3
TIRAI TAQDIR TIDAK DAPAT DITEMBUS DENGAN KEHENDAK MANUSIA
3. سَوَابِقُ الْهِمَمِ لَا تَحْرِقُ أَسْرَارَ الْأَقْدَارِ.
Semangatmu yang menggebu tak akan dapat menembus hijab Ketentuan Allah.
Makna dari pesan Ibnu ‘Atha’illah ini adalah kita diharapkan mempunyai keyakinan yang seyakin-yakinnya bahwa taqdir Allah itu urusan-Nya semata. Inilah keyakinan orang-orang yang tajam mata hati dan indra keenamnya.
Orang-orang ma‘rifat tidak akan membuang banyak energi dan tenaga dalam mencurahkan sebuah niat atau tujuan. Karena ia tahu meskipun bekerja keras, berikhtiar untuk mencapai tujuan dan cita-cita, namun jika taqdir berkata lain, mereka tak akan bisa berbuat banyak. Mereka tak akan mampu mengubah taqdir Allah.
Kebanyakan di antara kita lupa bahwa di depan ada tembok yang kokoh dan tak seorang pun dapat menembusnya. Itulah tirai (hijab) taqdir Allah dalam kekuasaan-Nya.
Kita boleh berkehendak, boleh merencanakan sesuatu, boleh berikhtiar dan bekerja, karena hidup memang harus demikian. Namun jangan sampai lupa, bahwa kehendak dan rencana kita tidak akan mampu mengalahkan taqdir. Betapa semangat kita menggebu-gebu sekuat baja, namun tak akan dapat mengatur Allah. Karena Allah jua yang mengatur hamba-Nya.
Itulah sebabnya mengapa kita harus menanamkan i‘tiqad tentang taqdir Allah. Tujuannya tak lain adalah agar manusia benar-benar menyadari bahwa daya upaya, energi dan kekuataannya itu tak sebanding dengan Kuasa Allah. Sangat kecil dan tak berarti.
Cara berpikir dan beriman semacam ini gunanya agar kita tidak menyesal manakala tidak mampu meraih cita-cita agar kita tidak kecewa manakala menemukan kegagalan.
Inilah cara orang ma‘rifat dalam menggunakan indra keenam terhadap menilai dan memandang taqdir Allah.