SYARAH HIKMAH KE-9
مَتَى أَعْطَاكَ أَشْهَدَكَ بِرَّهُ وَ مَتَى مَنَعَكَ أَشْهَدَكَ قَهْرَهُ، فَهُوَ فِيْ كُلِّ ذلِكَ مُتَعَرِّفٌ إِلَيْكَ، وَ مُقْبِلٌ بِوُجُوْدِ لُطْفِهِ عَلَيْكَ.
“Ketika Allah memberikan sebuah pengabulan kepadamu, Allah memperlihatkan sifat kebaikan-Nya dan sifat dermawan-Nya. Ketika Allah tidak memberikan pengabulan kepadamu, Allah memperlihatkan sifat Qahhar-Nya (memaksa) kepadamu, agar engkau tahu bahwa suatu ketika Allah tidak berkenan memberimu, maka ketika Allah tidak memberikan pengabulan kepadamu itu karena hendak menunjukkan (memperkenalkan) diri kepadamu, dan ketika Allah memberikan perkara kedua (memberi pengabulan) itu karena hendak menemuimu dengan sifat belas-kasihNya kepadamu (agar engkau mengenal-Nya dan mengharap kepada-Nya)”.
Syaikh Ibnu ‘Athā’illāh menuturkan tentang luasnya pemahaman ketika tidak diberi (dikabulkannya doa), melalui perkataan beliau:
مَتَى أَعْطَاكَ أَشْهَدَكَ بِرَّهُ.
“Ketika Allah memberikan sebuah pengabulan kepadamu, Allah memperlihatkan sifat kebaikan-Nya dan sifat dermawan-Nya.”
Ketahuilah, bahwa sekiranya Allah telah memberimu, maka janganlah engkau berpaling dari-Nya.
وَ مَتَى مَنَعَكَ أَشْهَدَكَ قَهْرَهُ، فَهُوَ فِيْ كُلِّ ذلِكَ مُتَعَرِّفٌ إِلَيْكَ، وَ مُقْبِلٌ بِوُجُوْدِ لُطْفِهِ عَلَيْكَ.
“Ketika Allah tidak memberikan pengabulan kepadamu, Allah memperlihatkan sifat Qahhar-Nya (memaksa) kepadamu, agar engkau tahu bahwa suatu ketika Allah tidak berkenan memberimu, maka ketika Allah tidak memberikan pengabulan kepadamu itu karena hendak menunjukkan (memperkenalkan) diri kepadamu, dan ketika Allah memberikan perkara kedua (memberi pengabulan) itu karena hendak menemuimu dengan sifat belas-kasihNya kepadamu (agar engkau mengenal-Nya dan mengharap kepada-Nya)”.
Alhasil, hal yang dituntut dari seorang hamba adalah, mengenal Tuhannya beserta sifat-sifatNya. Seorang hamba tidak bisa mengenal Tuhannya kecuali dengan pengetahuan yang diberikan Tuhan kepadanya. Allah mengenalkan diri-Nya pada hamba-Nya dengan cara memberi anugerah ataupun tidak memberikannya. Tujuannya, agar seorang hamba mengingat-Nya dalam kondisi apapun. Sebagai perumpamaan, seorang yang mengajarkan tatakrama pada anaknya atau budaknya, terkadang orang tersebut harus memukul atau memberi sesuatu yang disukai, agar sang anak mengenal ayahnya, dan sang hamba mengenal tuannya. Pahamilah masalah ini!