007-1 Tahapan Puji & Syukur | Minhaj-ul-Abidin

Dari Buku:

Minhajul ‘Abidin
Oleh: Imam al-Ghazali

Penerjemah: Moh. Syamsi Hasan
Penerbit: Penerbit Amalia Surabaya

Rangkaian Pos: 007 Tahapan Puji & Syukur | Minhaj-ul-Abidin

BAB VII

TAHAPAN PUJI DAN SYUKUR

 

Setelah anda berhasil menempuh tahapan demi tahapan sebagaimana tersebut, dan mendapatkan apa yang menjadi maksud anda, yaitu selamatnya ibadah dari afat, noda dan cacat – dengan tetap memohon semoga Allah berkenan memberikan sebaik-baik petunjuk-Nya – hendaklah anda memuji dan bersyukur kepada Allah atas nikmat yang besar dan karunia yang mulia ini.

Kewajiban memuji dan bersyukur ini adalah karena dua hal, yaitu:

1. Agar kenikmatan yang besar ini kekal.

2. Agar mendapatkan tambahan nikmat.

Adapun mengenai kekalnya nikmat, karena syukur merupakan pengikat nikmat. Dengan bersyukur nikmat itu bisa langgeng dan kekal. Sebaliknya, dengan meninggalkan syukur, nikmat akan hilang dan berpindah.

Allah s.w.t. berfirman:

إِنَّ اللهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّى يُغَيِّرُوْا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

Artinya:

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (ar-Ra‘d: 11).

Dan Allah s.w.t. juga berfirman:

فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللهِ فَأَذَاقَهَا اللهُ لِبَاسَ الْجُوْعِ وَ الْخَوْفِ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ

Artinya:

Tetapi (penduduk)-nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (an-Naḥl: 112).

Dan firman-Nya:

مَا يَفْعَلُ اللهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَ آمَنْتُمْ

Artinya:

Allah tidak akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman.” (an-Nisā’: 147).

Rasūlullāh s.a.w. bersabda:

إِنَّ لِلنِّعَمِ أَوَابِدَ كَأَوَابِدِ الْوَحْشِ فَقَيِّدُوْا بِالشُّكْرِ

Artinya:

Nikmat-nikmat itu kondisinya liar seperti liarnya binatang buas. Oleh karena itu, ikatlah dengan tali syukur kepada Allah.

Sedangkan mengenai perolehan tambahan nikmat, adalah karena syukur merupakan pengikut nikmat yang dapat membuahkan tambahan kenikmatan pula.

Allah s.w.t. berfirman:

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأَزِيْدَنَّكُمْ

Artinya:

Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (Ibrāhīm: 7)

Dan firman-Nya:

وَ الَّذِيْنَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى

Artinya:

Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka.” (Muḥammad: 17).

Dan firman-Nya pula:

وَ الَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا

Artinya:

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (al-‘Ankabūt: 69).

Seorang majikan yang bijaksana apabila mengetahui budaknya benar-benar telah memenuhi hak kenikmatan yang diberikan padanya, tentu ia akan memberikan nikmat lain dan mengetahui bahwa orang yang diberi itu adalah orang yang ahli menerima nikmat. Dan sebaliknya, jika budak itu tidak mau memenuhi hak nikmat, pasti sang majikan memutuskan nikmatnya dari budak itu.

Selanjutnya, nikmat Allah itu secara garis besar dapat dikualifikasikan menjadi dua macam, yaitu:

1. Nikmat dunia.

2. Nikmat agama.

Sedangkan nikmat dunia ada dua macam, yaitu:

1. Nikmat manfaat dan

2. Nikmat berupa tertolaknya bahaya.

Nikmat yang berupa manfaat yaitu jika Allah memberi kemashlahatan dan kemanfaatan kepada anda. Kenikmatan manfaat juga ada dua macam, yaitu:

a. Bentuk badan yang sempurna, selamat dan sehat.

b. Berbagai macam selera akan kelezatan dan kesenangan, seperti makan, minum, berpakaian, nikah dan sebagainya.

Sedangkan nikmat berupa tertolaknya madharat, yaitu apabila anda dijauhkan dari berbagai macam kerusakan dan kemadharatan. Nikmat ini juga ada dua macam, yaitu:

a. Nikmat akan keselamatan diri anda dari kelumpuhan dan berbagai penyakit.

b. Nikmat tertolaknya berbagai macam perkara yang dapat membuat menderita, yaitu dihilangkannya berbagai macam rintangan dan gangguan baik yang datang dari manusia, jin, binatang buas dan lain sebagainya.

Adapun nikmat agama, juga ada dua macam:

1. Nikmat mendapatkan taufīq (petunjuk) Allah

2. Nikmat berupa pemeliharaan Allah.

Nikmat taufīq (petunjuk), yaitu Allah memberikan petunjuk kepada anda, mula-mula Ia memberikan kemudahan anda untuk memeluk agama Islam, lalu kemudahan dalam menjalankan sunnah dan ketaatan.

Sedangkan, nikmat pemeliharaan, yaitu pemeliharaan Allah terhadap diri anda. Awalnya menyelamatkan anda dari kekafiran dan kemusyrikan, lalu dari bid‘ah dan kesesatan, kemudian dari segala bentuk kemaksiatan.

Adapun mengenai kenikmatan tersebut, secara terperinci tidak ada yang sanggup menghitungnya, kecuali Allah Yang Maha Mengetahui. Sebagaimana firman Allah s.w.t.:

وَ إِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللهِ لاَ تُحْصُوْهَا

Artinya:

Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscara kamu tidak dapat menentukan jumlahnya.” (an-Naḥl: 18).

Kekalan semua kenikmatan itu, sesudah Allah memberikannya kepada anda dan menambahinya dengan segala macam kebaikan dan kenikmatannya adalah merupakan anugerah kenikmatan yang tidak dapat dihitung dan tidak pula dapat anda bayangkan banyaknya. Semuanya berhubungan erat dengan satu hal, yaitu syukur dan memuji Allah.

Syukur dan memuji Allah mempunyai nilai yang sangat besar dan mengandung banyak manfaat, harus tetap berpegang teguh, jangan sampai dilupakan. Karena, syukur dan memuji Allah itu ibarat permata yang mahal harganya dan nilai kebahagiaan yang agung. Semoga Allah, selalu memberikan petunjuk, anugerah dan rahmat-Nya kepada kita, amin.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *