008 Syarah Hikmah Ke-8 – Syarah al-Hikam – KH. Sholeh Darat

شَرْحَ
AL-HIKAM
Oleh: KH. SHOLEH DARAT
Maha Guru Para Ulama Besar Nusantara
(1820-1903 M.)

Penerjemah: Miftahul Ulum, Agustin Mufarohah
Penerbit: Penerbit Sahifa

Syarah al-Hikam

KH. Sholeh Darat
[Ditulis tahun 1868]

SYARAH HIKMAH KE-8

 

مَتَى فُتِحَ لَكَ بَابُ الْفَهْمِ فِي الْمَنْعِ عَادَ الْمَنْعِ عَيْنَ الْعَطَاءِ

Ketika dibuka pintu kepahaman untukmu tentang arti sebuah pencegahan (tidak memberimu perkara dunia), maka bisa jadi tidak diberinya (perkara dunia) itu adalah hakikat pemberian.

 

Syaikh Ibnu ‘Athā’illāh berkata:

مَتَى فُتِحَ لَكَ بَابُ الْفَهْمِ فِي الْمَنْعِ عَادَ الْمَنْعِ عَيْنَ الْعَطَاءِ

Ketika dibuka pintu kepahaman untukmu tentang arti sebuah pencegahan (tidak memberimu perkara dunia), maka bisa jadi tidak diberinya (perkara dunia) itu adalah hakikat pemberian.

Ketika engkau tidak dianugerahi harta dunia, hendaknya engkau menyadari dan memahami bahwa tidak diberinya harta dunia itu adalah wujud kasih-sayang Allah terhadapmu. Karena Allah sudah mengetahui (keadaan) dirimu bahwa kefakiranmu itu lebih baik untukmu, sebab jika hal itu tidak baik, Allah tidak akan memberikanmu kefakiran. Dan Allah s.w.t. bersifat belas-kasih terhadap hamba-Nya.

Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa salah satu sahabat yang bernama Tsa‘labah yang sangat fakir dan beliau menjadi pelayan Rasūlullāh s.a.w., tidak pernah lepas dari shalat berjama‘ah bersama Rasūl, suatu hari beliau berkata pada Rasūl: “Ya Rasūlullāh, hendaklah engkau memohonkan kepada Allah agar rezekiku menjadi luas.” Kemudian Rasūl menjawab: “Wahai Tsa‘labah kefakiranmu itu lebih baik untukmu.” Kemudian Tsa‘labah memintanya lagi kepada Rasūl, dan Rasūl menjawab: “Wahai Tsa‘labah kefakiranmu itu lebih baik untukmu.” Tsa‘labah mengulang-ulang permintaannya kepada Rasūl berkali-kali. Hingga akhirnya Rasūlullāh pun mendoakan sesuai permintaan Tsa‘labah. Rezeki Tsa‘labah menjadi lapang, akan tetapi ia tidak lagi istiqāmah shalat berjamā‘ah. Seiring berjalannya waktu, harta bendanya semakin berlimpah, ia menjadi ingkar untuk membayar kewajiban zakat. Pada akhirnya ia menjadi orang yang munafik, sampai-sampai mati dalam keadaan munafik. Allah s.w.t. dan Rasūlullāh s.a.w. tidak mau menerima taubat Tsa‘labah, maka ia menjadi seperti Qārūn. Oleh karena itu, jangan merasa bahagia dengan bertambahnya hartamu, sementara ibadahmu semakin berkurang.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *