005-3 Tahapan Pendorong | Minhaj-ul-Abidin

Dari Buku:

Minhajul ‘Abidin
Oleh: Imam al-Ghazali

Penerjemah: Moh. Syamsi Hasan
Penerbit: Penerbit Amalia Surabaya

Rangkaian Pos: 005 Tahapan Pendorong | Minhaj-ul-Abidin

BAB V

TAHAPAN PENDORONG

(Bagian 3)

 

Dengan demikian, jelaslah bagi anda bahwa dalam tahapan ini terdapat tiga jalan, yaitu:

  1. Merasa aman (dari ‘Adzāb) dan berani (menentang) kepada Allah.
  2. Putus asa dari rahmat Allah.
  3. Rajā’ dan khauf yang berada di antara keduanya aman dan putus asa.

Ketika anda berbelok meninggalkan khauf dan rajā’ ke kanan atau ke kiri selangkah saja, anda pasti terjerumus ke dalam dua perkara yang merusak diri anda dan kamu pun mengalami kerusakan bersama orang-orang yang terjatuh dalam kebinasaan.

Sesungguhnya keberadaan kedua jalan yang menyimpang dan merusak serta membinasakan itu, begitu lapang terdapat banyak tawaran-tawaran yang menggiurkan dan lebih mudah ditempuh, daripada jalan tengah yang lurus. Karena, ketika anda melihat jalan merasa aman dari ‘adzāb, maka yang anda lihat adalah keluasan rahmat Allah, banyaknya karunia Allah dan kemurahan-Nya, sehingga dan sama sekali tidak mempunyai rasa takut kepada ‘adzāb Allah dan akhirnya anda mengandalkan rahmat Allah semata.

Dan ketika anda memandang ke arah khauf, kamu akan melihat besarnya kekuasaan dan siasat Allah, besarnya kemegahan Allah, dan kelembutan urusan-Nya, besarnya penelitian (ketelitian????) dan perhatian Allah terhadap para kekasih-Nya, dan orang-orang pilihan-Nya, hampir-hampir tidak ada lagi harapan, sehingga akhir putus asa.

Jika demikian, janganlah anda hanya memandang kepada luasnya rahmat Allah saja, sehingga membuat anda merasa aman dari ‘adzāb, dan jangan pula hanya melihat kepada kemegahan keagungan-Nya yang menggetarkan serta pada kecermatan penelitian-Nya saja, sehingga membuat anda berputus asa dari rahmat Allah. Tetapi hendaklah anda memandang ke arah rajā’ dan juga pada khauf, mengambil rajā’ sebagian dan khauf sebagian. Lalu anda tempuh jalan yang berada di antara khauf dan rajā’, sebuah jalan yang begitu detail dan rumit. Mengapa demikian? Agar anda selamat. Sebab, jalan rajā’ yang murni itu mudah, lebar dan lapang, tapi akibatnya anda menjadi merasa aman dari ‘adzāb dan anda pun akan rugi dan menyesal. Sementara jalan khauf yang murni juga luas dan lapang, tetapi berakibat pada kesesatan.

Sementara jalan tengah yang lurus antara khauf dan rajā’, sekali pun merupakan jalan yang sulit ditempuh, tetapi inilah jalan yang selamat dan nyata yang mengantarkan kepada ampunan dan iḥsān, lalu bisa memperoleh surga, keridaan Allah dan bertemu dengan Dzat Yang Maha Pengasih.

Bukankah anda telah mendengar firman Allah s.w.t. mengenai orang-orang yang menempuh jalan tengah ini:

يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَ طَمَعًا

Aritnya:

Mereka berdo‘a kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap.” (as-Sajdah: 16)

Dan firman Allah s.w.t.:

فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّا أُخْفِيَ لَهُمْ مِّنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

Artinya:

Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (as-Sajdah: 17)

Renungkanlah benar-benar keterangan secara garis besar tersebut, lalu bersungguh-sungguh dan perhatikan dengan baik, sebab perkara ini bukanlah hal yang mudah. Semoga Allah memberikan petunjuk dan pertolongan kepada kita.

