15. مِمَّا يَدُلُّكَ عَلى وُجُوْدِ قَهْرِهِ سُبْحَانَهُ أَنْ حَجَبَكَ عَنْهُ بِمَا لَيْسَ بِمَوْجُوْدٍ مَعَهُ
“Di antara yang menunjukkanmu terhadap wujūd keperkasaan-Nya adalah keterhijabanmu dengan segala sesuatu yang tidak wujūd bersama-Nya.”
Pencarian petunjuk yang dilakukan para sālik dimaksudkan untuk mengokohkan hakikat dari tarikan nafsu, bukan untuk penetapan secara mutlak, karena tujuan mereka berkisar pada pencarian kesempurnaan setelah penetapan asal yang merupakan urusan mendasar. Dan telah ditetapkan dalam nash bahwa sesungguhnya Allah adalah pencipta segala sesuatu. Maka, segala sesuatu berasal dari Dia dan kembali kepada Dia. Wujūd segala sesuatu karena Dia, untuk Dia, dan tidak bersama Dia, karena segala sesuatu menjadi tiada bersama wujūd-Nya, sebagaimana telah dijelaskan.
Kemudian, seluruh ciptaan terhijab dari Dia oleh mereka, dan mereka semua tiada. Maka, ketiadaan adalah hijab ketiadaan. Ini merupakan keajaiban penciptaan. Kemudian, ketertutupan yang tiada dengan yang tiada menjadi petunjuk atas kemunculan atau kezhahiran Wujūd dengan segala maujūd, tanpa hijab sama sekali. Ini termasuk di antara penyaksi keagungan yang paling besar.
Sesungguhnya kami mengatakan bahwa keterhijaban makhluk dengan mereka adalah karena al-Ḥaqq – Yang Maha Suci – tidak boleh menjadi ḥijāb atau yang maḥjūb. Ibnu ‘Athā’illāh menjelaskan hal ini dalam sepuluh sisi. Pada bagian awal ia mengatakan: (lihat Ḥikam # 16)