Hati Senang

013 Jangan Menunda Ber’amal Shalih – Telaga Ma’rifat

TELAGA MA‘RIFAT
Mempertajam Mata Hati Dan Indra Keenam
Syekh Ibnu ‘Atha’


Alih Bahasa: Ust. Muhammad Nuh, LC
Penerbit: Mitrapress

13

JANGAN MENUNDA BER‘AMAL SHALIH

 

19. إِحَالَتُكَ الْأَعْمَالَ عَلَى وُجُوْدِ الْفَرَاغِ مِنْ رُعُوْنَاتِ النَّفْسِ

Menunda ber‘amal shalih dan menunggu kesempatan (waktu luang) merupakan kedunguan jiwa.

 

‘Amal shalih adalah perbuatan baik. Tidak terbatas pada perbuatan ritual ibadah kepada Allah saja. Namun menyantuni yatim piatu dan fakir miskin juga ‘amal shalih, bahkan menyingkirkan duri di jalan pun termasuk di dalamnya.

Kita memang diperintahkan untuk berbuat baik. Perbuatan baik atau ‘amal shalih tidak sebatas menguntungkan bagi yang ditolong, tetapi kembali pula kepada pelakunya,

Selagi nyawa masih dikandung badan, maka hendaknya kita manfaatkan untuk hal-hal kebaikan. Jangan menunda-nunda. Karena kita tak pernah tahu kapan nyawa ini terlepas dari badan. Kita tidak tahu, manakala melakukan kekejian kemudian malaikat maut merenggut nyawa kita.

Tidak sedikit orang yang mati dalam keadaan sū’-ul-khātimah. Sungguh celaka orang yang demikian itu, karena ia mati membawa beban dosa, dan tak sempat berbuat baik. Ini karena ia suka menunda-nunda waktu untuk melakukannya.

Dalam hadits Bukhari diterangkan bahwa suatu ketika Rasūlullāh s.a.w. menepuk pundak Ibnu ‘Umar seraya berkata: “Ketika engkau berada di sore hari, janganlah menanti datangnya pagi. Ketika engkau berada di pagi hari, jangan menunggu datangnya waktu petang. Manfaatkanlah kesehatanmu untuk sakitmu, dan pergunakan hidupmu untuk matimu.”

Seringkali manusia dibimbing oleh hawa nafsunya sehingga tenggelam dalam kesibukan. Bukan kesibukan beribadah di jalan Allah, tetapi kesibukan mengejar materi untuk kesenangan dunia. Kegiatan-kegiatan duniawi yang padat mengalahkan urusan ukhrawi. Akhirnya mereka terbiasa memandang bahwa urusan “mengingat Allah” itu bisa ditunda. Mereka mencuri-curi waktu untuk melakukan shalat lima waktu. Itu pun dilakukan dengan tergesa-gesa karena takut kehilangan kesempatan untuk meraih kekayaan.

Ketahuilah, bahwa yang demikian itu merupakan kebodohan. Karena akan mencelakakan diri sendiri. Dapat pula menutup mata hati dari jalan kebenaran yang hakiki. Menutup jalan menuju ma‘rifatullah. Menumpulkan indra keenam.

Bolehlah saja seseorang mencari kepentingan duniawi untuk menafkahi diri dan keluarga. Tapi janganlah kesibukan duniawi itu berlebih-lebihan karena digoda oleh keinginan-keinginan di luar batas. Karena waktu untuk menunaikan kewajiban terhadap Allah akan tersita sama sekali.

Rasūlullāh s.a.w. pernah berkhutbah: “Wahai manusia, bertaubatlah kamu kepada Allah sebelum kamu disibukkan oleh urusan duniamu. Sambunglah antara engkau dan Tuhanmu dengan memperbanyak sedekah secara rahasia atau terang-terangan, pasti kamu akan diberi rahmat, ditolong dan diberi pahala”.

Kepentingan duniawi dan akhirat sama-sama utama. Namun jangan sampai urusan dunia melupakan kepentingan akhirat. Sesungguhnya dunia ini hanya sementara. Padahal kehidupan akhirat merupakan hidup yang sesungguhnya dan kekal.

Kita membanting tulang dan memeras keringat demi mengejar materi, maka yang kita kerima adalah kenikmatan duniawi. Padahal kenikmatan itu merupakan tipuan yang sifatnya semu. Tidakkah kita berpikir bahwa akhirat itu lebih panjang bahkan tak berkesudahan?

Manusia yang sibuk mengejar urusan duniawi, diperingatkan Allah dalam surat at-Takātsur ayat 1-8: “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu hingga kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahannam. Dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihat dengan ‘ain-ul-yakin (dengan mata kepala sendiri). Kemudian kamu pasti ditanya pada hari itu tentang kenikmatan yang kamu buat bermegah-megahan di dunia.

Oleh karena itu, jangan menunda untuk berbuat baik (ber‘amal shalih). Lakukan selagi ada kesempatan. Menunda-nunda yang demikian adalah kedunguan jiwa.

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.