1-2 Sebelum Memeluk Islam – Kisah Hidup ‘Umar Ibn Khaththab


KISAH HIDUP ‘UMAR IBN KHATHTHĀB
(Judul Asli: ‘Umar ibn al-Khaththāb)
Oleh: Dr. Musthafa Murad

Penerjemah dan Penyelaras: Ahmad Ginanjar Sya‘ban & Lulu M. Sunman
Penerbit: ZAMAN

BAGIAN PERTAMA

SANG PEWARIS NABI SUCI

 

JEJAK HIDUP SANG PEMBEDA

 

Sebelum Memeluk Islam

‘Umar lahir dari keturunan mulia. Ia berasal dari suku Quraisy. Nasabnya bertemu dengan Rasulullah pada leluhur mereka yang kesembilan. Pohon keturunan ‘Umar dapat ditelusuri sebagai berikut: ‘Umar adalah putra Khaththab, putra Nufail, putra ‘Abd al-‘Uzza, putra Riyah, putra ‘Abdullah, putra Qrth, putra Razah, putra ‘Adiy, putra Ka‘b, putra Lu’ay, putra Ghalib al-‘Adawi al-Quraisyi. Nasab ‘Umar bertemu dengan nasab Nabi Muhamamd pada Ka‘ab. Sementara itu, ibunda ‘Umar adalah Hantamah putri Hasyim, putra al-Mughirah al-Makhzumiyah.

Quraisy adalah klan ningrat atau bangsawan ‘Arab yang paling disegani. Para puak Quraisy tercatat sebagai orang terpandang dan pemegang jawatan sosial. Mereka adalah para saudagar, pedagang kaya, penjaga Ka‘bah, pengawas para perziarah, penyelenggara diplomasi, penunjuk kepala suku, kesatria perang, sekaligus pemegang administrasi perdagangan dan peradilan orang-orang ‘Arab.

Dari klan ‘Arab paling terhormat inilah ‘Umar lahir, sebagaimana Rasulullah. Ayahnya, Khaththab, mempunyai kedudukan tinggi. Ketika klan Quraisy mengumumkan perang terhadap klan ‘Arab mana pun, Khaththab selalu dipercaya menjadi komandan pasukan. Kakek ‘Umar, Nufail, adalah punggawa klan Quraisy yang terhormat dan dikenal dekat dengan ‘Abdul Muththalib, kakek Rasulullah.

Tak banyak yang tahu kapan pastinya ‘Umar dilahirkan. Riwayat termasyhur menyatakan bahwa ‘Umar dilahirkan tiga belas tahun setelah kelahiran Rasulullah, atau sekitar tahun 585 M, di Makkah, kota kosmopolotan semenanjung ‘Arab. Sebagai kesatria perang, Khaththab mengajari anaknya pelbagai macam tradisi kelelakian khas semenanjung: mulai dari menggembala ternak, memanah, memainkan pedang dan tombak, berburu, menunggang kuda, administrasi, hingga baca tulis dan mazmur-mazmur leluhur.

Baca tulis dan mengenal mazmur adalah tradisi yang sangat langka pada masa itu. Hal inilah yang kemudian menjadikan ‘Umar sebagai orang tercerdas dan juru tulis terkemuka. Hingga pada tahun-tahun pertama kenabian Muhammad, orang yang mampu baca tulis di seluruh semenanjung ‘Arab bisa dihitung dengan jari – tak lebih dari empat belas atau tujuh belas orang.

‘Umar muda sangat piawai menggubah syair – sebuah tradisi yang menjadi kebanggaan tersendiri bagi bangsa ‘Arab. Ia cakap menulis dan membaca syair, di samping banyak menghafal syair-syair ‘Arab terkenal. Ia dikenal sebagai “kitab – dīwān berjalan” karena berhasil menghimpun syair-syair ‘Arab pilihan dari para penyair terkemuka. Ia kerap diundang berpidato serta membacakan syair-syairnya di berbagai festival dan upacara.

Selain cerdas, terdidik, dan penyair andal. ‘Umar muda juga dikenal sebagai jawara gulat yang tangguh di Ukaz (baca: ‘Ukkāzh), sebuah gelanggang dan pasar ternama. Layaknya kesatria, ‘Umar berperawakan tinggi, gagah, tegap, dan gempal. Sorot matanya tajam. Ukaz terletak di ceruk bukit ‘Arafah, di sebelah Selatan Ka‘bah, tempat pekan tahunan rutin diselenggarakan. Para seniman, penyair, pegulat, dan pembesar klan selalu datang ke pekan tahunan tersebut untuk mempertontonkan kebolehan masing-masing. Nama ‘Umar sudah terkenal di arena tersebut.

Konon, ‘Umar biasa pergi ke Ukaz untuk bergulat, adu balap kuda, dan beradu keindahan puisi. Ia selalu meninggalkan Ukaz dengan memperoleh gelar jawara dan nama baik. ‘Umar juga mahir dalam seni memanah dan berkuda. Yahya ibn Jabir al-Baladzuri memberikan kesaksian bahwa ‘Umar dapat melompat tepat ke pelana kudanya dari atas tanah dan tebing.

Ketika beranjak dewasa, ‘Umar mulai menekuni perniagaan. ‘Umar sering pergi berdagang ke luar semenanjung ‘Arab, seperti Persia, Syam (Mediterania Timur, sekarang meliputi Suriah, Lebanon, Yordania, dan Palestina), hingga Mesir. Selain mendapatkan pengalaman niaga. ‘Umar juga banyak memperoleh ilmu pengetahuan yang luar biasa. Wawasan dan kecakapannya semakin terbuka luas. ‘Umar mampu menguasai beberapa bahasa seperti Suryani, (Suriahc-Aramaic), Ibrani, dan Parsi.

‘Umar pun dihormati dan disegani di kalangan orang ‘Arab. Klannya sendiri, Quraisy, memberinya jawatan terhormat: ia diangkat sebagai juru diplomasi, utusan khusus, dan duta besar mereka. Ketika klan Quraisy berseteru dengan klan-klan ‘Arab lainnya, ‘Umar kerap ditunjuk jadi juru runding yang memperbaiki hubungan tersebut. (61).

Catatan:


  1. 6). Untuk biografi ‘Umar sebelum Islam, lihat Husain Haikal, al-Fārūq ‘Umar, juga Syibli Nu‘mani, Umar the Great

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *