BAHAGIAN PERTAMA
Ilmu Ushul Fiqh
BAB II
PENGERTIAN UMUM
Untuk mengetahui arti Ushul Fiqh harus kita ketahui arti suatu yang menjadi dasar (sendi) oleh suatu yang lain, sedangkan furū‘ sesuatu yang diletakkan di atas asal tadi, seperti sebuah rumah yang diletakkan di atas sebuah sendi, maka sendi disebut asal dan rumah disebut dengan furū‘.
Asal menurut istilah dipakar kepada 5 pengertian: Qā‘idah Kulliyyah, Rājiḥ, Mustaḥabb, Maqis ‘Alaih, Dalīl.
إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ.
Sesungguhnya diharamkan atas kamu memakan mayat. (Sūrat-ul-Mā’idah: 173).
Firman Allah s.w.t.:
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَ الدَّمُ وَ لَحْمُ الْخِنْزِيْرِ.
Diharamkan atas kamu memakan mayat, darah, dan daging babi. (Sūrat-ul-Baqarah: 3).
وَ آتُوا الزَّكَاةَ
Keluarkan olehmu zakat.
Pasal 1
Dalam perkataan Ushul Fiqh terdapat dua pengertian yaitu “Ushul” dan “Fiqh”.
Ushul ialah sumber (dalil) sedangkan Fiqh ialah mengetahui hukum-hukum agama terhadap perbuatan orang mukallaf (dewasa) seperti hukum wājib, ḥarām, sunnat, makrūh, dan mubāḥ terhadap sesuatu perbuatan orang yang mengetahui hukum itu. Masing-masing hukum itu bersumber pada al-Qur’ān, Ḥadīts, Ijma‘ dan Qiyās.
Yang dimaksud dengan Ushul Fiqh ialah sumber-sumber hukum (dalil-dalil) yang menunjukkan sesuatu hukum secara garis besar (global), sedangkan Fiqh ilmu untuk mengetahui hukum-hukum syara‘ (agama) dengan dalil-dalilnya yang terperinci secara ijtihad. Seperti wajib berniat dalam melakukan segala perbuatan, seperti berwudhu’.
Sabda Rasūlullāh s.a.w.:
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ.
Sesungguhnya semua perbuatan dengan niat.
Perbuatan yang tidak berniat, tidak shaḥḥ (sah). Fungsi niat dalam segala perbuatan adalah untuk membedakan perbuatan dalam beribadat apakah wajib atau sunnat. Sedangkan menetapkan adalah menurut ijtihad para ulama. Maka yang termasuk ke dalam Ilmu Ushul Fiqh adalah ilmu-ilmu syara‘. Yang dimaksud dengan ilmu ialah suatu sifat untuk mencapai tujuan yang sempurna. Dengan demikian ilmu dapat dibagi kepada dua bagian:
Pasal 2
Tujuan Ushul Fiqh adalah untuk menetapkan hukum Syara‘ dengan dalil-dalilnya. Tetapnya hukum dengan dalil, seperti wajib sembahyang karena perintah Allah:
أَقِيْمُوا الصَّلَاةَ
Dirikanlah olehmu sembahyang.
Tetapnya hukum wajib sembahyang karena kata: (أَقِيْمُوا) adalah Amar (perintah), yang memfaedahkan kepada wajib.
Pasal 3
Guna mempelajari Ushul Fiqh ialah untuk mengetahui hukum-hukum agama Islam dengan jalan yakin (pasti), dan untuk menghindari taqlīd (mengikut pendapat orang lain tanpa alasan).
Maka Ilmu Ushul Fiqh salah satu di antara ilmu yang pasti kita ketahui dan kita pelajari sebagaimana dalam berijtihad untuk membedakan yang salah dan benar dalam menetapkan hukum.
Dengan mengetahui faedahnya bertolaklah faham sementara orang yang mengatakan, bahwa Ushul Fiqh adalah pekerjaan orang-orang yang terdahulu saja dalam menjadikan ketentuan sesuatu hukum, dan bagi kita sekarang hanya mengikuti apa yang telah didapati mereka. Pendapat ini tidak benar, sebab taqlīd adalah pekerjaan yang harus kita jauhi.
Pasal 4
Sebagai sumber dalam pengolahan/pembinaan Ushul Fiqh berdasarkan kepada 2 buah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan agama, di antaranya: