SYARAH HIKMAH KE-12
لَا يُشَكِّكَنَّكَ فِي الْوَعْدِ عَدَمُ وُقُوْعِ الْمَوْعُوْدِ وَ إِنْ تَعَيَّنَ زَمَنُهُ لِئَلَّا يَكُوْنَ ذلِكَ قَدْحًا فِيْ بَصِيْرَتِكَ وَ إِخْمَادًا لِنُوْرِ سَرِيْرَتِكَ
“Jangan sampai kamu ragu terhadap janji Allah karena tidak terlaksananya apa yang telah dijanjikan itu, meskipun telah tertentu (tiba) masanya. Supaya tidak menyalahi pandangan mata hatimu atau memadamkan nur cahaya hatimu (sirr (61)-mu).”
Syaikh Ibnu ‘Athā’illāh berkata:
لَا يُشَكِّكَنَّكَ فِي الْوَعْدِ عَدَمُ وُقُوْعِ الْمَوْعُوْدِ وَ إِنْ تَعَيَّنَ زَمَنُهُ.
“Jangan sampai kamu ragu terhadap janji Allah karena tidak terlaksananya apa yang telah dijanjikan itu, meskipun telah tertentu (tiba) masanya.”
Janganlah engkau meragukan janji Allah sebab tidak terlaksananya apa yang dijanjikan, walaupun sudah ditentukan waktunya (tibanya janji tersebut). Jika Allah menjanjikan suatu hal kepadamu lewat mimpi, lisan malaikat atau ilhām Raḥmānī, kemudian tidak terwujud, maka janganlah engkau ragu, walaupun waktunya sudah ditetapkan.
لِئَلَّا يَكُوْنَ ذلِكَ قَدْحًا فِيْ بَصِيْرَتِكَ وَ إِخْمَادًا لِنُوْرِ سَرِيْرَتِكَ
“Supaya tidak menyalahi pandangan mata hatimu atau memadamkan nur cahaya hatimu (sirr-mu).”
Supaya tidak mengaburkan pandangan mata hatimu atau memadamkan cahaya lubuk hatimu.
Jika seorang murīd mengalami khāthir (72) raḥmānī atau khāthir malikī akan terjadinya sesuatu, lalu sesuatu tersebut tidak terjadi, maka hendaklah ia tidak merasa ragu, akan tetapi hendaklah ia mengetahui tingkatan tata krama di hadapan Allah dan meyakinkan hatinya. Barang siapa seperti penggambaran ini, maka ia adalah ‘ārif billāh. Wallāhu a‘lam.