Kemudian, ketahuilah bahwa anda tidak dapat menempuh jalan ini, sambil membebaninya dengan beban menjauhi apa yang disenangi nafsu dan melakukan taat yang berat bagi nafsu, kecuali dengan melakukan pemeliharaan terhadap tiga hal pokok dan mengingatkannya agar terus konsisten tetap berada pada jalan tengah tanpa lengah. Ketiga hal pokok itu, adalah:

  1. Mengingat firman-firman Allah tentang harapan-harapan yang menggembirakan dan peringatan serta ancaman yang menakutkan.
  2. Mengingat pekerjaan Allah, dalam menimpakan siksaan dan memberi ampunan.
  3. Mengingat pembalasan Allah pada hamba-Nya di akhirat, berupa pahala dan siksa.

Ada pun mengenai rincian penjelasan secara panjang lebar, tentang ketiga hal pokok tersebut, bacalah karya tulisku dalam sebuah kitab yang berjudul “Tanbīh-ul-Ghāfilīn.

Sementara dalam kitab: “Minhāj-ul-‘Ābidīn” ini, aku hanya memberikan keterangan sekedarnya, dan uraian kalimat yang sekiranya dapat memberikan petunjuk kepada anda kepada tujuan dimaksud, in syā’ Allāh. Tentu dengan petunjuk dan pertolongan Allah.

 

Pokok pertama:

Wahai saudaraku, renungkanlah ayat-ayat al-Qur’ān menjelaskan tentang janji yang menggembirakan dan ancaman yang menakutkan, serta tentang pemberian harapan rahmat dan menakut-nakuti dengan kepedihan ‘adzāb:

Di antara ayat-ayat tersebut ialah firman Allah s.w.t.:

لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا

Artinya:

Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.” (az-Zumar: 53)

Dan firman Allah s.w.t.:

وَ مَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلَّا اللهُ

Artinya:

Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah.” (Āli ‘Imrān: 135)

Dan firman-Nya:

غَافِرِ الذَّنْبِ وَ قَابِلِ التَّوْبِ

Artinya:

Yang Mengampuni dosa dan Menerima tobat.” (al-Mu’min: 3)

Dan firman-Nya:

وَ هُوَ الَّذِيْ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَ يَعْفُوْ عَنِ السَّيِّئَاتِ

Artinya:

Dan Dia-lah yang menerima tobat dari hamba-hambaNya dan memaafkan kesalahan-kesalahan.” (asy-Syurā: 25)

Dan firman-Nya:

كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ

Artinya:

Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih-sayang.” (al-An‘ām: 54)

Dan firman-Nya:

وَ رَحْمَتِيْ وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَ

Artinya:

Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang ber-taqwā.” (al-A‘rāf: 156)

Dan firman-Nya:

إِنَّ اللهَ بِالنَّاسِ لَرَؤُوْفٌ رَّحِيْمٌ

Artinya:

Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.” (al-Baqarah: 143).

Dan firman-Nya:

وَ كَانَ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَحِيْمًا

Artinya:

Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (al-Aḥzāb: 43).

Demikian itu, merupakan ayat-ayat rajā’. Sedangkan mengenai ayat-ayat khauf dan siyāsah, di antaranya ialah:

Firman Allah s.w.t.:

يَا عِبَادِ فَاتَّقُوْنِ

Artinya:

Wahai hamba-hambaKu bertakwalah kepada-Ku.” (az-Zumar: 16)

Dan firman-Nya:

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَ أَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُوْنَ

Artinya:

Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami.” (al-Mu’minūn: 115)

Dan firman-Nya:

أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى

Artinya:

Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?” (al-Qiyāmah: 36)

Dan firman-Nya:

لَيْسَ بِأَمَانِيِّكُمْ وَ لَا أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ يَعْمَلْ سُوْءًا يُجْزَ بِهِ وَ لَا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُوْنِ اللهِ وَلِيًّا وَ لَا نَصِيْرًا

Artinya:

(Pahala dari Allah itu) bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitāb. Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu, dan ia tidak dapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.” (an-Nisā’: 123)

