyyah. (2). Malīkah putri Jarūl. Darinya ‘Umar dikaruniai ‘Ubaydillah. (3). Quraybah putri Abī Umayyah. Darinya ‘Umar tidak dikaruniai anak dan menceraikannya. (4). Ummu Hakim putri al-Harits ibn Hisyam. Darinya ‘Umar dikaruniai Fathimah. (5). Jamilah putri ‘Ashim ibn Tsabit. (6). ‘Atikah putri Zayd ibn ‘Amr ibn Hufayl. (7). Umm Kultsum dari ‘Ali ibn Abi Thalib. Darinya ‘Umar dikaruniai Zayd dan Ruqayyah.
Selain ketujuh istri di atas, ‘Umar juga memiliki seorang budak perempuan asal Yaman, Luhhaiyyah, yang melahirkan ‘Abd-ur-Rahman al-Ashghar, dan juga Faqihah, yang melahirkan Zaynab. Anak ‘Umar seluruhnya dua belas orang: Zayd al-Akbar, Zayd al-Ashghar, ‘Ashim, ‘Abdullah, ‘Abd-ur-Rahman al-Akbar, ‘Abd-ur-Rahman al-Awshath, ‘Abd-ur-Rahman al-Ashghar, ‘Ubaydillah, ‘Iyadh, Hafshah, Ruqayyah, dan Zaynab.
‘Umar menamai mereka seperti nama putra-putra Rasulullah. Selain bertemu pada kakek buyut mereka, nasab anak-anak ‘Umar juga bertemu dengan nasab keluarga Rasulullah pada Ummu Kultsum, putri ‘Ali ibn Abi Thalib. ‘Umar juga pernah berusaha mempertemukan nasabnya dengan keluarga Abu Bakar, melalui Ummu Kultsum bint Abu Bakar. Tapi, ketika hendak meminang putri Abu Bakar tersebut, ‘Umar ditolak.
‘Umar memperlakukan istri-istrinya dengan penuh kemuliaan, dan mendidik putra-putrinya dengan penuh kasih-sayang. Jalaluddin al-Suyuthi (Tārīkh al-Khulafā’) menceritakan bahwa suatu hari ‘Abdullah ibn ‘Umar, yang saat itu masih kecil, masuk ka sebuah ruangan. Di sana ‘Umar tengah duduk. ‘Abdullah masuk dengan memakai alas kaki dan baju yang terbilang mewah. ‘Umar lalu berdiri dan memukul ‘Abdullah dengan batang pohon jagung hingga ‘Abdullah menangis. Hafshah putri ‘Umar lalu bertanya: “Kenapa Ayah memukulnya?” ‘Umar menjawab: “Aku melihat ia tampak gawok (heran (bahasa jawa), heran (bahasa Indonesia), alat kelamin wanita (bahasa Gaul)), kagum, dan heran pada dirinya sendiri. Aku mendidiknya agar dia tak angkuh dan narsisi.”