Hati Senang

006-9 Tahapan Penoda & Perusak Ibadah | Minhaj-ul-Abidin

Dari Buku:

Minhajul ‘Abidin
Oleh: Imam al-Ghazali


Penerjemah: Moh. Syamsi Hasan
Penerbit: Penerbit Amalia Surabaya

Selanjutnya aku pandang perlu untuk mengemukakan suatu hadis yang datang dari manusia terbaik yang benar dan terpercaya, yaitu baginda Muḥammad s.a.w. dan aku telah menyebutkan hadis berikut ini, bukan hanya di dalam satu kitab saja. Diriwayatkan dari Ibnu Mubārak bahwa seorang sahabat yang bernama Khālid bin Ma‘dān berkata kepada Mu‘ādz: “Ceritakanlah kepadaku, sebuah hadis yang anda dengar dari Rasūlullāh s.a.w. yang anda hafal dan selalu mengingatnya setiap hari, karena begitu penting dan dalamnya.”

Mu‘ādz berkata: “Ya baiklah, akan aku ceritakan.” Kemudian Mu‘ādz menangis lama sekali. Setelah itu, barulah ia berkata: “Aku sangat rindu pada Rasūlullāh, dan dorongan untuk bertemu dengan beliau begitu besar.” Selanjutnya, Mu‘ādz berkata: “Dan ketika aku telah berada di sisi Rasūlullāh s.a.w., tiba-tiba beliau menunggang onta dan menyuruh padaku agar naik di belakang beliau. Lalu kami berangkat dengan berkendaraan onta itu. Sesudah berjalan beberapa saat, beliau menengadah ke langit seraya bersabda:

الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ يَقْضِيْ فِيْ خَلْقِهِ مَا يَشَاءُ يَا مُعَاذُ

Artinya:

Segala puji bagi Allah yang telah menetapkan hukum bagi makhluk-Nya, menurut apa yang Dia kehendaki, wahai Mu‘ādz.

Aku menjawab: “Ya, wahai Sayyidal-Mursalīn (tuan para rasul).” Selanjutnya beliau bersabda:

أُحَدِّثُكَ بِحَدِيْثٍ إِنْ أَنْتَ حَفِظْتَهُ نَفَعَكَ وَ إِنْ ضَيَّعْتَهُ اِنْقَطَعَتْ حُجَّتُكَ عِنْدَ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ. يَا مُعَاذُ، إِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَ تَعَالَى خَلَقَ سَبْعَةَ أَمْلاَكٍ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَ الأَرْضِ لِكُلِّ سَمَاءٍ مَلَكًا بَوَّابًا خَازِنًا وَ جَعَلَ عَلَى كُلِّ بَابٍ مِنْ أَبْوَابِ السَّمَاوَاتِ مَلَكًا بَوَّابًا عَلَى قَدْرِ الْبَابِ وَ جلاَلَتِهِ. فَتَصْعَدُ الْحَفَظَةُ بِعَمَلِ الْعَبْدِ وَ لَهُ نُوْرٌ وَ شُعَاعٌ كَالشَّمْسِ حَتَّى إِذَا بَلَغَ السَّمَاءَ الدُّنْيَا وَ الْحَفَظَةُ تَسْتَكْثِرُ عَمَلَهُ وَ تُزَكِّيْهِ فَإِذَا انْتَهَى إِلَى الْبَابِ قَالَ الْمَلَكُ لِلْحَفَظَةِ: اِضْرِبُوْا بِهذَا الْعَمَلِ وَجْهَ صَاحِبِهِ أَنَا صَاحِبُ الْغِيْبَةِ أَمَرَنِيْ رِبِّيْ أَنْ لاَ أَدَعَ عَمَلَ مَنْ يَغْتَابُ النَّاسَ يَتَجَاوَزُنِيْ إِلَى غَيْرِيْ

Artinya:

Aku akan berikan sebuah hadis kepada anda, jika anda hafal dan menjaganya, maka sangat bermanfaat bagi anda. Tetapi jika anda menyia-nyiakannya, maka kelak di hadapan Allah anda tidak akan mempunyai ḥujjah (argumentasi). Hai Mu‘ādz, Allah s.w.t. telah menciptkan tujuh malaikat sebelum Ia menciptakan langit dan bumi. Pada setiap langit terdapat seorang malaikat penjaga pintu, dan setiap pintu langit dijaga oleh seorang malaikat, menerut derajat pintu dan keagungannya.

Kemudian Malaikah Ḥafazhah naik membawa ‘amal seorang hamba yang bersinar bagaikan matahari, sesampainya di langit dunia, setelah Malaikat Ḥafazhah menyatakan banyaknya ‘amal hamba itu dan menerangkan kebaikan amal tersebut, malaikat penjaga langit dunia berkata kepada Malaikat Ḥafazhah: “Tamparkan ‘amal ini ke wajah pemilikinya! Aku adalah pengawas orang-orang yang suka mengumpat. Tuhanku memerintahkan kepadaku agar aku tidak membiarkan ‘amal orang yang suka mengumpat dapat lolos melewatiku, untuk mencapai pada langit berikutnya:

ثُمَّ تَصْعَدُ الْحَفَظَةُ مِنَ الْغَدِ مَعَهُمْ عَمَلٌ صَالِحٌ لَهُ نُوْرٌ تَسْتَكْثِرُهُ الْحَفَظَةُ وَ تُزَكِّيْهِ حَتَّى إِذَا انْتَهُوْا بِهِ إِلَى السَّمَاءِ الثَّانِيَةِ قَالَ الْمَلَكُ: قِفُوْا وَ اضْرِبُوْا بِهذَا الْعَمَلِ وَجْهَ صَاحِبِهِ فَإِنَّهُ أَرَادَ بِهِ عَرَضَ الدُّنْيَا أَمَرَنِيْ رَبِّيْ أَنْ لاَ أَدَعَ عَمَلَهُ يَتَجَاوَزُنِيْ إِلَى غَيْرِيْ فَتَلْعَنُهُ الْمَلاَئِكَةُ حَتَّى يُمْسِيَ وَ تَصْعَدُ الْحَفَظَةُ بِعَمَلِ الْعَبْدِ مُبْتَهِجًا بِهِ فِيْهِ صَدَقَةٌ وَ صِيَامٌ وَ كَثِيْرٌ مِنَ الْبِرِّ فَتَسْتَكْثِرُهُ الْحَفَظَةُ وَ تُزَكِّيْهِ فَإِذَا انْتَهُوْا بِهِ إِلَى السَّمَاءِ الثَّالِثَةِ قَالَ الْمَلَكُ الْبَوَّابُ: قِفُوْا بِهذَا الْعَمَلِ وَجْهَ صَاحِبِهِ أَنَا مَلَكَ صَاحِبِ الْكِبْرِ أَمَرَنِيْ رَبِّيْ أَنْ لاَ أَدَعَ عَمَلَهُ يَتَجَاوَزَنِيْ إِلَى غَيْرِيْ إِنَّهُ كَانَ يَتَكَبَّرُ عَلَى النَّاسِ فِيْ مَجَالِسِهِمْ

Artinya:

Kemudian keesokan harinya, Malaikat Ḥafazhah naik lagi membawa ‘amal saleh yang bercahaya dan oleh Malaikat Ḥafazhah dianggapnya baik lagi suci. Sesampai ke langit kedua – setelah lolos dari langit pertama, sebab pemiliknya bukan pengumpat – penjaga langit kedua berkata: “Berhenti, tamparkan ‘amal itu ke wajah pemiliknya. Sebab ia ber‘amal dengan mengharap dunia. Allah memerintahkan aku agar tidak membiarkan ‘amal semacam itu, lolos melewatiku untuk sampai pada langit berikutnya.” Kemudian para malaikat melaknat orang yang memiliki ‘amal itu.

Hingga pada kali yang lain Malaikat Ḥafazhah naik membawa ‘amal hamba yang cemerlang, berupa sedekah, puasa dan berbagai kebaikan, yang oleh malaikat Ḥafazhah dianggap banyak dan bagus. Sesampainya di langit ketiga, malaikat penjaga berkata: “Berhenti! Tamparkan ‘amal ini ke wajah pemiliknya! Aku adalah malaikat penjaga kesombongan. Allah memerintah padaku agar tidak membiarkan ‘amal semacam itu, lolos melewatiku untuk sampai pada langit berikutnya. Pemilik ‘amal ini sombong terhadap manusia di dalam majelis bersama mereka.

وَ تَصْعَدُ الْحَفَظَةُ بِعَمَلِ الْعَبْدِ وَ هُوَ يَزْهُوْ كَمَا تَزْهُو النُّجُوْمُ وَ الْكَوَاكِبُ الدُّرِّيُّ لَهُ دَوِيٌّ وَ تَسْبِيْحٌ بِصَوْمٍ وَ صَلاَةٍ وَ حَجٍّ وَ عُمْرَةٍ فَإِذَا انْتَهُوْا إِلَى السَّمَاءِ الرَّابِعَةِ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهَا: قِفُوْا وَ اضْرِبُوْا بِهذَا الْعَمَلِ وَجْهَ صَاحِبِهِ أَنَا مَلَكُ صَاحِبِ الإِعْجَابِ أَمَرَنِيْ رَبِّيْ أَنْ لاَ أَدَعَ عَمَلَهُ يَتَجَاوَزُنِيْ إِلَى غَيْرِيْ إِنَّهُ كَانَ إِذَا عَمَلَ عَمَلاً أَدْخَلَ الْعُجْبَ فِيْهِ.

Artinya:

Malaikat Ḥafazhah naik membawa ‘amal seorang hamba, ‘amalan ini bersinar bagaikan bintang-gemintang yang gemerlapan, bersuara dan membaca tasbih, yaitu ‘amal-‘amal puasa, shalat, haji dan ‘umrah. Sesampainya pada langit keempat, malaikat penjaga langit berkata: “Berhenti, tamparkan ‘amal itu ke wajah pemiliknya! Aku adalah malaikat pengawal ujub. Allah memerintahkanku agar jangan sampai ‘amal semacam itu bisa lolos melewatiku, hingga sampai pada langit berikutnya. Sesungguhnya pemilik ‘amal ini ketika ber‘amal memasukkan ‘ujub ke dalam ‘amalnya.

وَ تَصْعَدُ الْحَفَظَةُ بِعَمَلِ الْعَبْدِ يُزَفُّ كَمَا يُزَفُّ الْعَرُوْسَ إِلَى أَهْلِهَا حَتَّى إِذَا انْتَهُوْا إِلَى السَّمَاءِ الْخَامِسَةِ بِذلِكَ الْعَمَلِ الْحَسَنِ مِنْ جِهَادٍ وَ حَجٍّ وَ عُمْرَةٍ لَهُ ضَوْءٌ كَضَوْءِ الشَّمْسِ فَيَقُوْلُ الْمَلَكُ: أَنَا صَاحِبُ الْحَسَدِ إِنَّهُ كَانَ يَحْسُدُ النَّاسَ عَلَى مَا آتَاهُمُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِ فَقَدْ سَخِطَ مَا أَرْضَ اللهَ أَمَرَنِيْ رَبِّيْ أَنْ لاَ أَدَعَ عَمَلَهُ يَتَجَاوَزُنِيْ إِلَى غَيْرِيْ.

Artinya:

Selanjutnya, Malaikat Ḥafazhah naik ke langit membawa ‘amal seorang hamba, yang dielu-elukan bagaikan pengantin pria dipertemukan dengan pengantin wanita. Sesampai di langit kelima dengan membaca ‘amal-‘amal baik itu, berupa jihad, haji dan ‘umrah yang terangnya seperti matahari, ternyata malaikat penjaga pintu langit kelima itu berkata: “Aku malaikat penjaga kedengkian. Pemilik ‘amal ini bersikap dengki pada orang lain yang mendapatkan kenikmatan dari Allah. Ia benci terhadap apa yang menjadikan Allah ridhā’. Aku diperintahkan Allah agar tidak membiarkan ‘amalan semacam ini bisa lolos melewatiku, hingga sampai pada langit berikutnya.

وَ تَصْعَدُ الْحَفَظَةُ بِعَمَلِ الْعَبْدِ بِوُضُوْءٍ تَامٍ وَ صَلاَةٍ كَثِيْرَةٍ وَ صِيَامٍ وَ حَجٍّ وَ عُمْرَةٍ حَتَّى يَتَجَاوَزُ بِهِ إِلَى السَّمَاءِ السَّادِسَةِ فَيَقُوْلُ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِالْبَابِ: أَنَا صَاحِبُ الرَّحْمَةِ، اضْرِبُوْا بِهذَا الْعَمَلِ وَجْهَ صَاحِبِهِ إِنَّهُ كَانَ لَمْ يَرْحَمْ قَطُّ إِنْسَانًا وَ إِنْ أُصِيْبَ عَبْدٌ شَمِتَ بِهِ أَمَرَنِيْ رَبِّيْ أَنْ لاَ أَدَعَ عَمَلَهُ يَتَجَاوَزَنِيْ إِلَى غَيْرِيْ.

Artinya:

Malaikat Ḥafazhah naik lagi dengan membawa ‘amal seorang hamba. ‘Amal itu berupa wudhu’ yang sempurna, shalat yang banyak, puasa, haji dan ‘umrah. Sesampai di langit keenam, malaikat penjaga berkata: “Aku malaikat penjaga rahmat, tamparkan ‘amal itu ke wajah pemiliknya! Pemilik ‘amal ini sama sekali tidak mempunyai belas kasihan kepada orang lain, bahkan apabila ada orang ditimpa musibah ia merasa senang. Tuhanku merintahkan kepadaku agar tidak membiarkan ‘amal semacam ini, bisa lolos melewatiku menuju ke langit berikutnya.

وَ تَصْعَدُ الْحَفَظَةُ بِعَمَلِ الْعَبْدِ بِنَفَقَةٍ كَثِيْرَةٍ وَ صَوْمٍ وَ صَلاَةٍ وَ جِهَادٍ وَ وَرَعٍ لَهُ صَوْتٌ كَصَوْتِ الرَّعْدِ وَ ضَوْءٌ كَضَوْءٍ الْبَرْقِ فَإِذَا انْتَهُوْا إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ فَيَقُوْلُ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِالسَّمَاءِ: أَنَا صَاحِبُ الذِّكْرِ – يَعْنِي السُّمْعَةَ وَ الصِّيْتَ فِي النَّاسِ – إِنَّ صَاحِبَ هذَا الْعَمَلِ أَرَادَ بِهِ الذِّكْرَ فِي الْمَجَالِسِ وَ الرِّفْعَةَ عِنْدَ الْقُرَنَاءِ وَ الْجَاهَ عِنْدَ الْكُبَرَاءِ أَمَرَنِيْ رَبِّي أَنْ لاَ أَدَعَ عَمَلَهُ يَتَجَاوَزُنِيْ إِلَى غَيْرِيْ وُ كُلُّ عَمَلٍ لَمْ يَكُنْ للهِ تَعَالَى خَالِصًا فَهُوَ رِيَاءٌ وَ لاَ يَقْبَلُ اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ عَمَلَ الْمُرَائِيْ

Artinya:

Malaikat Ḥafazhah naik lagi dengan membawa ‘amal hamba berupa sedekah yang banyak, puasa, shalat, jihad dan wara‘, yang suaranya bagaikan petir menyambar-nyambar dan cahayanya bagaikan kilat. Sesampainya ke langit ketujuh, malaikat penjaga berkata: “Aku adalah malaikat pengawal sum‘ah dan penonjolan diri di masyarakat. Pemilik ‘amal ini menginginkan agar namanya disebut-sebut di majelis-majelis (berbagai forum), terpandang di antara teman-temannya dan mempunyai kedudukan di kalangan orang-orang besar. Aku diperintahkan Tuhanku agar tidak membiarkan ‘amal semacam ini dapat lolos melewatiku menuju pada perjalanan berikutnya. Sebab, semua ‘amal yang tidak dilakukan secara ikhlas karena Allah adalah riyā’ dan Allah tidak berkenan menerima ‘amal orang yang riyā’.

وَ تَصْعَدُ الْحَفَظَةُ بِعَمَلِ الْعَبْدِ مِنْ صَلاَةٍ وَ زَكَاةٍ وَ صِيَامٍ وَ حَجٍّ وَ عُمْرَةٍ وَ خُلُقٍ حَسَنٍ وَ صَمْتٍ وَ ذِكْرِ اللهِ تَعَالَى وَ تُشَيِّعُهُ مَلاَئِكَةُ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ حَتَّى تَقْطَعَ الْحُجَبَ كُلَّهَا إِلَى اللهِ سُبْحَانَهُ فَيَقِفُوْنَ بَيْنَ يَدَيِ الرَّبِّ جَلَّ جَلاَلُهُ وَ يَشْهَدُوْنَ لَهُ بِالْعَمَلِ الصَّالِحِ الْمُخْلَصِ للهِ تَعَالَى فَيَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى أَنْتُمُ الْحَفَظَةُ عَلَى عَمَلِ عَبْدِيْ وَ أَنَا الرَّقِيْبُ عَلَى مَا فِيْ نَفْسِهِ إِنَّهُ لَمْ يُرِدْنِيْ بِهذَا الْعَمَلِ وَ أَرَادَ بِهِ غَيْرِيْ وَ لاَ أَخْلَصَهُ لِيْ وَ أَنَا أَعْلَمُ بِمَا أَرَادَ مِنْ عَمَلِهِ عَلَيْهِ لَعْنَتِيْ غَرَّ الآدَمِيِّيْنَ وَ غَرَّكُمْ وَ لَمْ يَغُرُّنِيْ وَ أَنَا عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ الْمُطَّلِعُ عَلَى مَا فِي الْقُلُوْبِ لاَ تَخْفَى عَلَيَّ خَافِيَةٌ وَ لاَ تَعْزُبُ عَنِّيْ عَازِبَةٌ عِلْمِيْ بِمَا كَانَ كَعِلْمِيْ بِمَا يَكُوْنُ وَ عِلْمِيْ بِمَا مَضَى كَعِلْمِيْ بِمَا بَقِيَ وَ عِلْمِيْ بِالأَوَّلِيْنَ كَعِلْمِيْ بِالآخِرِيْنَ أَعْلَمُ السِّرِّ وَ أَخْفَى فَكَيْفَ يَغُرُّنِيْ عَبْدِيْ بِعَمَلِهِ إِنَّمَا يَغُرُّ الْمَخلُوْقِيْنَ الَّذٍيْنَ لاَ يَعْلَمُوْنَ وَ أَنَا عَلاَّمُ الْغُيُوْبَ عَلَيْهِ لَعْنَتِيْ وَ تَقُوْلُ الْمَلاَئِكَةُ السَّبْعَةُ وَ الثَّلاَثَةُ الآلآفِ الْمُشَيِّعُوْنَ يَا رَبَّنَا عَلَيْهِ لَعْنَتُكَ وَ لَعْنَتُنَا فَيَقُوْلُ أَهْلَ السَّمَاوَاتِ عَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَ لَعْنَةُ الآعِنِيْنَ

Artinya:

Malaikat Ḥafazhah naik lagi dengan membawa ‘amal hamba berupa shalat, puasa, haji, umrah, akhlak mulia, pendiam, suka berdzikir. ‘Amal-‘amal itu diiringkan oleh malaikat tujuh langit, hingga dapat menerobos semua ḥijāb (tabir), hingga sampai di hadapan Allah. Para malaikat itu berdiri di depan Allah dan memberi kesaksian akan kesalehan dan keikhlasan ‘amal hamba itu karena Allah ta‘ala. Lalu Allah berfirman: “Kalian adalah para malaikat yang menjaga ‘amal hamba-Ku, sedangkan Aku adalah Tuhan yang selalu mengawasi apa yang berada di hati hamba-Ku. Hamba ini ber‘amal bukan untuk-Ku, tetapi dengan ‘amal itu, ia menghendaki buat yang selain Aku. Aku lebih mengetahui apa yang dia kehendaki dengan ‘amalnya. Hamba ini mendapatkan laknat-Ku. Ia menipu anak cucu Ādam dan menipu kalian semua, tetapi ia tidak bisa menipu Aku. Aku-lah Yang Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Aku mengetahui segala isi hati hamba, dan yang telah terjadi sama dengan pengetahuan-Ku atas sesuatu yang belum terjadi. Pengetahuan-Ku atas sesuatu yang telah lewat sama dengan pengetahuan-Ku terhadap apa yang belum terjadi. Pengetahuan-Ku atas orang-orang terdahulu sama dengan pengetahuan-Ku atas orang-orang kemudian. Aku mengetahui apa yang tersembunyi dan yang lebih samar lagi. Bagaimana bisa hamba-Ku menipu Aku dengan ‘amalnya. Ia hanya bisa menipu makhluk-Ku yang tidak mengetahui. Aku adalah Tuhan Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib. Maka baginya laknat-Ku.” Para malaikat langit dan tiga ribu malaikat yang mengiringi ‘amal itu pun berkata: “Ya Tuan kami, semoga hamba ini mendapatkan laknat-Mu dan juga laknat kami.” Kemudian penduduk langit juga berkata: “Tetaplah laknat Allah kepadanya, dan laknatnya orang-orang yang melaknat.

Mu‘ādz kemudian menangis tersedu-sedu, lalu berkata: “Ya Rasūlullāh, bagaimana aku bisa selamat dari semua yang baru saja baginda sebutkan itu?” Kemudian Rasūlullāh bersabda: “Hai Mu‘adz, ikutilah nabi anda dengan penuh keyakinan.” Aku berkata: “Engkau adalah utusan Allah, sedangkan aku hanyalah Mu‘ādz bin Jabal. Bagaimana aku bisa selamat dan terlepas dari bahaya itu?”

Rasūlullāh s.a.w. bersabda:

نَعَمْ يَا مُعَاذُ إِنْ كَانَ فِيْ عَمَلِكَ تَقْصِيْرٌ فَاقْطَعْ لِسَانَكَ عَنِ الْوَقِيْعَةِ فِي النَّاسِ وَ عَنْ إِخْوَانِكَ مِنْ حَمَلَةِ الْقُرْآنِ خَاصَةً وَ الْيَرُدَّكَ عَنِ الْوَقِيْعَةِ فِي النَّاسِ مَا تَعْلَمُهُ مِنْ عَيْبِ نَفْسِكَ وَ لاَ تُزَكِّ نَفْسَكَ بِذَمِّ إِخْوَانِكَ وَ لاَ تَرْفَعْ نَفْسَكَ بِوَضْعِ إِخْوَانِكَ وَ لاَ تُرَاءِ بِعَمَلِكَ كَيْ تُعْرَفَ فِي النَّاسِ وَ لاَ تَدْخُلْ فِي الدُّنْيَا دُخُوْلاً يُنْسِيْكَ أَمْرَ الآخِرَةِ وَ لاَ تُنَاجِ رَجُلاً وَ عِنْدَكَ آخَرُ وَ لاَ تَتَعَظَّمَ عَلَى النَّاسِ فَتَنْقَطِعَ عَنْكَ الْخَيْرَاتُ الدُّنْيَا وَ الآخِرَةِ وَ لاَ تُفْحِشْ فِيْ مَجْلِسِكَ حَتَّى يَحْذَرُوْكَ مِنْ سُوْءِ خُلُقِكَ وَ لاَ تَمُنَّ عَلَى النَّاسِ وَ لاَ تُمَزِّقِ النَّاسَ بِلِسَانِكَ فَتُمَزِّقَكَ كِلاَبُ جَهَنَّمَ وَ هُوَ قَوْلُهُ تَعَالَى: (وَ النَّاشِطَاتِ نَشْطًا) يَقُوْلُ تَنْزِعُ اللَّحْمَ عَنِ الْعِظَامِ قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ وَ مَنْ يُطِيْقُ هذِهِ الْخِصَالَ قَالَ يَا مُعَاذُ إِنَّ الَّذِيْ وَصَفْتُ لَكَ لَيَسِيْرُ عَلَى مَنْ يَسَّرَهُ اللهُ تَعَالَى عَلَيْهِ إِنَّمَا يَكْفِيْكَ مِنْ ذلِكَ أَنْ تُحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ وَ تَكْرَهَ لَهُمْ مَا تَكْرَهُ لِنَفْسِكَ فَإِذَنْ أَنْتَ قَدْ سَلِمْتَ وَ نَجَوْتَ.

Artinya:

Ya, Hai Mu‘ādz, jika dalam amal anda terdapat kekurangan, maka putuskanlah lisan anda dari mempergunjing manusia lain dan dari menjelek-jelekkan saudara anda, terutama orang-orang yang hafal (pengemban) al-Qur’ān dan meng-‘amal-kannya. Supaya anda tidak mempergunjing manusia, maka hendaklah anda mengetahui cacat diri anda sendiri, jangan menganggap bersih diri anda dengan mencela saudara-saudara anda. Jangan menganggap tinggi diri anda dengan mencela saudara-saudara anda. Jangan menganggap tinggi diri anda seraya merendahkan saudara-saudara anda. Jangan memamerkan amal anda kepada masyarakat dengan maksud agar terkenal di kalangan mereka. Jangan masuk ke dalam urusan dunia dengan cara yang dapat menyebabkan anda melupakan akhirat. Janganlah anda berbisik rahasia dengan seseorang, sementara di sisi anda ada yang lain. Jangan merasa besar di tengah-tengah masyarakat, hingga membuat anda terputus dari kebaikan dunia dan akhirat. Jangan berbuat keji di dalam majelis, sehingga masyarakat takut dengan keburukan akhlak anda. Jangan mengungkit-ungkit pemberian anda kepada orang lain. Jangan merobek-robek kehormatan orang lain dengan lidah anda, hingga kelak membuat anda akan dicabik-cabik anjing neraka Jahannam. Yang terakhir ini, sebagaimana firman Allah: “Dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah lembut.” (79: 2). Daging menjadi terkelupas dari tulang belulangnya. Aku bertanya: “Ya Rasūlullāh, siapakah yang kuat menanggung perkara ini?”

Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Hai Mu‘ādz, apa yang kujelaskan kepada anda tadi, akan mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah ta‘ala. Pada dasarnya, mengenai apa yang kuterangkan tersebut, cukuplah bila anda tidak menyukai akan terjadinya sesuatu pada orang lain, sebagaimana anda tidak menyukai sesuatu itu terjadi pada diri anda. Jika demikian, sungguh anda akan selamat.

Khālid bin Mu‘ādz berkata: “Sahabat Mu‘ādz banyak membaca hadis ini sama banyaknya seperti mambaca al-Qur’ān dan ia juga sering menjelaskannya di dalam majelisnya.”

Ketika anda mendengar hadits yang memberitakan persoalan yang begitu dalam dan agung ini, besar kekhawatirannya, pedih bekasnya, yang menjadikan hati manusia terbang dan akal menjadi bingung dan dada menjadi terasa sesak, jiwa jadi mengeluh lantaran kedahsyatannya, maka berpeganglah kepada Tuhan anda yang menguasai seluruh alam, kokohkan konsistensi diri menghadap di depan pintu-Nya dengan merendahkan diri dan menangis siang malam bersama orang-orang yang merendahkan diri. Sesungguhnya tidak akan dapat selamat mengarungi lautan ini, kecuali dengan perhatian, taufiq dan pertolongan-Nya.

Oleh sebab itu, sadarlah dari kelalaian bersama orang-orang yang lalai, penuhilah setiap perkara sesuai dengan hak yang semestinya, berjuanglah dengan sungguh-sungguh untuk dapat melewati tahapan yang sangat mengkhawatirkan ini, semoga anda tidak binasa bersama orang-orang yang binasa. Semoga Allah berkenan memberikan pertolongan dalam segala keadaan kita, sebab Allah adalah sebaik-baik Ponolong dan Yang paling Penyayang di antara para penyayang. Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.