Dan firman-Nya:

وَ هُمْ يَحْسَبُوْنَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا

Artinya:

Sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (al-Kahfi: 104)

Dan firman-Nya:

وَ بَدَا لَهُمْ مِّنَ اللهِ مَا لَمْ يَكُوْنُوْا يَحْتَسِبُوْنَ

Artinya:

Dan jelaslah bagi mereka ‘adzāb dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan.” (az-Zumar: 47)

Dan firman-Nya:

وَ قَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوْا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَّنْثُوْرًا

Artinya:

Dan Kami hadapi segala ‘amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan ‘amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.” (al-Furqān: 23)

Kita memohon kepada Allah, agar Ia berkenan menyelamatkan kita, berkat rahmat dan anugerah-Nya. Sedangkan ayat-ayat yang meliputi makna khauf dan rajā’, sebagaimana firman Allah s.w.t.:

نَبِّئْ عِبَادِيْ أَنِّيْ أَنَا الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Artinya:

Kabarkanlah kepada hamba-hambaKu, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (al-Ḥijr: 49)

Kemudian Allah berfirman dalam ayat selanjutnya:

وَ أَنَّ عَذَابِيْ هُوَ الْعَذَابُ الْأَلِيْمُ

Artinya:

Dan bahwa sesungguhnya ‘adzāb-Ku adalah ‘adzāb yang sangat pedih.” (al-Ḥijr: 50)

Ayat tersebut, dimaksudkan agar kamu jangan sampai hanya cenderung kepada rajā’ saja, tetapi juga harus disertai khauf.

Allah s.w.t. juga berfirman:

شَدِيْدِ الْعِقَابِ

Artinya:

Maka keras hukuman-Nya.” (al-Mu’min: 3)

Selanjutnya, Allah berfirman:

ذِي الطَّوْلِ لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ

Artinya:

Yang mempunyai karunia; tiada Tuhan selain Dia.” (al-Mu’min: 3)

Ayat ini dimaksudkan agar kita tidak hanya cenderung kepada khauf saja, tetapi juga harus disertai rajā’.

Dan lebih menakjubkan lagi ialah firman-Nya:

وَ يُحَذِّرُكُمُ اللهُ نَفْسَهُ

Artinya:

Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya.” (Āli ‘Imrān: 28)

Dilanjutkan dengan firman-Nya:

وَ اللهُ رَؤُوْفُ بِالْعِبَادِ

Artinya:

Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hambaNya.” (Āli ‘Imrān: 30)

Dan yang lebih menakjubkan lagi, adalah firman-Nya:

مَنْ خَشِيَ الرَّحْمنَ بِالْغَيْبِ

Artinya:

(Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya).” (Qāf: 33)

Allah menggantungkan ketakutan seorang hamba dengan nama-Nya ar-Raḥmān, bukan dengan asmā’ al-Jabbār, al-Muntaqim, al-Mutakabbir, dan lain sebagainya, adalah agar perasaan takut itu disertai dengan ingat kepada rahmat Allah. Jadi, ketakutan anda tidak menghilangkan harapan dalam hati anda sama sekali. Maka firman itu menakut-nakuti tetapi berada dalam pemberian keamanan, serta gerak perasaan ketakutan sambil menenangkan jiwa. Sebagaimana kalau anda mengatakan: “Apakah anda tidak takut kepada ibu anda yang selalu mengasihi anda? Apakah anda tidak takut kepada ayah yang sangat mengasihi anda? Apakah anda tidak takut kepada pemimpin yang pemurah?”

Maksud dari hal tersebut adalah agar seseorang menempuh jalan tengah yang berkeadilan, jangan sampai pergi merambah jalan merasa aman dari siksa dan berputus asa dari rahmat.

Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang-orang bisa berpikir jernih, merenungkan peringatan-peringatan bijak dalam al-Qur’ān, dan mengamalkan kandungannya. Sehingga membuat kita memperoleh rahmat dari Allah, karena Dia adalah Maha Pemberi lagi Maha Pemurah. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Luhur lagi Maha Agung.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *