006 Syarah Hikmah Ke-6 – Syarah al-Hikam – KH. Sholeh Darat

شَرْحَ
AL-HIKAM
Oleh: KH. SHOLEH DARAT
Maha Guru Para Ulama Besar Nusantara
(1820-1903 M.)

Penerjemah: Miftahul Ulum, Agustin Mufarohah
Penerbit: Penerbit Sahifa

Syarah al-Hikam

KH. Sholeh Darat
[Ditulis tahun 1868]

SYARAH HIKMAH KE-6

لَا يَكُنْ تَأَخُّرُ أَمَدِ الْعَطَاءِ مَعَ الْإِلْحَاحِ فِي الدُّعَاءِ مُوْجِبًا لِيَأْسِكَ فَهُوَ ضَمِنَ لَكَ الْإِجَابَةَ فِيْمَا يَخْتَارُهُ لَكَ لَا فِيْمَا تَخْتَارُ لِنَفْسِكَ وَ فِي الْوَقْتِ الَّذِيْ يُرِيْدُ لَا فِي الْوَقْتِ الَّذِيْ تُرِيْدُ

Janganlah kelambatan masa pemberian Tuhan kepadamu, padahal engkau sungguh-sungguh dalam berdoa, itu menyebabkanmu patah harapan. Sebab Allah telah menjamin menerima semua doa dalam apa yang Ia kehendaki untukmu, bukan menurut kehendakmu, pada waktu yang ditentukan-Nya, bukan pada waktu yang engkau tentukan.

 

Syaikh Ibnu ‘Athā’illāh berkata:

لَا يَكُنْ تَأَخُّرُ أَمَدِ الْعَطَاءِ مَعَ الْإِلْحَاحِ فِي الدُّعَاءِ مُوْجِبًا لِيَأْسِكَ

Janganlah kelambatan masa pemberian Tuhan kepadamu, padahal engkau sungguh-sungguh dalam berdoa, itu menyebabkanmu patah harapan.

Janganlah lamanya masa pemberian (Tuhanmu kepadamu), padahal engkau bersungguh-sungguh dalam berdoa, itu menjadikanmu berputus asa dalam berdoa dan berputus asa dalam dikabulkannya doamu. Ketika engkau memohon kepada Allah agar berhasil dalam suatu perkara, lantas tidak berhasil, maka janganlah hal tersebut menjadikan engkau memutuskan doamu dan jangan berkeyakinan bahwa Allah tidak mau mengabulkan doamu. Janganlah doamu untuk meminta tercapainya sebuah tujuan menjadiakanmu musyrik, sebab Allah sudah berjanji akan mengabulkan setiap orang yang berdoa. Oleh karena itu Syaikh Ibnu ‘Athā’illāh berkata:

 

فَهُوَ ضَمِنَ لَكَ الْإِجَابَةَ فِيْمَا يَخْتَارُهُ لَكَ لَا فِيْمَا تَخْتَارُ لِنَفْسِكَ وَ فِي الْوَقْتِ الَّذِيْ يُرِيْدُ لَا فِي الْوَقْتِ الَّذِيْ تُرِيْدُ

Sebab Allah telah menjamin menerima semua doa dalam apa yang Ia kehendaki untukmu, bukan menurut kehendakmu, pada waktu yang ditentukan-Nya, bukan pada waktu yang engkau tentukan.

Pada hakikatnya, Allah itu sudah menjamin akan mengabulkan doa-doamu, menurut apa yang Ia pilihkan untukmu, bukan menurut apa yang engkau pilihkan untuk dirimu sendiri, pada waktu yang sudah Ia kehendaki, bukan pada waktu yang engkau inginkan.

Allah adalah Dzat yang mengabulkan doa-doa hamba-Nya, sebab Allah telah berfirman:

اُدْعُوْنِيْ أَسْتَجِبْ لَكُمْ.

“….Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu..…” (al-Mu’min [40]: 60).

Pengabulan tersebut menurut apa yang telah Allah pilihkan, bukan menurut apa yang engkau pilih, karena engkau tidak mengetahui apa yang bermanfaat untukmu dan apa yang madharat bagimu. Terkadang engkau meminta luasnya rezeki dan memohon dikaruniai anak karena engkau mengiranya bermanfaat, tetapi kemudian engkau tidak diberi rezeki dan anak seperti yang engkau pinta tersebut. Boleh jadi, ketidakterkabulnya permohonanmu tersebut, karena Allah sudah mengetahui jika engkau diberi rezeki yang lapang, akan membahayakan atau memberi madharat pada agamamu. Atau jika engkau dikaruniai anak, engkau lantas berbuat maksiat. Maka tidak dikabulkannya doamu itu berarti sudah dikabulkan. Pahamilah! Allah mengabulkan permohonan hamba-Nya pada waktu yang dikehendaki-Nya bukan yang engkau inginkan, pengabulan yang Allah berikan itu menurut fadhal-Nya, bukan karena menuruti keinginanmu.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *