020-21 Syarah Hikmah Ke-20 & Ke-21 – Syarah al-Hikam – KH. Sholeh Darat

شَرْحَ
AL-HIKAM
Oleh: KH. SHOLEH DARAT
Maha Guru Para Ulama Besar Nusantara
(1820-1903 M.)

Penerjemah: Miftahul Ulum, Agustin Mufarohah
Penerbit: Penerbit Sahifa

Syarah al-Hikam

KH. Sholeh Darat
[Ditulis tahun 1868]

SYARAH HIKMAH KE-20

إِحَالَتُكَ الْأَعْمَالَ عَلَى وُجُوْدِ الْفَرَاغِ مِنْ رُعُوْنَاتِ النَّفْسِ.

Menunda beramal guna menantikan kesempatan yang lebih luang, termasuk tanda kebodohan diri.

Syaikh Ibnu ‘Athā’illāh berkata:

إِحَالَتُكَ الْأَعْمَالَ عَلَى وُجُوْدِ الْفَرَاغِ مِنْ رُعُوْنَاتِ النَّفْسِ.

Menunda beramal guna menantikan kesempatan yang lebih luang, termasuk tanda kebodohan diri.

Menunda berbuat amal sampai selesainya pekerjaanmu adalah termasuk tanda kebodohan dirimu, karena nafsumu.

Jika ada seorang murīd masih lebih mementingkan pekerjaan dunia ketimbang amal akhirat; mendahulukan pekerjaan dunia sehingga mencegah atau menghalangi amal atau beribadah menghadap Allah; atau hendak menunda berbuat kebaikan hingga menyelesaikan pekerjaan dunianya, dan ia bergumam di dalam hatinya “jika aku sudah menyelesaikan pekerjaan ini, maka aku akan melakukan amal (ibadah)”, maka hal ini menunjukkan kebodohan dirinya. Karena, seiring dengan banyaknya penundaan waktu untuk berbuat amal, mengakibatkan tersitanya waktu hingga habislah kesempatannya. Sebab datangnya ajal itu tidak disangka-sangka, dan tidak ada yang tahu kapan ia menjemput nyawa. Di samping itu, karena pekerjaan dunia itu tidak akan ada habisnya, satu pekerjaan akan menarik pada pekerjaan yang lain, jikapun sudah selesai pasti ada kehendak lainnya.

Adapun yang menjadikan kebodohan seseorang itu ada tiga perkara:

Pertama, lebih memilih dunia daripada berbuat amal akhirat, dan yang seperti ini bukanlah perbuataan orang mu’min.

Kedua, dengan menunda-nunda amal, ia merasa usianya masih tersisa untuk besok, jadilah ia orang yang thūl-ul-amal (berangan-angan panjang). Dan thūl-ul-amal itu bisa menghalangi untuk bertaubat, menjadikan cinta dunia, tidak mencintai akhirat.

Ketiga, jika sudah menyelesaikan tugas atau pekerjaannya, ia akan mempunyai maksud dan tujuan duniawi yang lain. Dengan begitu keinginannya beribadah menjadi lemah, ia hanya menyia-nyiakan waktu dan merasa mampu menyelesaikan pekerjaan dengan (kekuatan) dirinya sendiri. Hal yang demikian ini menunjukkan rendahnya adab tatakrama kepada Allah. Padahal, seorang murid wajib untuk melakukan sesuatu yang bisa menghantar dirinya ke (ḥadhirat) Allah, sebelum habis masanya. Karena sesungguhnya waktu itu bagaikan pedang, jika engkau tidak menggunakannya, ia yang akan menghunusmu.

 

SYARAH HIKMAH KE-21

لَا تَطْلُبْ مِنْهُ أَنْ يُخْرِجَكَ مِنْ حَالَةٍ لِيَسْتَعْمِلَكَ فِيْمَا سِوَاهَا فَلَوْ أَرَادَكَ لَاسْتَعْمَلَكَ مِنْ غَيْرِ إِخْرَاجٍ.

Jangan engkau meminta kepada-Nya untuk mengeluarkanmu dari satu kondisi guna dipekerjakan pada kondisi lain. Sebab, jika memang menghendaki, tentu Dia akan mempekerjakanmu tanpa harus mengeluarkanmu (dari kondisi sebelumnya).

Sejatinya, waktu itu bagaikan pedang, jika engkau tidak menggunakannya, ia yang akan menghunusmu. Syaikh Ibnu ‘Athā’illāh berkata:

لَا تَطْلُبْ مِنْهُ أَنْ يُخْرِجَكَ مِنْ حَالَةٍ لِيَسْتَعْمِلَكَ فِيْمَا سِوَاهَا.

Jangan engkau meminta kepada-Nya untuk mengeluarkanmu dari satu kondisi guna dipekerjakan pada kondisi lain.

Jangan engkau meminta dari Tuhanmu (Allah) agar mengeluarkanmu dari satu kondisi dunia atau agama, agar Allah menjalankanmu atau menaruhmu pada kondisi lainnya.

Jika engkau (wahai murīd) berada dalam satu kondisi dunia seperti bekerja, atau kondisi agama seperti mencari ilmu, lalu engkau memohon kepada Allah agar menindahkanmu pada kondisi lainnya, sebab engkau merasa hal tersebut hanya menghalangimu menghadap kepada Allah. Maka hal tersebut menunjukkan sedikitnya adab tatakramamu kepada Allah.

فَلَوْ أَرَادَكَ لَاسْتَعْمَلَكَ مِنْ غَيْرِ إِخْرَاجٍ.

Sebab, jika memang menghendaki, tentu Dia akan mempekerjakanmu tanpa harus mengeluarkanmu (dari kondisi sebelumnya).

Jika Allah berkehendak mengasihimu, niscaya Ia akan menggerakkanmu tanpa harus mengeluarkanmu dari kondisi sebelumnya.

Jika Allah hendak mengasihimu dan engkau sedang dalam maqām kasab atau mencari ilmu, Allah akan memberimu pertolongan, berupa kemudahan berbuat amal shāliḥ dan menghadap ke ḥadhirat-Nya.